Dendam : 02

“Dia_ kemana dia?!”

Bugh!

Kaki pincangnya tidak bisa menahan keseimbangan, berakhir terjengkang.

"Kemana perginya dia?" kedua pria lainnya tidak kalah terkejut.

"CEPAT CARI! JANGAN SAMPAI SI SUNDAL ITU MENGADU PADA WARGA!!!" Pria kejam yang tadi berlaku sangat kasar, berteriak nyaring, ia bergegas mengeluarkan parang yang terikat pada pinggang.

Ketiga sosok itu mengamati tempat dimana tadi sang korban mereka ikat. Hanya ada tali tambang, sandal jepit, bra yang tali depannya putus, celana dalam robek, baju terusan tak berbentuk lagi.

“Hujan Bedebah!” pemuda berwajah codet terlihat murka, mulutnya terus mengumpat, berjalan sembari memicing dan melotot kan mata, mencari jejak Sawitri.

Namun, seberapa jauh mereka melangkah, secuil pun tak ditemui jejak apalagi sosok wanita yang tadi mereka tinggalkan dalam keadaan pingsan.

“Jahannam! Kemana perginya Lonte itu?!” Ia mengelap keringat di pelipis, kaki nya terasa berdenyut dikarenakan terlalu lama berjalan tak tentu arah.

Hari sudah mulai gelap, langit pun tampak menghitam, ketiga manusia tanpa perasaan itu masih tetap berjalan bersisian mencari Sawitri. Namun, akibat hujan deras tadi, mereka kehilangan jejak, tak ada telapak kaki, ataupun tetesan darah.

Sawitri seolah menghilang bak ditelan bumi.

Sampai dimana para pria layaknya preman itu tiba di pinggir sungai.

“Apa mungkin dia menyeberangi sungai besar itu dan memasuki hutan terlarang?”

“Bodohnya kau! Mana mungkin dia bisa berenang, sedangkan untuk bangun saja tak mampu. Tak nya kau lihat tadi, tubuhnya habis babak belur kita buat, bisa jadi pun kewanitaannya robek!” ketus pria sangar rambut gondrong.

Si pincang menghela napas kasar, dia nyaris putus asa, lelah, lapar, kesal, nafsu tak tersalurkan, semua rasa itu menjadi satu.

Tiba-tiba suasana menjadi senyap, sunyi, udara segar tadi berubah pengap, hampa. Binatang hutan seketika berhenti berbunyi, burung-burung walet tidak lagi berterbangan di atas permukaan air sungai yang berwarna keruh.

Sepersekian detik kemudian, hewan Gareng berbunyi saling bersahutan.

“Ada Gareng! Sebaiknya kita pergi dari sini!” si pria codet berbalik badan, tengkuknya merinding, ia dapat merasakan aura mistis yang pekat.

Kedua temannya mengikuti dari belakang, mereka melangkah tergesa-gesa.

Para warga mempercayai bila ada Gareng berbunyi, berarti ditempat yang sama ada pula sosok ghaib.

Suara motor yang tidak ber plat itu terdengar bising, sang pengendara memutar habis gas tangan.

Bertepatan dengan itu, dibalik pohon keramat, muncul sosok berjubah putih, rambut panjang menutupi wajah, terlihat membuka kepalan tangannya berkuku runcing, memanggil hewan peliharaan, Gareng hijau.

Seketika suasana kembali hangat, burung hantu berbunyi, dan jangkrik mengerik.

.

.

“Bagaimana Pak? Apa Witri sudah ketemu?” tanya Mina, wajahnya terlihat cemas, sembab.

Pak Kasman menggeleng lemah, meluruhkan bokong pada undakan tangga teras, perutnya terasa perih, pakaian basah, tapi tidak dirasa.

“Lantas kita harus apa, Pak?” bu Mina kembali histeris, dia turun dari pembatas rumah, duduk tepat di belakang sang suami. Tangan tua nya mengguncang bahu pak Kasman.

“Ayo kita ke rumah Juragan Bahri, Pak! Siapa tahu Witri ada di sana bersama suaminya,” ajaknya.

“Tak mungkin, Buk. Kita tahu betul bila pernikahan Sawitri dan nak Hardi, tersembunyi dan hanya secara siri.” Pak Kasman meraup wajahnya seraya menghembuskan napas letih.

“Beberapa kali kita dapati saat Nak Hardi mewanti-wanti Sawitri, agar jangan sampai membeberkan pernikahan mereka, tak boleh juga berkunjung ke hunian mertuanya. Semua itu telah membuktikan kalau menantu kita belum siap jujur dihadapan orang tuanya,” sambungnya terdapat nada sesal.

Bu Mina tergugu, ingin bertindak lebih tapi terhalang status tersembunyi sang putri.

Ya, tiga bulan yang lalu, Sawitri dinikahi oleh Hardi. Namun pernikahan itu hanya dihadiri Hardi seorang diri, dan kedua orang tua Sawitri serta pak penghulu, ada juga seorang saksi bayaran dari pihak Hardi.

Sebenarnya kedua orang tua Sawitri tidak setuju, mereka sadar diri akan kesenjangan ekonomi. Keluarga sang menantu bukan orang sembarangan, melainkan sosok ditakuti, pemilik perkebunan kopi terbesar di wilayah transmigrasi.

Sementara keluarga Sawitri, hanya pekerja serabutan, tak jarang pula menjadi pemetik buah kopi di perkebunan milik juragan Bahri.

Namun, putri mereka sudah terlanjur jatuh cinta kepada Hardi, pemuda baik budi, begitu menyayangi, dan berkelakuan baik, bertutur kata sopan. Sehingga tidak ada cara lain, selain merestui hubungan mereka, daripada berbuat zinah.

"Witri kau dimana Nak? Apa tak kasihan lihat Mamak dan Bapak yang mencemaskan mu ini," lirih bu Mina.

***

Malam semakin larut, kedua orang tua Sawitri duduk di lantai ruang tamu, hanya ditemani lampu teplok yang kacanya menghitam sebagian dikarenakan nyala api terlalu besar.

Tidak ada yang bersuara hanya terdengar suara sesenggukan tangis Bu Mina. Pintu rumah masih dibuka, mereka menunggu kepulangan putri semata wayang.

“Kalau sampai besok pagi Witri belum pulang juga, kita harus ke rumah juragan Bahri, Pak! Ibuk tak peduli lagi pada permintaan Hardi, bila nanti pun kita kehilangan mata pencaharian, tak mengapa asal Sawitri pulang,” lirih bu Mina, suaranya terdengar serak.

“Semoga saja Sawitri bersama dengan suaminya, Buk. Sebelumnya juga dia pernah pergi dua hari dibawa oleh Hardi ke kota, siapa tahu sekarang pun sama seperti itu,” katanya penuh harap, matanya tidak berkedip menatap suasana gelap diluar sana.

.

.

Pagi hari, kabut tebal masih menyelimuti, embun membasahi dedaunan. Pada undakan tangga rumah panggung sederhana, seorang pria bertubuh gagah tengah mengetuk pintu, wajahnya dipenuhi binar bahagia, merasa senang bisa bertemu kembali dengan sang pujaan hati.

Tok

Tok

“Ibuk, Pak, Sayang!” ia terlihat tak sabaran, sebelah tangannya menjinjing plastik kresek.

Daun pintu yang terlihat keropos dimakan rayap itu dibuka setengah, terlihat sosok wanita paruh baya berwajah kuyuh, kantung mata menghitam, rambut putihnya keluar dari gelungan.

“Ibuk, kenapa?”

“Mana Sawitri, Hardi?!” pertanyaan dibalas tanya, seraya kepalanya bergerak ke kanan-kiri mencari sang putri.

“Maksudnya apa, Buk? Saya kemari ingin bertemu Witri. Ini saya bawakan buah anggur kesukaannya,” rautnya kebingungan hingga keningnya mengernyit dalam.

“Bapak!” Bu Mina berpegangan pada kusen pintu, ia tak sanggup menahan bobot tubuh.

“Apa Buk? Witri pulang kah?” langkahnya tergesa-gesa, sampai kain lap yang tersampir di pundaknya terjatuh, ia sedang menanak nasi di dapur terpisah dari bangunan rumah.

“Nak Hardi, mana putri Bapak?” netra tuanya bergerak liar, mencari sosok yang begitu ia kasihi.

Antara bingung, sedih, Hardi menatap tidak percaya pada kedua mertuanya. “Sebetulnya ini ada apa? Tolong jelaskan!”

Melihat wajah nelangsa sang menantu, pak Kasman menguatkan hati, ia bertutur lirih menceritakan tentang niat Sawitri yang ingin mengabarkan kehamilannya kepada suaminya.

“Ayo kita temui Ayah! Hanya dia yang bisa membantu mencari istriku.” Hardi menghapus kasar air matanya, buah tangan yang ia bawa tadi telah jatuh di tanah.

“Apa kau telah siap menanggung resiko atas terbongkarnya pernikahan siri mu ...?”

.

.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Yuli a

Yuli a

tuh kan... pernikahan yang tak direstui.... aku yakin nih pasti semua itu perbuatan juragan basri... jadi percuma aja Hardi kamu minta bantuan bapakmu.
atau mungkin sebenernya Sawitri ini tadinya mau dijadiin tawanan gitu. buat tawaran ke Hardi. bapaknya mau nolong Hardi buat nyari Sawitri asalkan Hardi mau nikah sama cewek pilihan orang tuanya.

tapi ternyata takdir berkata lain, Sawitri hilang saat di eksekusi., ini pasti membuat juragan Basri ketar-ketir. entah apa yang akan dilakukan..

orang jaman dulu yang merasa kaya itu sok berkuasa. nggak mau ngeliat yang miskin.. punya mantu juga harus sepadan .

lagian Hardi juga kalau emang bener-bener cinta ngapain nikah sembunyi-sembunyi. yang dirugikan yang cewek kalau udah kayak gini.
kamu jadi kehilangan anak istri kamu kan ...?

2025-06-10

7

SR.Yuni

SR.Yuni

Bu Mina ...aku yg anakku telat pulang sekolah saja sudah cemas nangis semua temannya aku tanyain. Sawitri yg lagi hamil gak pulang2 gimana gak sedih ortunya.

2025-06-10

2

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

lw baik g mungkin hanya dinikahi siri lw Hardi emang cinta ama witri harusnya dia berjuang dong buat minta restu ama orang tuanya

2025-06-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!