Cleona masih saja kesal dan enggan bicara pada sang papi, karena laki-laki tua yang sayangnya masih terlihat tampan itu malah mendaftarkannya di SMA Negeri Kebaperan, yang mana sekolah itu tempatnya dulu menuntut ilmu. Bukan hanya papinya saja, tapi mami, bunda, ayah dan om serta tantenya pun dulu bersekolah di sana.
Cleona mungkin tidak akan keberatan, jika laki-laki menyebalkan yang sangat amat tidak ingin dirinya lihat, bahkan bisa di bilang Cleona benci pada pria bernama Rapa yang tak lain adalah tetangganya sendiri.
Dan sekarang, dengan keterpaksaan yang amat sangat, Cleona harus masuk ke dalam sekolah barunya, menjadi siswi baru yang akan melakukan MOS hari ini sampai empat hari ke depan. Tadinya, Cleona merengek juga pada kedua orang tuanya untuk tidak berangkat dan mengikuti MOS, tapi mereka selalu saja punya cara membujuk rayunya agar ia menurut.
Langkah malas Cleona memasuki gerbang sekolahnya yang di jaga oleh dua orang anggota OSIS. Menatap sekeliling, Cleona mengakui bahwa lingkungan sekolah yang di pilihkan papinya memang berhak mendapat acungan jempol, tapi balik lagi, mengingat adanya mahkluk menyebalkan itu kembali membuat Cleona sebal dan malas untuk masuk.
“Hey, Dek, kenapa masih berdiri di situ? Upacara pembukaan sebentar lagi akan di mulai, cepat masuk!” tegur salah satu OSIS yang berdiri di depan gerbang.
Mendengus malas, Cleona masuk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Melewati kedua orang OSIS itu begitu saja, bahkan mungkin terkesan sombong, tapi masa bodo dengan itu, karena yang Cleona pikirkan adalah nasib hidupnya mulai dari hari ini.
Sepanjang kakinya melangkah, Cleona mengamati bangunan sekolah yang akan menjadi tempatnya menuntut ilmu tiga tahun ke depan. Tidak buruk memang, bahkan terkesan mewah, modern dan yang pasti bagus. Pepohonan hijau yang sejuk, lapangan luas dan yang paling penting adalah kebersihannya yang begitu terjaga.
“Hey, kamu! Kenapa masih berdiri di sana? Cepat ikut barisan!”
Teguran kedua yang terdengar tegas itu menyadarkan Cleona dari sesi mengamati sekeliling. Tanpa menjawab, ia turun dan berjalan santai, kemudian ikut berbaris dengan orang-orang lainnya. Tentu, dirinya sadar bahwa banyak orang yang memperhatikan dan berbisik-bisik. Tapi, lagi-lagi Cleona lebih memilih bersikap masa bodo. Toh, dirinya tidak mengenal mereka dan begitu pun sebaliknya.
Upacara pembukaan sudah di mulai, dan Cleona memutuskan untuk memperhatikan ke depan, karena mau mengobrol pun jelas, bahwa tidak ada teman yang ia kenal bahkan dirinya sendiri tidak tahu berada di barisan sekolah mana saking malasnya mencari orang-orang dari SMP yang sama dengannya.
Di depan berjejer beberapa orang pengurus OSIS, guru kesiswaan dan kepala sekolah, memberikan pidato secara bergiliran. Cleona tidak terlalu memeperhatikan apa yang tengah di sampaikan, karena fokusnya tertuju pada seseorang yang berdiri diantara oang-orang itu, rahang Cleona mengeras, wajahnya memerah marah dan tangannya pun mengepal. Ia tidak pernah tahu sebelumnya bahwa laki-laki yang sangat ia hindari itu ternyata menjabat sebagai OSIS.
Selesai dengan upacara pembukaan, satu per satu nama murid mulai di sebutkan untuk di bagi kelompok selama MOS, Cleona tentu saja mendengarkan dengan seksama karena tidak ingin terlewat ke bagian kelompok mana dirinya masuk.
Kelompok demi kelompok mulai terbentuk, tapi nama Cleona belum juga di sebutkan. Jujur saja ia sudah begitu gerah, dan ingin sekali segera masuk ke dalam kelas, duduk dan mungkin menelungkupkan kepalanya di atas meja. Cleona benci dengan panas-panasan dan ini sudah hampir dua jam dirinya di jemur dilapangan bersama entah berapa ratus orang lainnya.
“Amanda Cyndi, Bilda Melisya, … Cleona Queenisa … Nirmala Adianti ... bla bla bla.”
Cleona dapat bernapas lega saat ini, karena namanya terpanggil juga setelah beberapa waktu menunggu dengan bosan. Kakak pembina yang sudah di tugaskan membawa masing-masing kelompoknya menuju kelas. Senyum lebar, Cleona sunggingkan begitu bokongnya mendarat di kursi kayu itu, helaan napas lega pun turut dirinya keluarkan saat rasa dingin dari AC menyapu wajahnya.
“Boleh gue duduk di sini?”
Cleona menoleh dan mendapati perempuan cantik seusianya tersenyum ramah. Sebuah anggukan Cleona berikan dan mengulurkan tangan untuk berkenalan. “Cleona.”
“Nirmala,” balas perempuan itu tak kalah ramahnya.
“Lo bukannya yang tadi di tegur kakak OSIS waktu upacara belum di mulai?” perempuan imut bernama Nirmala tersebut bertanya.
Cleona mengangguk. “Kenapa emangnya?”
“Gak apa-apa sih cuma mastiin aja, hehe.” Jawabnya cengengesan. Cleona tidak merespon dan malah menghadap depan, jarinya mengetuk-ngetuk meja merasa bosan.
“Lesu banget muka lo?”
“Gue malas.” Jawaban singkat itu membuat Nirmala menaikan sebalah alisnya heran, tapi sebelum berhasil ia kembali melayangkan pertanyaanpada gadis yang baru di kenalnya itu, intrupsi kakak pembina yang meminta perhatian semua murid X IPS C mengurungkan niatnya.
Mirna dan Luis yang menjadi Pembina di kelompok IPS C, sejauh ini membuat Cleona merasa cukup nyaman dan mood yang sejak pagi berada di bawah pun berangsur naik.
Seperti MOS pada umumnya, hari pertama di isi dengan perkenalan dimana satu per satu murid X IPS C yang berjumlah 40 ini maju ke depan untuk memperkenalkan diri.
Dari acara ini lah setidaknya Cleona tahu nama-nama teman sekelasnya. Tapi sayangnya di kelas ini tidak ada satu pun yang berasal dari sekolah yang sama dengannya, membuat Cleona mendesah kecewa.
Nirmala baru saja selesai memperkenalkan diri, yang diakhiri dengan senyuman manis, membuat kelas menjadi riuh oleh suara suitan anak laki-laki. Giliran Cleona yang saat ini maju untuk memperkenalkan diri. Berdiri di sisi Kak Luis, Cleona menyebutkan nama juga asal sekolahnya dengan singkat, dan di akhiri dengan ucapan terima kasih.
Hendak kembali ke kursinya, langkah Cleona terpaksa tertahan, akibat melihat kedatangan seseorang yang begitu dirinya kenal tengah berjalan dengan tampannya, dan senyum manis yang terus di layangkan, membuat suara jerit tertahan dari para siswi meriuhkan keadaan. Dengusan kecil, Cleona keluarkan saat sosok itu memberikan kedipan genit ke arahnya.
“Hallo adik-adik mku, maaf, gue telat, tadi ada problem dulu,” ucap laki-laki itu dengan menebar senyum manisnya, dan lagi-lagi membuat Cleona mengeluarkan dengusannya, bahkan dalam hati perempuan itu sudah mendumel tak jelas. Berbeda dengan perempuan lain yang menatap terpesona pada sosok menyebalkan itu.
Cleona berjalan menuju bangkunya. Namun harus urung, karena sebuah tangan mencengkram pergelangan tangannya. Semua yang ada di ruang kelas itu menatap penasaran, ada juga yang nenatap tak suka dan tatapan lainnya, sedangkan Cleona berusaha keras untuk melepasan cengkraman itu dari tangannya, yang sayangnya begitu sulit.
“Lepas Rapa!” sentak Cleona yang cukup membuat semua orang di sana terkejut, termasuk Mirna dan Luis yang berada di samping mereka.
Rapa nyatanya tidak menghiraukan dan malah memberikan senyum manis pada gadis cantik di sampinya itu, sebelum kembali menoleh pada adik-adik kelasnya.
“Udah pada kenal gue belum, nih?”
“Udah,"
"Belum."
Jawab serempak semua siswa baru di kelompok X IPS C.
“Oke, karena ternyata masih ada yang belum kenal gue, jadi biar gue perkenalkan diri. Nama gue Rapa Pratama Dhikra, dari kelas XI IPS A. Dan mohon doa-nya semoga gue kepilih jadi ketua OSIS selanjutnya,” satu kedipan Rapa berikan di tengah perkenalannya membuat perempuan di kelas itu kembali menjerit alay.
Cleona tidak sedikit pun menyimak, karena yang dirinya lakukan sejak beberapa menit lalu adalah sama, yaitu berusaha membebaskan tangannya yang di cengkram Rapa.
“Berenti Queen, nanti tangan lo malah sakit,” tegur Rapa lembut. Cleona jelas tidak perduli dengan teguran itu, dan masih berusaha keras melepaskan tangannya.
Cleona tidak peduli meskipun semua yang ada di sana masih menatap penasaran dan bertanya-tanya tentang hubungan dirinya dan Rapa, karena yang ia inginkan sekarang adalah membebaskan diri dari laki-laki bernama Rapa.
“Ya, makanya lepas dong, Rap, gue mau duduk.”
“Jadi calon istri yang nurut kenapa sih, Queen, ish!”
Mendengarnya dari mulut laki-laki tampan itu jelas membuat semua yang ada di ruangan terkejut, terlebih lagi Mirna yang bahkan mulutnya menganga lebar. Cleona sendiri terkejut dengan ucapan yang Rapa keluarkan.
“Calon istri apa sih, ah! Siapa juga yang mau nikah sama lo?” dengus Cleona yang saat ini sudah benar-benar malu, karena harus menjadi perhatian orang-orang di hari pertamanya. Padahal, ia ingin sekolah dengan nyaman, tapi laki-laki menyebalkan ini sudah merusaknya. Sekarang Cleona hanya tinggal menunggu bagaimana hidupnya setelah ini.
***
Happy reading guys, jangab lupa vote, love dan dan menekan tombol sukanya ya.
Terima kasih untuk dukungannya 😊😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Riska Wulandari
juteknya kamu Queennnnn..
eh tapi kok Queen jadi benci ke Rapa ya thor??
2021-11-08
0
Neng Punya'e Jhomblo
q msh stay bc ny y kak..
2021-05-25
1
Emi Yuliana
knpa aku Bru tau hri ini yaa pdhal ngikutin kisah bapak SamA emaknya
2021-05-19
1