BAB 5 : Kak Uya

"Hai kakak ... kakak sedang potret apa?"

Ah ... rupanya keponakan Nur sudah sampai sini. Cepat sekali menghilang dari Nur.

"Motret pemandangan, Adik."

"Boleh dong ... kami di foto?"

"Boleh."

Aku arahkan kameraku pada mereka yang bergaya bak seorang peragawan/peragawati. Cocok dengan gaya fotogenic.

Lalu aku memperlihatkan slide foto mereka. Mereka tertawa gembira menyaksikan gaya mereka yang manis.

"Terima kasih, kakak."

"Sama-sama."

"Sudah, adik. Boleh kakak pergi?"

"Kakak rumahnya mana?

Aku hanya tersenyum menatap mereka. Sambil masuk ke dalam mobil. Takut kalau Nur melihatnya.

Ponakan Nur ternyata tak jauh beda dengan Nur kecilku dulu. Mudah akrab dengan orang.

"Da ... da ... Adik. Kapan-kapan kalau kakak ketemu, kalian akan kakak potret lagi."

"Ku tunggu waktu itu, Kakak."

Entah mengapa terlintas dalam pikiranku, untuk menyapa Nur lewat mereka.

"Kakak boleh minta tolong sampaikan salam untuk tante Nur ya ..."

"Dari siapa, Kak?"

"Dari kak Uya."

"Kalau tak lupa, Kak."

Segera ku memasang sabuk pengaman. Dan menyuruh Anas menghidupkan mesin mobil.

"Nas, Yuk."

"Baik, Pak."

Kedua kanak-kanak itupun melambaikan tangan pada kami yang berlahan meninggalkan jalanan yang sepi.

"Kita langsung balikkah, Pak?"

"Ya. aku juga mau terusin pengobatanku. Entah berhasil sembuh atau tidak. Setidaknya aku sudah berusaha."

"Semangat, Pak."

"Ya.Nas."

"Sebenarnya bapak ke sini untuk apa?"

Bahrul tersenyum dan diam cukup lama. Selama ini dia tak berani berbagi cerita pada siapapun. Apalagi tentang pribadinya.

Hanya pada Anas, yang merupakan sopir pripadinya sejak 7 tahun ini, dia agak sedikit terbuka.

"Tak ada apa-apa."

"Anas senang kalau tak ada apa-apa."

"Lalu siapa wanita itu?"

"Calon istriku yang gagal."

Bahrul menarik napas panjang.

"Maksudnya, dia menolak bapak."

"Bukan Nas."

"Lalu?"

"Aku malu terhadap diriku sendiri. Aku ingin sembuh, baru menemuinya."

"Ya, Pak. Anas mengerti."

"Apa nggak keburu diambil orang?"

"Dalam keadaan seperti ini, aku hanya pasrah, Nas."

"Seandainya dia menerimaku. Aku takut dia akan menderita, karena tak bisa memenuhi kebutuhan batinnya."

"Kalau jodoh pasti nggak kemana."

"Moga-moga."

💎

Rupanya cukup banyak bunga turi yang terkumpul. Untunglah ada daun sukun yang cukup lebar jatuh. Dari pohon sokun yang ada di pojok ladang ayah. Sehingga dengan mudah aku bisa membawa semua bunga turi yang kupetik untuk ku bawa pulang. Sebagai lalapan. Yang bisa dinikmati dengan sambal kacang. Pasti lezat sekali.

"Hai, kalian dari mana saja?"tanya Nur mendapati keponakan yang dicari datang menghampiri sambil tertawa.

"Habis jalan-jalanlah tante."

"Kalian ini, cepat sekali jalannya. Tante sampai tak bisa mengejar."

"Maaf tante, habis tante lambat sich."

Nach ... dibilangi malah balik bilangi. Anak sekarang masa kelahiran perioda alpha.

Banyak terkena radiasi alpha, begini jadinya.

"Itu tante, aku tadi ketemu orang, titip salam untuk tante." cerita Novi. Yang membuatku tertawa geli melihat mimiknya yang lucu, sambil badannya digoyang-goyang.

"Namanya siapa?"

"Bilangnya dari kak Uya."

"Kak Uya."

Kak Uya, sebuah nama yang tak mungkin ku lupa. Tapi mengapa sampai sekarang dia tak pernah datang untuk menemuiku.

"Di mana kamu bertemu?"

"Di sana."

Dia menunjuk pada jalanan, yang beberapa waktu lalu, kulihat ada sebuah mobil hitam berhenti di sana. Tapi sekarang tak ada.

Apa benar dia datang. Tapi mengapa tak mau menemuiku.

"Kalian tak salah?"

"Tidak. kalau kakak tak percaya ... tanya sama Noval."

"Benar, Tante. Kami tadi di fotonya."

"Oke ... oke. Tante percaya."

"Sekarang bantu tante, bawa ini semua ke rumah."

"Oke." jawab keduanya riang.

Kuberi masing-masing setelangkup daun sukun yang berisi bunga turi. Dengan bungkusan yang rapi. Agar tak tumpah bila mereka bawa lari. Setelah menerimanya, mereka pergi meninggalkanku seorang diri memetik cabai di tegalan antara pematang sawah. Setelah puas akupun kembali.

Tak dapat kupungkiri mendengar nama kak Uya. Memberiku harapan bahwa suatu saat kami akan berjumpa. Tak salah bila aku menolak laki-laki yang bernama Bahrul tadi malam.

Dengan ringan Nur kembali ke rumah.

Setelah membasuh tangan dan kaki, dia ke dapur, memberikan cabe yang dia bawa ke bu Farhan yang menerimanya dengan senang.

"Kebetulan Nur, cabainya habis."

Kulihat mbak Nadya sudah selesai menyiapan semuanya. Tinggal sentuhan akhir, yaitu sambal dan sayuran sebagai lalapan, baik yang dimasak maupun yang dibiarkan mentah.

Jadi bantuanku mungkin sudah tak diperlukan lagi. Hingga dengan ringan aku berpamitan meninggalkan mereka pergi ke kamar.

Untuk menenangkan hatinya yang mulai terusik dengan lelaki yang selama ini dinantikannya. Dia merogoh di dalam almarinya. Mengambil sebuah kotak kecil. Yang berisikan benda berharga miliknya. Yaitu liontin berbentuk hati.

Dalam hati dia berbisik,

"Kak, kapan kamu datang. Tak tahukah kamu selama ini aku merindukanmu."

"Atau kamu tak mau menemui Nur lagi?"

Setelah puas memandang benda kenangannya. Nur menuju ke kamar mandi. Hendak membersihkan diri. Meninggalkan benda itu tergeletak begitu saja di atas meja.

Tanpa sepengetahuan Nur, bu Farhan masuk ke dalam kamarnya. Menunggu dengan sabar. Sampai Nur keluar dari kamar mandi.

Dia memandang dengan tersenyum liontin yang tergeletak di atas meja.

"Ternyata putriku masih menyimpannya hingga saat ini."

Tak lama kemudian, Nur keluar dari kamar mandi dengan busana yang lengkap tanpa kerudung.

"Ibu. Maafkan Nur. Nur nggak tahu kalau ibu di kamarku. "

"Sudah lamakah, Bu?"

"Ya, Nur."

"Ada apa, Bu?"

"Ada yang ingin aku omongkan sama kamu, Nur."

"Kamu masih menyimpannya, Nur."

Kulihat pandangan ibu tertuju ke liontin itu, sambil senyum-senyum.

Aku menunduk, tak mau menatap ibu yang tersenyum memandangku.

"Duduklah!"

Aku menurut saja. Duduk di samping beliau dengan tertunduk malu.

"Nur, kalau kamu masih menantikannya. Mengapa kamu tinggal cincin pertunanganmu ini di luar?"

Aku terkejut mengapa cincin yang kulepas tadi malam, sekarang telah berada di tangan ibu.

"Maksud ibu?"

"Kamu tak tahu siapa yang melamarmu tadi malam?"

Aku menggelengkan kepala, bingung dengan pernyatan ibu.

"Bukankah dià yang datang tadi malam adalah Bahrul. Sedangkan yang ada di hati Nur hanya kak Uya, Bu." aku menjawab terus terang. Agar aku punya alasan mengapa aku melepaskan cincin itu.

"Nur ... Nur ... jadi sampai sekarang kamu nggak tahu nama lengkap kak Uya-mu itu." ujar ibu dengan menahan tawa.

Ibu membelai punggungku dengan sedikit agak keras menekan.

"Nur ... Nur ... Bahrul itu Uya-mu."

"Jadi yang datang tadi malam adalah kak Uya, Bu."

Ibu mengangguk.

Seketika aku menjadi lemas. Tak kusangka orang yang selama ini kunanti, ternyata telah kutolak mentah-mentah. Aku telah terbawa emosi mendengar kat-katanya yang arogan. Yang mungkin maksudnya bercanda.

Ah ....

Aku benar-benar bodoh.

Apakah karena itu, dia tak mau menemuiku. Hanya mengirim salam padaku melalui keponakanku yang kecil-kecil ini.

Terpopuler

Comments

Baihaqi Sabani

Baihaqi Sabani

yeeeeeeee nur yg mnyesal🤣🤣🤣🤣🤣

2022-09-19

0

Lia Rosita

Lia Rosita

Aduh gimana dong? Nur minta diralat gitu ke authornya He he he

2021-04-17

1

🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ

🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ

semangat kak😃

2021-04-10

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : Pulang
2 BAB 2 : Lamaran.
3 BAB 3 : Nur dan Aku
4 BAB 4 : Moment Pagi
5 BAB 5 : Kak Uya
6 BAB 6 : Bisikan Hati yang Patah
7 BAB 7 : Rujakan
8 BAB 8 : Perhatian Andre
9 BAB 9 : Kangen
10 BAB 10 : Akhirnya Ku Nyatakan
11 BAB 11 : Yang Tersimpan
12 BAB 12 : Langkah Nyata
13 BAB 13 : Bu Retno
14 BAB 14 : Lagi dan Usai
15 BAB 15 : Rombongan Tamu
16 BAB 16 : Bertemu Keluarga
17 BAB 17 : Persiapan
18 BAB 18 : Calon Menantu
19 BAB 19 : Hasil DNA
20 BAB 20 : Diikuti
21 BAB 21 : Bertemu Ulya
22 BAB 22 : Lupakan Kakak
23 BAB 23 : Persiapan
24 BAB 24 : Keraguan
25 BAB 25 : Penelusuran
26 BAB 26 : Janji Suci
27 BAB 27 : Kubawa Dirimu
28 BAB 28 : Aku Masih Takut
29 BAB 29 : Khusus Yang Sudah Menikah!!
30 BAB 30 : Hadiah Indah Pernikahan
31 BAB 31 : Terseret Ombak
32 BAB 32 : Dimana Mas Andre
33 BAB 33 : Siuman dari Tidur Panjang
34 BAB 34 : Jagalah yang Kau Cinta
35 BAB 35 : Rela Melepasmu
36 BAB 36: Bahagia atau Entahlah
37 BAB 37: Tinggallah Bersama Kami
38 BAB 38: ULYA POV
39 BAB 29: Rindu Kampung Halaman
40 BAB 40: Belanja
41 BAB 41: Di Pusara Andre
42 BAB 42: Ungkapkan Rasa
43 BAB 43 : Papa Sofyan
44 BAB 44: Baby Twins
45 BAB 45: Aku Ingin Pulang
46 BAB 46 : Cari Makan
47 BAB 47 : Tentang Devra
48 BAB 48 : Selamat Tinggal
49 BAB 49 : Cerita Ulya dan Mama Devra
50 BAB 50 : Sandiwara Naura
51 BAB 51 : Malam Ini
52 BAB 52 : Mengantar Devra ke Sekolah
53 BAB 53 : Insiden Kecil
54 BAB 54 : Bumil Kesal dan Merajuk
55 BAB 55 : Rasaku
56 BAB 56 : Kehadiran Mustafa
57 BAB 57 : Rindu
58 BAB 58 : Melahirkan
59 BAB 59 : Ibu yang bahagia
60 BAB 60 : Meminang
61 BAB 61 : Papa Sofyan Datang
62 BAB 62 : Semua Harus Jelas
63 BAB 63 : Mustofa (POV)
64 BAB 64 : Rima dan Tamu Mustofa
65 BAB 65 : Sepenggal Cerita Ifroh
66 BAB 66 : ke KBRI
67 BAB 67 : Keinginan Mustofa
68 BAB 68 : Kembali ke Rumah Abbah
69 BAB 69 : Dalam Keluarga Ulya
70 BAB 70 : Semua Pergi
71 BAB 71 : Memendam Rindu
72 BAB 72 : Ummi Oh Ummi
73 BAB 73 : Kehebohan Keluarga Naura
74 BAB 74 : Kemesraan dalam ikatan
75 BAB 75 : Rumah Baru
76 BAB 76 : Bercengkrama Bersama
77 BAB 77 : ke Kebun Ahmad
78 BAB 78 : Luka Lama
79 BAB 79 : Kembali
80 BAB 80 : Kisah Masa Lalu
81 BAB 81 : HAGYA
82 BAB 82 : Putri Kita
83 BAB 83 : Engkau Kekasihku
84 BAB 84 : Awal Cerita
85 BAB 85 : Akmal Menghilang
86 BAB 86 : Mencari Akmal
87 BAB 87 : Tak Bisa Ku temukan
88 BAB 88 : Ada Rasa Yang Hilang
89 BAB 89 : Aku Tak Bisa Melupakanmu
90 BAB 90 : Kakak/Kekasih (untuk yang sudah menikah)
91 BAB 91 : Awal Perjalanan
92 BAB 92 : Kehangatan Keluarga dalam Pesawat
93 BAB 93 : Kabar Akmal
94 BAB 94 : Akmal Ditemukan
95 BAB 95 : Mengenang Masa Kecil
96 BAB 96 : Berkunjung ke Rumah Tante Nadya
97 BAB 97 : Bermain dengan si Kembar
98 Keluarga Tarzan
99 Rima
100 Utuh atau Berbagi
101 Krucil Ceria
102 Lanjut Untuk Rima
103 Dinner Ala Mustofa dan Rima
104 Ungkapkan saja
105 Restu Yang Sempurna
106 Sesuatu Tentang Mustofa
107 Memutuskan Hari H
108 Kenangan Masa Lalu
109 Dengan Vidio call
110 Ini Papa Sayang
111 ke Halim
112 Samperin Aja
113 Pengantin Baru
114 Tengah Malam
115 Kebahagiaan yang Bertambah (end)
116 pengumuman
117 pengumuman karya baru
Episodes

Updated 117 Episodes

1
BAB 1 : Pulang
2
BAB 2 : Lamaran.
3
BAB 3 : Nur dan Aku
4
BAB 4 : Moment Pagi
5
BAB 5 : Kak Uya
6
BAB 6 : Bisikan Hati yang Patah
7
BAB 7 : Rujakan
8
BAB 8 : Perhatian Andre
9
BAB 9 : Kangen
10
BAB 10 : Akhirnya Ku Nyatakan
11
BAB 11 : Yang Tersimpan
12
BAB 12 : Langkah Nyata
13
BAB 13 : Bu Retno
14
BAB 14 : Lagi dan Usai
15
BAB 15 : Rombongan Tamu
16
BAB 16 : Bertemu Keluarga
17
BAB 17 : Persiapan
18
BAB 18 : Calon Menantu
19
BAB 19 : Hasil DNA
20
BAB 20 : Diikuti
21
BAB 21 : Bertemu Ulya
22
BAB 22 : Lupakan Kakak
23
BAB 23 : Persiapan
24
BAB 24 : Keraguan
25
BAB 25 : Penelusuran
26
BAB 26 : Janji Suci
27
BAB 27 : Kubawa Dirimu
28
BAB 28 : Aku Masih Takut
29
BAB 29 : Khusus Yang Sudah Menikah!!
30
BAB 30 : Hadiah Indah Pernikahan
31
BAB 31 : Terseret Ombak
32
BAB 32 : Dimana Mas Andre
33
BAB 33 : Siuman dari Tidur Panjang
34
BAB 34 : Jagalah yang Kau Cinta
35
BAB 35 : Rela Melepasmu
36
BAB 36: Bahagia atau Entahlah
37
BAB 37: Tinggallah Bersama Kami
38
BAB 38: ULYA POV
39
BAB 29: Rindu Kampung Halaman
40
BAB 40: Belanja
41
BAB 41: Di Pusara Andre
42
BAB 42: Ungkapkan Rasa
43
BAB 43 : Papa Sofyan
44
BAB 44: Baby Twins
45
BAB 45: Aku Ingin Pulang
46
BAB 46 : Cari Makan
47
BAB 47 : Tentang Devra
48
BAB 48 : Selamat Tinggal
49
BAB 49 : Cerita Ulya dan Mama Devra
50
BAB 50 : Sandiwara Naura
51
BAB 51 : Malam Ini
52
BAB 52 : Mengantar Devra ke Sekolah
53
BAB 53 : Insiden Kecil
54
BAB 54 : Bumil Kesal dan Merajuk
55
BAB 55 : Rasaku
56
BAB 56 : Kehadiran Mustafa
57
BAB 57 : Rindu
58
BAB 58 : Melahirkan
59
BAB 59 : Ibu yang bahagia
60
BAB 60 : Meminang
61
BAB 61 : Papa Sofyan Datang
62
BAB 62 : Semua Harus Jelas
63
BAB 63 : Mustofa (POV)
64
BAB 64 : Rima dan Tamu Mustofa
65
BAB 65 : Sepenggal Cerita Ifroh
66
BAB 66 : ke KBRI
67
BAB 67 : Keinginan Mustofa
68
BAB 68 : Kembali ke Rumah Abbah
69
BAB 69 : Dalam Keluarga Ulya
70
BAB 70 : Semua Pergi
71
BAB 71 : Memendam Rindu
72
BAB 72 : Ummi Oh Ummi
73
BAB 73 : Kehebohan Keluarga Naura
74
BAB 74 : Kemesraan dalam ikatan
75
BAB 75 : Rumah Baru
76
BAB 76 : Bercengkrama Bersama
77
BAB 77 : ke Kebun Ahmad
78
BAB 78 : Luka Lama
79
BAB 79 : Kembali
80
BAB 80 : Kisah Masa Lalu
81
BAB 81 : HAGYA
82
BAB 82 : Putri Kita
83
BAB 83 : Engkau Kekasihku
84
BAB 84 : Awal Cerita
85
BAB 85 : Akmal Menghilang
86
BAB 86 : Mencari Akmal
87
BAB 87 : Tak Bisa Ku temukan
88
BAB 88 : Ada Rasa Yang Hilang
89
BAB 89 : Aku Tak Bisa Melupakanmu
90
BAB 90 : Kakak/Kekasih (untuk yang sudah menikah)
91
BAB 91 : Awal Perjalanan
92
BAB 92 : Kehangatan Keluarga dalam Pesawat
93
BAB 93 : Kabar Akmal
94
BAB 94 : Akmal Ditemukan
95
BAB 95 : Mengenang Masa Kecil
96
BAB 96 : Berkunjung ke Rumah Tante Nadya
97
BAB 97 : Bermain dengan si Kembar
98
Keluarga Tarzan
99
Rima
100
Utuh atau Berbagi
101
Krucil Ceria
102
Lanjut Untuk Rima
103
Dinner Ala Mustofa dan Rima
104
Ungkapkan saja
105
Restu Yang Sempurna
106
Sesuatu Tentang Mustofa
107
Memutuskan Hari H
108
Kenangan Masa Lalu
109
Dengan Vidio call
110
Ini Papa Sayang
111
ke Halim
112
Samperin Aja
113
Pengantin Baru
114
Tengah Malam
115
Kebahagiaan yang Bertambah (end)
116
pengumuman
117
pengumuman karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!