"Gelap? Mati lampu?" tanya Nandara.
"Iya. Apakah ... Memang padam?" Wening berusaha mengangkat tangannya.
"Eh, jangan dulu. Biar aku panggil dokter. Tangan kamu di gips!" Nandara lalu memencet bel dan tak lama dokter serta perawat pun datang.
Nandara memilih menjauh guna memberikan kesempatan pada dokter memeriksa kondisi Wening. Jantungnya berdegup kencang karena tahu, Wening mengalami kebutaan. Seperti Tante Gemininya dulu. Nandara mengacak-acak rambutnya dan tidak menduga akan seperti ini hasilnya. Aku bersyukur Wening tidak amnesia tapi aku tidak meminta dia buta juga, Ya Allah!
"Sa ... Saya buta?" tanya Wening dengan nada bergetar. "Dok ! Dokter tidak bercanda kan?"
"Nona Wening, anda mengalami benturan keras di kepala, terutama pada bagian belakang, bisa menyebabkan kebutaan. Ini terjadi karena benturan tersebut dapat merusak saraf penglihatan yang terletak di belakang bola mata, di dalam rongga kepala. Selain itu, benturan keras pada mata juga dapat menyebabkan kerusakan intraokuler, seperti pada sklera atau kornea, yang dapat menyebabkan penurunan penglihatan bahkan kebutaan," terang Dokter itu.
Nandara menyandarkan punggungnya di dinding kamar dan tanpa sadar matanya basah karena dia sudah menyebabkan seorang gadis mengalami kebutaan.
"Tapi ... Apakah ... Saya bisa melihat lagi?" Mata coklat Wening tampak basah. "Dok, saya perajin tembikar dan enam bulan lagi saya hendak mengadakan pameran di Mekkah ... Bagaimana saya bisa melakukannya? Saya tidak bisa melihat Dok! SAYA BUTA!"
Dokter itu menggenggam tangan Wening. "Saya masih observasi kondisi anda, Nona Wening. Anda harus menunggu hasil observasi kami dulu."
"Dimana Nandara? Dia yang membuat aku begini! Jangan bilang dia kabur begitu saja!" teriak Wening.
"Aku tidak akan pernah kabur dan aku akan bertanggungjawab, Wening."
"Bagaimana? Apakah kamu akan memberikan matamu ke aku?" bentak Wening dengan wajah penuh kebencian.
"Jika kamu mau."
Tiba-tiba suasana hening terasa di ruangan itu.
"Emir Blair ... Anda masih harus balapan MotoGP disini ... Bagaimana anda berkata seperti itu?" protes Dokter yang merawat Wening. Dia tidak mau jika Alaric, Nura dan Radhi main datang lalu marah-marah karena keputusan terburu-buru Emir Blair itu.
"Tidak apa-apa. Jika memang itu yang diminta ... Toh aku juga tinggal tiga musim lagi pensiun dari MotoGP, sesuai dengan target aku, hanya sampai usia 31 tahun. Baru aku fokus sebagai Emir. Aku pensiun dini juga tidak apa-apa yang penting kan nona Wening bisa melihat lagi. Tante aku juga mengalami hal yang sama dengan anda, nona Wening ... Jadi aku tahu. Dok, anda bisa memeriksa kondisi aku ... Jika cocok, donor kan saja mataku untuk nona Wening," jawab Nandara.
Wening mendengar nada serius dari Nandara dan dia tahu, Nandara adalah pembalap andalan dari tim Ducati!
"Apa kamu ... Serius Nandara?" tanya Wening.
"Serius. Aku seorang Blair dan aku tidak pernah main-main dengan ucapan aku," jawab Nandara tegas.
"Emir Blair, saya rasa ... Kita semua harus beristirahat dulu karena anda berdua baru saja mengalami kejadian yang dramatis dan membuat shock. Sebaiknya anda berdua menenangkan diri dulu dan besok sudah memiliki pemikiran yang lebih jernih. Oke?" ucap Dokter itu sambil menata bergantian antara Wening dan Nandara.
Nandara menatap Wening tanpa berkedip sementara gadis itu masih menangis karena dirinya buta.
"Kami tinggal dulu, Emir Blair, nona Wening." Dokter dan para perawat pun pergi meninggalkan Nandara dan Wening berduaan. Pria paruh baya itu tahu, mereka butuh waktu.
"Emir Blair, saya minta anda jangan impulsif. Pikirkan ke depannya," pinta Dokter tersebut dengan bahasa Arab.
"Tidak apa-apa. Aku bisa mencari donor mata tapi nona Wening, lebih membutuhkan penglihatan daripada aku. Lagipula, apa gunanya punya kakak perempuan dokter jagal?" senyum Nandara membuat Dokter itu melongo.
"Emir Blair ...."
Nandara memegang bahu Dokter itu. "It's okay. Aku yang membuatnya menjadi buta dan itu konsekwensinya."
Dokter itu hanya mengangguk. "Biar saya observasi dulu, Emir Blair. Jika ada satu hal kecil sedikit pun yang bisa membuat nona Wening bisa melihat, kami akan sampaikan pada anda. Jika tidak bisa, terpaksa harus mencari donor mata."
Nandara mengangguk. "Aku benar serius soal menjadi pendonor."
"Akan saya usahakan anda tidak perlu menjadi pendonor, Emir Blair. Saya permisi."
Nandara menutup pintu ruang rawat inap Wening dan menghampiri gadis itu. Pembalap MotoGP tersebut mengambil tissue dan mengelap air mata Wening di pipinya.
"Tidak usah sok baik sama aku, Nandara !" hardik Wening.
"Tidak sok baik tapi memang sudah kebiasaan aku jika saudara kembar aku menangis, aku yang bagian menghapus air matanya. Jadi ini reflek," jawab Nandara sambil duduk di pinggir tempat tidur Wening. "Apa kamu tidak pusing? Mau aku setting tempat tidurnya?"
"Aku lebih panik karena aku buta. Melupakan pusingku."
Nandara lalu turun dan mensetting tempat tidur Wening jadi lebih nyaman.
"Much better?" tanya Nandara.
Wening hanya mengangguk dan dirinya baru merasakan pusing yang membuatnya harus bersandar di tempat tidur.
"Kamu pusing ya? Aku bantu." Nandara memeluk bahu Wening lembut.
Meskipun Wening ingin menolak, tapi rasa pusingnya membuat dirinya pasrah dengan sikap lembut Nandara.
"Maafkan aku. Sungguh, aku sudah berusaha menghindari kamu," ucap Nandara dengan nada penuh sesal. "Aku tidak menduga ada kuda berlari padahal aku tidak ngebut."
Wening memejamkan matanya. "Berapa kecepatan kamu?"
"50-60km/jam. Aku sedang menikmati jalan bersama Porsche aku."
"Bagaimana dengan mobilmu?"
"Rusak parah tapi aku lebih menyesal membuat kamu terluka." Nandara mengambilkan segelas air putih. "Kamu sudah kentut belum?"
Wening melongo. "Nandara! Bagaimana kamu bisa bertanya hal yang ... Tidak sopan seperti itu!"
"Lho, kamu itu habis operasi jadi aku bertanya. Setelah operasi, kentut merupakan tanda penting bahwa usus kembali berfungsi normal dan sistem pencernaan pulih. Ini juga menunjukkan bahwa tidak terjadi komplikasi seperti ileus paralitik (gangguan pergerakan usus setelah operasi). Omaku dokter obgyn, jadi aku tahu sedikit banyak," jawab Nandara cuek.
Pipi Wening merona karena baru kali ini ada pria lempeng tapi bertanggung jawab.
"Sudah ... Sedikit tadi," jawabnya pelan.
"Alhamdulillah ... Ayo, minum dulu. Aku bantu. Aku tahu habis operasi itu pasti haus soalnya aku pernah mengalaminya waktu harus operasi patah tulang tangan akibat kecelakaan sepuluh tahun lalu saat masih rookie di MotoGP." Nandara membantu Wening bangun dan gadis itu baru menyadari jika dia bersandar di dada bidang Nandara.
"Pelan-pelan Wening ... Gelasnya sebelah ... Ya benar tanganmu yang itu." Nandara membantu Wening minum air putih dari gelasnya.
"Terima kasih, Nandara," ucap Wening pelan.
"Kalau kamu butuh sesuatu," Nandara meletakkan gelas itu diatas nakas sebelah tempat tidur Wening, "Panggil saja aku."
Pria bertinggi 187 cm itu pun turun dari pinggir tempat tidur Wening dan membantu gadis cantik tersebut tiduran kembali.
"Kamu tidak pergi?" tanya Wening sedikit panik karena dengan kondisi tidak bisa melihat dan dia berada di negara asing sendirian, mau tidak mau dia tergantung pada Nandara.
"Nope. Aku akan selalu menjaga kamu."
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Meeta Baggio
Wajar bukan klo wening kaget, marah pas tau dia buta,dan minta Nanda tanggung jawab. wow lebih mengagetkan lg klo Nanda bersedian menjadi pendonor mata buat wening. semoga para dokter bisa mencari alternatif lain selain Nanda yg jd pendonor buat wening
2025-05-31
5
amilia amel
tenang wening, nandara keturunan Pratomo yang pantang untuk tidak menepati janjinya
jika pria Pratomo berjanji pasti akan ditepati karena itulah salah satu didikan keluarga Pratomo
2025-05-31
5
sefi dwi handriyantin
wajar kalau Wening marah sama Nandara.. padahal sebelumnya santai gapapa dan tahu kalau Nandara menghindari kuda.. tenang saja Wening,, Nandara pasti bertanggung jawab dan menepati janjinya..
2025-05-31
3