Terikat Janji Dengan Princess

Terikat Janji Dengan Princess

Anak dengan Ramalan

Prologue :

Seorang Marshal (pemimpin prajurit elit istana) berlari sekuat tenaganya. Saat itu malam disertai hujan lebat, namun terjadi kejar-kejaran hebat. Seorang Marshal itu membawa kotak dengan bayi didalamnya.

Saat itu ia malah terpojok dan disana ia menghanyutkan bayinya ke sungai, berharap ada seorang penjaga panti asuhan yang membawanya. Seorang Marshal itu menangis karena kehilangan istri dan anaknya dalam satu malam.

"Tak kusangka, aku kehilanganmu. Aku masih tidak bisa menerimanya, sekarang aku akan kesepian tanpamu dan tanpa anak kita, semoga anak kita selamat ya di sungai yang ku hanyutkan ini."

Para pasukan yang mengejarnya itu adalah pasukan iblis yang berniat membunuh bayi tadi karena dianggap menjadi ancaman para iblis di masa depan nanti. Marshal itu mengangkat pedangnya dan disanalah dia bertarung sekuat tenaga mengalahkan pasukan iblis sendirian.

Pertarungan itu membuat seorang Marshal terluka hebat, namun seluruh pasukan iblis tadi berhasil dikalahkan nya. Pasukan iblis tadi bukanlah pasukan iblis lemah, jika yang bertarung tadi bukanlah seorang Marshal pasti akan mati dikeroyok iblis.

Saat seorang Marshal itu pulang ke kediamannya, dia mendapati istrinya yang sudah berlumuran darah dengan luka yang parah. Ranjang yang ditiduri wanita itu penuh dengan merah darah. Hati pria itu hancur dan dia kemudian menggenggam tangan istrinya yang sudah mati itu.

"Aku percaya padamu wahai istriku, kau bilang kelak di masa depan nanti dia akan menjadi penakluk para iblis. Kau bilang bahwa ramalan itu benar kan?"

"Ku yakin dia akan selamat, benar kan istriku?, dipikir-pikir oleh akal ku agak mustahil dia bisa masih bisa selamat."

"Aku percaya pada takdir. Aku percaya apa yang diramalkan oleh mu wahai istriku."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

8 tahun kemudian.

Di sebuah istana, pria tadi mendapat perintah untuk mengadopsi anak yang dulu ia hanyutkan.

"Pietro, kau bilang kau telah menantikan saat dimana kau melihat anak mu lagi?"

Ucap King Louise of Tudor.

"Benar paduka, saat itu adalah saat kehancuranku, namun ternyata sekarang ini aku bisa menemuinya lagi, pasti dia sudah besar."

Jawab Pietro Marshal dengan wajah gembira

Saat keberangkatan, dia menjumpai anaknya dengan wajah yang sangat suram dan penuh kebingungan, sang Marshal heran kenapa dan apa yang terjadi dengan anaknya itu. Pietro pun bertanya kepada pengurus panti, namun mereka tidak mengetahuinya apa penyebabnya.

Di kereta kuda, Pietro pun mulai bertanya kepada anak itu.

"Ehh... Nak, siapa namamu?"

"A... Aku... Aku William paman, bukankah paman adalah seorang Marshal?"

Jawab William.

"Iya nak, nama paman Pietro, dan mulai sekarang hidup berbahagialah sebagai anak paman ya! Dan jangan panggil paman, panggil saja ayah."

Pietro mengatakannya dengan penuh senyuman

"Baik ayah, aku senang diadopsi seperti ini, tapi aku benci kepada orang tua ku yang telah membuang ku seperti ini"

Wajah William berubah menjadi marah.

Pietro langsung terdiam sejenak, dia kenak mental oleh perkataan anak kandungnya itu, biar bagaimanapun dia tidak bermaksud membuat William berada di panti asuhan.

Pietro menggunakan sihir kegelapannya dan membuat matanya menjadi merah, dan saat itu juga William kehilangan kesadarannya.

William merasa tidak bisa memalingkan wajahnya itu, tanpa William sadari matanya juga jadi merah menyala dan ia merasa kalau ia nyaman berada di dekat Pietro walau tak tahu alasannya kenapa.

Sihir dark Pietro pun dihentikan dan wajah Pietro berubah menjadi ramah kembali.

"Nak... Mungkin orangtua mu memiliki maksud lain, mungkin saja mereka tidak ingin membuang mu ke panti asuhan kan siapa tau mereka terpaksa melakukannya."

Ucap Pietro.

"Sudahlah ayah, ucapan mu tidak masuk akal, aku rasa mereka memang tidak menginginkan ku."

"Kurasa dengan diadopsinya aku, aku bisa melupakan kenangan buruk yang kudapat akibat di panti asuhan itu."

Ucap William.

"Apa yang kau maksud nak?."

Tanya Pietro dengan wajah yang mulai serius.

"aku terus-terusan mendapat perundungan dan aku tidak merasa bahagia sedikitpun disana. Aku selalu diusir jika tidur di kasur, dan selalu diambil jatah makanan ku oleh teman."

"Aku benci teman, kenapa istilah teman terasa sangat jahat untuk didengar? Aku lebih memilih untuk tidak menjadikan mereka teman daripada harus kena perundungan."

Ucap William.

"Hei tunggu dulu, jadi apa mereka awalnya mengajak kau berteman lalu saat kau menerimanya kau mulai menderita?"

Ucap Pietro.

"Iya yah, aku menyesal rasanya. Mulai saat ini juga aku tidak akan menerima teman siapapun lagi. Lebih baik aku hidup damai tanpa teman"

Jawab William.

Pietro mulai merasa bahwa yang terjadi pada putranya bukan hanya mendapat luka fisik saja, namun mentalnya jatuh, dan menganggap istilah teman itu sama dengan musuh.

Saat hendak menasehati putranya, Pietro mendapat sambutan dari rekannya yang lain. Tanpa ia sadari ternyata sudah sampai di istana. Pietro mendapat perintah untuk menghadap raja, dan saat itu juga Pietro pergi meninggalkan anaknya sendirian.

William awalnya senang. Wajahnya tampak bahagia ternyata banyak anak-anak seumuran dengannya, William berfikir bisa memulai semuanya dari awal dan berteman baik dengan anak-anak prajurit elit lainnya.

Wajah William berubah saat Dante, salah satu anak disana bilang

"Hai, berteman yuk."

Ucap Dante dengan wajah riang .

Namun saat mendengar hal itu seketika sikap dan wajah William berubah, ia malah teriak dan menjauh dari anak-anak disana.

"Aku merasa ada yang tidak beres, jadi Dante kau harus melihat waktu yang pas untuk mendekatinya!"

Ucap Mary sang putri kerajaan Tudor.

Mereka berempat pun kebingungan oleh sikap aneh William. Biar bagaimanapun dari mereka tidak ada yang berniat menyakiti atau bahkan melakukan bullying.

William pun duduk sendirian di kursi taman. Dia mulai memikirkan kehidupan sebelumnya dimana ia menderita. Setiap harinya selalu terjadi hal buruk padanya. Tiga sekawan di panti asuhan itu adalah 3 maut, dimana setiap harinya pasti selalu melakukan bullying pada anak lain yang mereka anggap lemah. Termasuk William.

Saat itu William masih tidak bisa menerima akan fakta bahwa ia bisa sampai di panti asuhan dengan aliran air sungai yang mengalir. William menganggap bahwa orangtuanya sangat tidak menginginkannya. Maka dari itu William selalu merenung.

Dilihat oleh 3 maut dan merekapun mulai mencoba untuk merundung William.

"Hai, kau kelihatan sendirian aja, kenapa?"

Tanya salah satu dari mereka.

"Aku merasa kesal pada orang tua ku."

Jawab William dengan wajah cemberutnya.

"Kalau begitu mari kita berteman, setelah kau mau menerima pertemanan kita kau akan bersama kami."

Ucap anak nakal itu dengan wajah jahatnya.

"Y... Ya."

Ucap William yang masih kebingungan dan tidak tahu apa itu arti dari kata teman.

Disanalah awal mula kehancuran William. Setiap harinya selalu saja kena perlakuan kasar dari 3 maut dan itu membuat hari-hari di panti menjadi suram.

Semenjak kejadian itu, William tidak pernah mau menerima teman, duduk di bangku taman sendirian dan menunggu ayahnya datang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!