episode 5 BANGKITNYA MATA API

Burung phoenix api itu tampak terbang berputar-putar di langit-langit rumahnya. Kemudian tiba-tiba saja langsung menukik tajam ke arah Evan. Burung phoenix itu membelah tubuhnya menjadi dua bagian dan langsung masuk ke dalam kedua mata dari Evan.

"Aaa..." Evan berteriak kesakitan sambil memegangi kedua matanya.

Kedua matanya seolah terbakar oleh api membara yang sangat panas. Sangking sakitnya rasa sakit yang Evan rasakan membuatnya tidak mampu bertahan. Evan juga seketika langsung pingsan dan jatuh ke lantai.

Dalam kondisi tidak sadar, Evan bermimpi bertemu dengan ayah dan ibunya. Ayahnya mengatakan bahwa burung phoenix api ini adalah sebuah kunci untuk membangkitkan kekuatan mata api yang terpendam di dalam dirinya.

Dengan kekuatan mata api ini, ayah Evan mengatakan bahwa Evan akan memiliki kekuatan tembus pandang, ilmu medis legendaris dan juga ahli beladiri tiada tanding.

Sedangkan ibunya mengusap kepala Evan dengan begitu lembut dan penuh kasih sayang. Tampak sekali ibunya begitu sangat menyayangi Evan.

Setelah itu, kedua orang tua Evan memeluknya dan berpesan untuk menggunakan kekuatan itu demi menolong orang dan berbuat kebajikan. Kemudian kedua orang tua Evan perlahan mulai menghilang secara perlahan.

Sementara itu, energi spiritual mulai menyelimuti tubuh Evan yang sedang tidak sadarkan diri. Kedua matanya juga mulai menyerap energi alam secara terus-menerus.

Evan tidak sadarkan diri selama semalaman di lantai ruang tamunya. Baru pada sekitar pukul 8 pagi Evan mulai tersadar dan membuka perlahan matanya.

"Ah... kepalaku sakit sekali rasanya," ucap Evan mulai bangkit memegangi kepalanya.

"Bisa-bisanya aku tertidur di lantai dan bertemu dengan ayah dan ibu," sambung Evan.

Evan merasa semua yang terjadi hanyalah mimpi semata. Burung phoenix api yang bisa terbang, mata tembus pandang, ilmu medis legendaris, ahli beladiri tiada tanding, semua itu di luar nalar manusia dan tidak masuk akal pikir Evan.

Terlihat oleh Evan kotak kayu yang telah terbuka di atas lantai, namun Evan tidak terlalu memikirkannya. Di tambah lagi kotak kayu itu kosong tidak ada apapun di dalamnya, sehingga Evan beranggapan kejadian itu tidak nyata. Evan menganggap dirinya terlalu lelah sehingga bisa tertidur di lantai.

Evan mulai mengemas kotak kayu itu dan menyimpannya kembali. Setelah itu Evan mulai mandi dan berganti pakaian. Evan hari ini berencana untuk mencari pinjaman ke teman-teman lamanya, siapa tahu bisa mendapatkan pinjaman uang yang banyak untuk membantu Juno.

Setelah berganti pakaian, Evan mulai berdiri di depan cermin sambil menyisir rambutnya. Tiba-tiba cahaya api mulai terlintas di kedua mata Evan.

Seketika Evan mendapati dirinya hanya menggunakan celana dalam saja di dalam cermin. Sontak saja Evan menjadi kaget dan langsung meraba tubuhnya seolah tidak percaya dengan penglihatannya.

"Ini bagaimana mungkin?" ucap Evan meraba pakaian di tubuhnya.

Jelas-jelas dirinya mengenakan pakaian, tapi kenapa di dalam cermin dirinya hanya menggunakan pakaian dalam saja, pikirnya.

Evan mulai memeriksa cermin dengan teliti, namun sama sekali tidak ada yang aneh dalam cerminnya.

Penasaran dengan apa yang terjadi, Evan juga mulai membuka jendela kamarnya dan melihat keluar. Seketika terlihat oleh Evan semua orang yang berjalan hanya dengan menggunakan pakaian dalam.

"Mataku mampu menembus pandang," ucap Evan seolah tidak percaya.

Kemudian Evan mulai kembali merasakan rasa sakit yang luar biasa di kedua matanya. muncul gambaran dalam benak Evan berbagai macam teknik medis legendaris untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Di susul teknik-teknik bela diri yang tidak terkalahkan seolah menyatu dalam diri Evan.

Rasa sakit di matanya perlahan juga mulai menghilang di gantikan oleh rasa hangat yang nyaman.

"ini..." Evan seolah tidak percaya dengan apa yang di alami.

Kejadian sebelumnya dia mengira hanyalah mimpi, tapi sekarang benar-benar sangat nyata.

Evan kembali berisi di hadapan cermin dan mendapati kedua matanya yang sudah berkobar seperti api yang membara.

"Apakah ini yang di maksud oleh ayah adalah mata api?" ucap Evan.

Evan mengibaskan tangannya ke arah cermin, seketika hembusan angin dari kekuatan bela diri tiada tanding langsung menghempas cermin tersebut. Kaca cermin itu langsung pecah menjadi pecahan-pecahan kecil dalam sekejap.

"Ini hebat sekali," ucap Evan dengan tubuh yang bergetar.

Evan sangat senang sekali, ternyata dirinya kini telah memiliki mata api yang luar biasa. Ternyata kejadian yang di alami sebelumnya adalah nyata.

Burung phoenix api yang masuk ke dalam kedua matanya telah membangkitkan kekuatan mata api di dalam dirinya. Dengan kata lain, segel pada kedua mata Evan baru bisa terlepas setelah burung phoenix api masuk ke matanya.

Ini benar-benar sesuatu yang tidak bisa di terima oleh akal sehat, tapi nyata benar terjadi pada dirinya. Evan tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya, hingga membuat sekujur tubuhnya bergetar hebat sangking senangnya.

"Dengan mata api ini, aku merasa bisa melakukan apapun yang luar biasa," ucap Evan mengepalkan tangannya.

Satu jam kemudian Evan sedang berjalan kaki menuju ke rumah Juno. Evan berencana untuk mengajak Juno pergi ke rumah sakit tempat ibunya di rawat. Dengan kemampuan medis legendaris yang dia miliki sekarang, Evan begitu yakin bisa menyembuhkan penyakitnya.

Karena belum terbiasa dengan kekuatan mata apinya, Evan selalu melihat orang yang melintas hanya menggunakan pakaian dalam saja. Pada saat ini Evan masih belum bisa mengontrol kekuatan matanya.

Darah hampir keluar dari lubang hidungnya di karenakan tidak berdayanya dirinya melihat banyak wanita yang dia tembus pandang. Pemandangan yang dia rasakan seolah sedang berada di pantai yang penuh dengan wanita berpakaian bikini.

"Sudah berumur memakai bra seketat itu, apa tidak takut nafasnya sesak," ucap Evan dalam hati melihat seorang wanita paruh baya yang dia tembus pandang.

Wanita paruh baya itu walaupun sudah berumur, namun berpenampilan seperti anak muda. Kulitnya yang mulai keriput di tutupnya dengan riasan yang tebal dan lipstik merah merona.

"Hei bocah, apa yang sedang kamu lihat, wajahmu tampak mesum sekali," ujar wanita paruh baya itu yang sadar Evan memperhatikannya diam-diam.

"Kamu lumayan tampan, bagaimana jika ikut tante ke rumah saja," sambung wanita paruh baya itu.

Terlihat wanita paruh baya itu tertarik dengan paras dari Evan, sehingga membuatnya mulai menggoda Evan.

"Tidak-tidak, saya sedang sibuk," balas Evan.

Evan tentu saja merasa jijik dan segera mempercepat langkahnya pergi dari sana.

Di ujung jalan yang Evan lalu terlihat kerumunan orang yang begitu ramai. Evan yang penasaran juga mendatanginya untuk mengetahui apa yang terjadi di sana.

Terlihat seorang pria tua dengan menggunakan pakaian olahraga sedang terbaring di jalan sambil memegangi dadanya. Sementara di sebelah pria tersebut ada seorang pria muda yang merupakan asistennya.

"Orang ini kenapa, tiba-tiba saja dia memegangi dadanya dan langsung jatuh tidak sadarkan diri," ujar salah seorang di sana terhadap pria tua itu.

"Tampaknya kondisinya saat ini sangat gawat sekali, nafasnya juga mulai melemah," ujar orang yang lain.

Pria tua itu bernama Jakson yang sedang berolahraga pagi bersama asisten pribadinya. Namun tiba-tiba saja Jakson merasakan sakit pada dadanya dan langsung jatuh tidak sadarkan diri.

"Tuan Jakson bertahanlah!" ujar asistennya dengan panik.

"Saya sudah menghubungi rumah sakit, sebentar lagi ambulance akan segera datang," sambung asistennya.

Mendengar nama pria tua tersebut adalah Jakson, beberapa orang mulai mengenalinya.

"Bukankah dia tuan Jakson, salah satu raja bisnis di kota ini dengan aset triliunan," ujar salah seorang di sana.

"Benar, aku pernah melihatnya di televisi, Jakson adalah salah satu orang berkuasa di kota ini," ujar orang yang lain.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!