Rifanza lega setelah tiba di apartemennya.
Pantas saja mamanya selalu mengkhawatirkannya. Padahal selama ini dia baik baik saja. Ternyata tanggal apes memang ngga ada di kalender.
Dia pun menata belanjaan stok makanannya di dalam kulkas.
Kemudian dia meneguk minuman dingin yang ada di sana.
Rifanza jadi teringat dengan kulkas laki laki itu yang kosong.
Sayang banget, decihnya dalam hati. Dapur laki laki itu lebih mewah dan luas dari dapur sempit miliknya yang hanya ada satu kompor listrk.
Bahkan ada oven gede juga di sana.
Pasti menyenangkan di dapur laki laki itu karena bisa lesehan kalo mau membuat kue kue kering di sana. Ngga seperti dirinya yang kakinya pasti akan merasa pegal karena bisa berdiri saja saat mengolah apa pun.
Dia suka masak? batinnya kepo.
Rifanza teringat lagi dengan apartemen milik laki laki itu. Baru kali itu dia berada di dalam apartemen super mewah.
Berapa, ya, harga sewanya perbulan?
Apartemen kecilnya saja cukup menguras kantongnya jika dia menggunakan uang tabungan. Untung saja orang tuanya masih mau membiayai pengangguran seperti dirinya.
Pasti dia orang yang sangat kaya raya. Dia kerja dimana, ya, bisa nyewa apartemen semewah itu, batinnya masih saja kepo.
Rifanza meneguk minumannya lagi.
Tapi siapa yang mau membu nuhnya? Jangan jangan dia bandar obat terlarang dan sedang dikejar intel polisi.
Membayangkan itu saja sudah membuatnya merinding ngeri.
Untung dia segera pulang.
Hanya jadi bandar saja yang bisa membuat orang menikmati kemewahan di umur semuda itu, putusnya dalam hati setelah banyaknya pertanyaan dan dugaan yang berseliweran di dalam kepalanya.
*
*
*
Pagi yang cerah, setelah mengalami malam yang mencekam Rifanza segera bersiap siap untuk menemui dosen pembimbingnya.
Dia membutuhkan beberapa kali bimbingan lagi, setelah itu dia baru bisa sidang.
Leganya, setelah berkutat dengan buku buku literatur bahasa asing yang bisa membuatnya cepat berkerut, akhirnya ngga lama lagi dia akan bebas.
Setelah memanggang roti kemudian mengoleskannya dengan selai, dia pun menyimpan sebotol air mineralnya ke dalam tas.
Sambil menggigit roti, Rifanza meraih tas dan kunci apartemennya, kemudian melangkah ke arah pintu.
Masih ada waktu berdandan di dalam mobil.
Setelah mengunci kamarnya dan saat berbalik, dia terkejut melihat laki laki si bandar obat terlarang itu ada di depannya.
"Hai," sapa Shaka dengan senyum lebarnya karena melihat tampilan acak acakan gadis itu.
Kok, dia tau aku tinggal di sini? Dia memata mata-i? batin Rifanza waspada.
'Mau kuliah?"
Rifanza mengangguk dengan matanya yang lekat menatap laki laki di depannya.
Dia memgenakan jas seakan akan dia seorang bos. Bos bandar obat terlarang pasti, duganya yakin dalam hati.
Tapi Rifanza ngga bisa memungkiri kalo laki laki ini sangat berkharisma. Jantung lemahnya berdebar kencang.
"Aku antar."
"Ngga usah, aku sendiri aja."
Ingat Rifanza, dia memang sangat tampan. Tapi kalo dia memang bosnya bandar obat, hidupmu akan dalam bahaya, hatinya mengingatkan.
"Ngga apa. Rotimu sepertinya enak." Tanpa sempat dicegah, Shaka mengambil roti yang berada di tangan Rifanza dan menggigit bagian yang sudah dimakan oleh gadis itu tadi.
"Lumayan," ucapnya sambil menghabiskan roti yang memang tinggal separuh itu.
Kemudian mengeluarkan sapu tangan di dalam saku celananya, membersihkan tangan dan mulutnya.
"Sorry, ada sedikit selai di ujung bibirmu."
Rifanza yang sejak tadi bengong mengamati tindakan ngga terduga laki laki itu semakin ngefreeze ketika si bos bandar mengusap sudut bibirnya dengan ujung sapu tangan yang masih bersih.
Kemudian Shaka membuang saputangannya ke tempat sampah.
Rifanza meliriknya.
"Ayo." Kini si bos bandar menarik tangan Rifanza agar mengikuti langkahnya.
Rifanza ngga bisa menolak. Jantungnya semakin cepat berdetak.
"Mana kunci mobilmu?" Shaka mengulurkan tangannya begitu mereka tiba di basemen, tempat mobilnya di parkir.
"Buat apa?" tanya Rifanza bingung. Di samping mobilnya sudah berdiri seorang laki laki yang berseragam pengawal ala film film yang dia tonton.
"Pengawalku akan membawanya ke tempat carwash yang aman."
Oh iya, Rifanza lupa di jok kursinya ada bekas darah si bos bandar ini.
Rifanza pun mengulurkan kunci mobil itu pada Shaka. Dan Shaka memberikannya pada pengawalnya.
Setelah menunduk hormat, pengawalnya pun pergi dengan mengendarai mobil Rifanza.
Rifanza memperhatikannya dengan cemas.
Nggak bakal hilang, kan?
"Jangan khawatir, mobilmu berada di tangan yang tepat. Ayo, ku antar ke kampusmu," ucap Shaka sambil membukakan pintu mobilnya dengan tatapan ke arah Rifanza.
Rifanza menoleh dan melihat isyarat di mata elang laki laki itu. Mobil laki laki itu ternyata berada di dekat mobilnya.
Yang membuat Rifanza tertegun, mobil laki laki itu sangat mewah. Mobil pelit untuk dua orang
"Nanti kamu telat."
Si bos bandar itu seakan memintanya cepat masuk ke dalam mobilnya.
Melihat gadis itu masih diam saja, Shaka menarik tangannya dan membawanya mendekati mobilnya.
Jika saja luka di perutnya sudah sembuh, dia akan langsung menggendong si peragu ini.
Dengan canggung Rifanza duduk di jok yang super empuk. Mobil mewah yang keluarganya punya baru setaraf bmw saja.
Ketika bos bandar obat terlarang itu sudah berada di dalam mobil, dia langsung menjalankan mobilnya.
"Kampusmu dimana?"
Rifanza menyebutkannya.
"Oooh, oke."
Ngga jauh rupanya, batin Shaka.
"Emm... Bisakah ngga ngebut?" Rifanza tau kecepatan rata rata untuk mobil sport semewah ini. Pasti akan terlihat aneh kalo melambat. Padahal dia butuh berdandan.
"Kenapa?"
"Emm.... Aku ingin.... menyisir rambutku." Wajahnya merona.
Shaka tersenyum, dia memang merasa aneh dengan penampilan yang lagi lagi asal asalan gadis itu.
Rambutnya dicepol seadanya, dan tidak ada warna lipstik di bibirnya. Padahal mau ke kampus.
"As you wish, nona."
DEG DEG
Si bos bandar memang pintar mengeluarkan kata kata lembut yang membuat ritme jantungnya makin parah.
Dan memang mobil sport itu melaju dengan nyaman.
Rifanza melirik si bos bandar itu ragu.
"Hanya sisiran saja, kan? Ngga ganti baju?" canda Shaka penuh senyum.
Ya enggaklah. Pakaiannya sudah cukup pantas.
Dia bahkan menggunakan merek yang cukup ternama.
"Lebih baik dandan sekarang, kampusmu bentar lagi kelihatan," ucap Shaka ketika melihat gadis itu ragu ragu lagi.
Rifanza tau itu. Hanya saja dia belum pernah berdandan di depan laki laki asing.
Rifanza melirik bos bandar itu lagi, setelah menghela nafas, dia pun mengeluarkan sisir dan perlengkapan make upnya.
Tangannya melepaskan cepolan rambutnya yang memang ngga sempat disisir.
Harum apel dari rambut yang terurai itu terendus oleh Shaka. Sekarang ganti dia yang melirik.
Ada desir halus di rongga dadanya. Ternyata gadis itu sangat cantik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Rahayu Ayu
Ada yg lagi otw cari pasangan nih...
Semoga aja Rifanza bisa jadi obat untuk luka hatinya Shaka,
dan srmoga Rifanza jadi pelabuhan terakhir kapalnya Shaka..
2025-06-08
3
🟡◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
ternyata ini kisah Shaka anak Eril dan Edna so abang Sean/Facepalm/
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
2025-06-16
0
Rahmawati
wkwkwk, shaka di kira bos narkoba
2025-06-10
1