3. Tak pernah di akui

.
Hari itu langit mendung, tapi bagi Renjun, dunia sedang terang.
Tangannya sibuk merapikan kuas kuas, mengatur cat minyak, dan kertas kanvas kecil ke dalam tas jinjing sederhana
Di mejanya tergeletak lomba lukis bertema "hidup di mata anak" sebuah kompetisi seni remaja yang akan di gelar di pusat kota
Hadiah utamanya bukan hanya uang, tapi juga beasiswa ke sekolah seni impian Renjun
Dari dapur, suara lembut terdengar
Ibu
Ibu
Sudah kamu siapkan semua sayang?
Renjun (17 th)
Renjun (17 th)
*angguk + senyum
Renjun (17 th)
Renjun (17 th)
Sudah bu, Renjun tinggal berangkat, ayah tidak ada kan, bu? *waswas
Ibu
Ibu
Cepatlah pergi, nak. Sebelum ayahmu pulang
Renjun (17 th)
Renjun (17 th)
Iya bu *bergegas
Brak
Pintu depan terbuka keras
Ayah sudah pulang
ayah
ayah
Mau kemana kamu dengan barang barang itu?
Renjun (17 th)
Renjun (17 th)
Aku ikut lomba melukis ayah, hadiahnya beasiswa, Aku-
ayah
ayah
Lomba? Omong kosong apalagi ini?. Sudah kubilang berhenti buang waktu
Tanpa menunggu jawaban, sang ayah berjalan cepat ke arah renjun, dalam sekejap ia meraih perlengkapan Renjun, lalu dengan gerakan kasar, menyobek kanvas, menjatuhkan palet, dan membanting botol cat satu persatu hingga pecah
Renjun (17 th)
Renjun (17 th)
Tidak ayah, kumohon
Renjun (17 th)
Renjun (17 th)
Jangan ayah
Renjun (17 th)
Renjun (17 th)
Itu ..itu semua aku beli dengan uang tabunganku .
Renjun (17 th)
Renjun (17 th)
Ayah...*berkaca kaca
Tapi ayah tidak peduli, hanya suara benda pecah dan napas berat yang memenuhi ruangan
Ibunya mencoba menenangkan, tapi hanya bisa berdiri kaku, dengan tubuh gemetar
Renjun (17 th)
Renjun (17 th)
Ayah aku mohon jangan rusak mimpiku...
ayah
ayah
Sudah cukup main main, Renjun. Kau akan jadi apa yang seharusnya kau jadi. Bukan pelukis bodoh yang kelaparan di pinggir jalan
Dan seperti itu, ayah kemudian pergi
Ruangan hening
Renjun terduduk
Pecahan kuas berserakan , warna warna cat tumpah, bercampur menjadi cokelat gelap di lantai
Ibunya perlahan lahan mendekat, menatap luka di mata anaknya
Renjun (17 th)
Renjun (17 th)
apa aku memang cuma beban, Bu? Apa mimpiku...salah? *terisak
Ibu
Ibu
Tidak sayang tidak *memeluk anaknya erat
Ibu
Ibu
Mimpi kamu, bukan dosa. Tapi tidak semua orang cukup berani untuk melihat keindahan dari mimpi orang lain, kamu jangan ikut buta ya
Renjun (17 th)
Renjun (17 th)
Ibu..hiks
Air mata Renjun jatuh di pundaknya
.
________🌺🌺
Malamnya, setelah ayah tidur, sang ibu mengetuk pintu kamar Renjun. Lalu masuk pelan, membawa sebuah amplop dan satu senyuman hangat
Renjun (17 th)
Renjun (17 th)
Ibu...
Ibu
Ibu
*duduk sisi Renjun
Ibu
Ibu
Ibu pernah simpan ini untuk hari tua, tapi hari ini, mungkin kamu yang butuh
Renjun membuka amplop itu, uang tabungan. Jumlahnya tidak besar, tapi cukup untuk membeli kuas dan cat baru
Renjun (17 th)
Renjun (17 th)
Ibu...*menangis tersedu sedu
Renjun (17 th)
Renjun (17 th)
Kenapa ibu masih percaya kalau Renjun bisa?
Ibu
Ibu
Karna kalau bukan kamu yang lukis di dunia ini, siapa lagi yang bisa?
Ibu
Ibu
*usap surai Renjun
__
Di sekeliling kolam, yang lain diam dan ikut menangis, suasana surga berubah muram
Jaemin
Jaemin
Ayahmu kejam...
Haechan
Haechan
Tapi ibumu seperti sinar kecil yang menyala di ruangan gelap
Renjun tidak bicara tapi matanya berkaca kaca
Mark
Mark
*menepuk punggung Renjun
Mark
Mark
Kalau bukan karna malam itu, mungkin kita tidak akan melihat karya karyamu di sini, ya?
Renjun hanya tersenyum kecil, pandangannya kembali ke kolam, ke sosok anak lelaki itu, dirinya. Yang perlahan bangkit dari lantai, mengumpulkan pecahan kuas, dan memulai lagi
.
Terpopuler

Comments

s'բɾҽղzԵ♀♂

s'բɾҽղzԵ♀♂

next thor

2025-05-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!