"Aaaaargh, sakit,sakit," pekiknya dengan rasa sakit yang semakin menjadi dan membuat Gita merasa tidak tahan lagi. Ia membaringkan tubuhnya dilantai dan membenturkannya untuk mengurangi rasa sakit yang sangat menyiksanya.
Saat bersamaan, Raihan kembali menangis. Ia dikejutkan oleh sosok manusia berkepala babi hutan yang menatapnya dengan sangat tajam.
"Ma, atut, ma atut, huuuaaaaa... Huaaaa..." Raihan mengguncang tubuh Gita yang saat ini merasa kesakitan dan bahkan tidak menyadari panggilan dari puteranya.
Hal tersebut semakin membuat Arka yang mendengarnya tampak berang. Ia mengacak rambutnya dengan kasar dan kembali beranjak dari ranjangnya, lalu keluar dari kamar dan menghampiri keduanya.
Sungguh ia tidak dapat tidur dan beristirahat jika Raihan dan juga Gita merengek dengan suara yang cukup keras.
Ia berkacak pinggang menatap sang istri yang merintih kesakitan dengan hidungnya yang sudah mimisan.
"Gita! Kamu ini mau aku tampar lagi, ya? Apa gak bisa kamu diemin anak kamu--hah!!" hardiknya dengan kasar.
Emosinya sudah sangat meledak, dan ia berjongkok, lalu menjambak sang istri untuk tidak lagi meraung dengan tubuhnya bergerak kesana dan kemari untuk meredakan rasa sakitnya.
Jambakan dirambutnya justru membantunya menahan rasa sakit yang cukup menyiksanya.
"Sakit, Mas. Sakit," ucap Gita dengan nada lirih dan tak dapat mengungkapkan rasa yang saat ini sedang ia rasakan.
Wuuuuuush
Tiba-tiba rasa sakitnya menghilang saat adzan berakhir. Arka melepaskan jambakannya, dan Raihan juga berhenti menangis.
Gita terlihat bingung, dan ini sangat aneh. Arka mendengus kesal, dan ia kembali ke kamarnya.
Wanita itu terlihat masih belum dapat mencerna apa yang terjadi, namun apa yang baru saja ia rasakan sungguh sesuatu yang sangat nyata.
Ia menoleh ke arah Raihan yang berhenti menangis. Sedangkan Arka meninggalkannya tanpa menolongnya sedikitpun, setidaknya membantunya untuk duduk.
Wanita itu bangkit dari lantai, lalu duduk dan meraih tubuh puteranya. "Ayo, kita ke kamar, kamu tidur ya," ucapnya dengan lembut. Lalu membawa Raihan memasuki kamar.
Namun baru saja ia berdiri diambang pintu, Arka sudah memasang wajah bengis dengan tatapan yang tajam. "Mau apa kamu masuk kekamar?" tanyanya dengan nada menghardik.
Sontak saja Gita tersentak kaget mendengar pertanyaan yang sungguh terdengar aneh baginya. Ini kamar mereka, dan tempat mereka untuk tidur bersama.
"Apa gak salah dengar aku, Mas? Ini kan kamar kita, mengapa kau bertanya seperti itu?" tanya Gita dengan nada yang masih rendah. Ia merasa jika Arka sang suami seperti orang asing baginya.
Ia mencoba menahan rasa emosinya dan bahkan luka dihatinya saat tamparan pertama itu masih membekas dihatinya.
"Sudah ku bilang jangan dekat-dekat! Aku tidak mau kalau kamu tidur disini! Sudah wajahmu buruk, bau lagi" Arka beranjak dari ranjangnya dengan tatapannya yang sengit.
"Mas! Aku ini istrimu! Raihan ini anakmu! Kamu kenapa--sih?! Kamu ada wanita idaman lain?!" ucap Gita dengan luapan emosinya yang tak dapat lagi ia redakan
"Jangan asal tuduh kamu! Jaga bicaramu! Intinya aku tidak ingin kamu tidur dikamar ini! Tidur diluar bersama anakmu!" usirnya dengan masih penuh amarah.
Gejolak didada Gita semakin bergolak. Ia merasa jika.suaminya sudah sangat keterlaluan, namun karena malu didengar tetangga, akhirnya Gita memilih mengalah.
Ia masih menggendong Raihan yang menyandarkan kepala dipundaknya.
Wanita itu menuju eyang kamar kosong yang memang disiapkan untuk Raihan nantinya jika sudah berusia lima tahun.
Dengan hatinya yang luka dan penuh kesedihan ia menidurkan Raihan disana. Entah apa yang telah merasuki suaminya, sehingga membuat perubahan yang cukup besar.
Setelah menidurkan puteranya, Gita kembali ke dapur. Ia akan meracik bumbu untuk pesanan cateringan besok dan itu merupakan uang pemasukan untuknya.
Wuuuuus
Desiran angin menyapu tengkuknya saat oa mengambil bawang merah diatas rak bumbu dan ingin mengupasnya.
Aroma melati menyeruak diruang dapur, dan hal itu membuat bulu kuduknya meremang.
"Mengapa perasaanku tidak enak, ya?" gumamnya lirih.
Ia membawa rak bumbu ke lantai, dan mulai mengupas bahan bumbu untuk membuat racikan masakan rendang.
Sesaat suasana berubah menjadi sangat panas. Gita menghidupkan kipas angin, namun tak juga mengurangi rasa gerah.
Wanita itu merasa diawasi oleh seseorang, tetapi entah siapa.
"Kenapa udaranya jadi panas banget, sih?" ia mengipaskan tubuhnya menggunakan kerah pakaiannya yang ia tarik maju mundur cantik untuk menciptakan angin.
Namun hal itu tak juga membuat rasa gerah yang menyingkir dari dirinya.
Ia kembali mengupas bumbu. Saat bersamaan, suara adzan kembali berkumandang dan seketika membuat Gita kembali merasakan sakit dibagian kepalanya.
Sontak saja hal itu membuat Gita meringis kesakitan dan memegangi kepalanya yang saat ini terasa bagaikan dipukul oleh palu berukuran besar, dan juga berdenyut seperti kena tusuk jarum yang sangat tajam.
"Aaargh, sakit, sakit, Ya Allah, Astaghfirullah, ini sakit banget ya Allah," ucap Gita dengan wajah yang meringis.
Hidungnya kembali mimisan. Cairan pekat itu terus mengalir dari lubang hidungnya.
saat bersamaan, ia melihat seekor babi butan yang datang mendekatinya dalam jumlah yang cukup banyak.
Para babi itu seolah sedang mengelilinginya. Tanpa diduga, hewan--hewan itu menyeruduknya, lalu melemparkannya ke dinding.
Braaaak
Tubuh Gita terpental. Pandangannya mengabur, wajahnya pucat, dan rasa sakit itu seolah terua menyiksanya.
Wanita berusaha untuk berteriak, namun lidahnya seperti sangat keluh, dan para babi hutan itu datang kembali mengerumuninya, ia sudah sangat tidak berdaya, dan hewan itu kembali menyeruduknya, hingga membuat tulang-tulangnya terasa sangat sakit.
Saat adzan berakhir, rasa sakit itu kembali hilang, dan entah apa sebenarnya yang sedang terjadi, ia sangat tak mengerti.
Setelah rasa sakitnya hilang, ia kembali celingukan mencari para babi hutan yang tadi menyerangnya.
Tes
Cairan darah mimisan dihidungnya menetes dilantai. Ia menyeka dengan jemarinya.
"Aku tidak mungkin berhalusinasi," gumamnya lirih.
Saat bersamaan, ia mendengar suara Raihan yang menangis dengan suara lengkingan yang cukup keras dari arah kamar
Dengan langkah gontai ia menuju kamar, lalu melihat puteranya yang tampak ketakutan karena menutupi wajahnya dengan bantal. "Atut, Ma atut ma." tunjuknya pada sudut dinding kamar yang mana sang bocah melihat wujud seorang wanita berambut panjang hingga kelantai dengan wajah yang mengerikan.
Gita bergegas menghampiri puteranya, lalu menggendongnya sembari mendekapnya dengan sangat erat.
"Jangan takut, Sayang. Tidak ada yang perlu ditakuti," ucapnya dengan nada yang terdengar sedih. Tanpa sadar matanya berkaca-kaca dan ia akhirnya menangis.
Bukankah ia mencoba menguatkan puteranya? Namun pada akhirnya ia sendiri yang tidak kuat dalam mengahadapi ujian yan saat ini sedang dialaminya.
"Atut, Ma, atut, ada Momoook!" pekik Raihan dengan nada sangat keras.
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
❤️⃟Wᵃf ༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈
lhaaa di mana kena plet nya ya sii arka itu
kgsh bget ngefek gyu
2025-06-10
4
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘAndini Andana
Gita nya lagi dapet tah, dah dua kali adzan diem aja gak ambil wudhu dan sholat
2025-06-11
2
V3
knp iblis nya mlh bekerja di saat Adzan ,,, biasanya kn klu terdengar suara adzan , para iblis psti pd kabur , lach ini mah beda lg ,,, benar-benar luar binasa iblis nya 🤣🤣
2025-06-10
3