Bab 3

"Apa ini?" tanya Sara.

"Surat cerai"

Tangan Sara gemetar setelah mengetahui berkas apa yang ada di tangannya sekarang. Akhirnya hari ini datang juga. Hari dimana pria itu memberikan apa yang selama ini dijanjikan padanya. Dari awal mereka menikah.

"Dimana aku harus tanda tangan?" tanya Sara lalu membuka lembar demi lembar surat yang ada di tangannya.

Dia tidak mendengar pria itu menjawab lalu menemukan sendiri tempatnya harus tanda tangan. Sara melihat sekeliling lalu menemukan pena di atas meja. Dengan cepat, dia mengambil pena, membukanya dan membubuhkan tanda tangan. Memeriksa lembar berikutnya dan menemukan lagi tempat kosong dimana namanya tertera disana.

Setelah memastikan tidak ada tempat kosong yang terlewat dia meletakkan pena dan menutup berkas.

"Sudah semua. Ada lagi yang harus saya tanda tangani?" tanyanya. Tapi pria itu hanya diam di depan meja kerja besarnya. Menatapnya tanpa bicara atau bereaksi apapun.

Mungkin pria itu senang akhirnya bisa terbebas dari Sara dan tidak menyangka kalau dia tidak lagi menolak untuk bercerai. Kali ini.

Baru saja Sara ingin pergi dari ruangan pria itu namun pintu kembali tertutup dengan keras. Karena dorongan tangan besar yang kini ada di sebelah kepala Sara.

Dia berbalik perlahan dan melihat wajah pria itu tepat dihadapannya. Sara membasahi tenggorokannya yang kering karena gugup.

"Kau ... Tak sabar berpisah denganku?!" tanya pria itu dengan suara beratnya.

"Tapi Anda yang ... "

BRAKKK!!!

Sebuah hentakan keras di pintu berhasil membuat Sara semakin takut. Dia tahu apa yang bisa dilakukan pria itu padanya. Apalagi dalam jarak sedekat ini.

"Kau!!! Tidak berhak untuk apapun. Kau tidak berhak!!!"

Lebih baik Sara diam sekarang. Dia tidak ingin menambah bahan bakar dalam amarah pria itu.

Perlahan leher Sara memanas, sebuah tangan telah berada disana. Menekan jalan napasnya, membuat Sara semakin sulit memperoleh oksigen.

"Tuan ... Maaf"

"Maaf? Hanya itu yang bisa kau katakan? Sekarang kau membuat kata itu sebagai senjata untuk melawanku?"

"Tidak. Tidak. Maaf"

"Harusnya kau terus melawan!! Harusnya kau terus cemburu!!! Harusnya kau terus membenciku!!!" kata pria itu membuat Sara bingung.

Ketika wajah pria itu semakin mendekat Sara hampir tak bisa bernapas lagi. Tiba-tiba napasnya menjadi lebih lancar, sepertinya pria itu melonggarkan tangan. Tapi ... sebuah tekanan tepat di bibirnya menyadarkan Sara kalau pria itu sekarang sedang menciumnya. Ciuman yang kasar. Yang selalu dia terima sejak pria itu menikahinya.

Lidah pria itu menerobos masuk, memberikan percikan kenikmatan terlarang yang selalu mengganggu Sara. Dia sangat sadar kalau semua ini tidak berarti apapun untuk pria itu. Hanya sebuah sentuhan dan ciuman biasa yang akan berakhir dengan hinaan serta penderitaan di hati Sara.

Tangan pria itu melepas leher Sara. Perlahan turun ke arah dadanya. Menempatkan payudara Sara tepat di genggamannya lalu meremas dengan perlahan.

"Hempph" desah Sara.

Dia mendesah bukan karena menikmati semua perlakuan ini. Tapi sebagai sebuah usaha untuk melepaskan diri. Karena beberapa kali saat pria itu menyentuhnya dan Sara mendesah, pria itu segera menjauhkan diri. Tidak suka kalau Sara menikmati percintaan mereka.

Tak disangka pria itu melakukan hal sebaliknya.

Melepaskan bibirnya kemudian memberikan tanda kecupan di leher dan dadanya.

Kemudian kembali menutup mulutnya dengan ciuman.

"Kak Marco!!"

Samar terdengar panggilan wanita kecil yang selalu menjadi orang ketiga dalam kehidupan pernikahan Sara dan suaminya.

Sara bisa merasa lega sekarang, karena pria itu pasti akan menghentikan aksinya. Pria itu tidak akan pernah memperlihatkan kedekatan mereka pada wanita kecil favoritnya.

Benar saja. Tidak sampai sedetik pria itu melepaskan ciumannya. Bahkan mendorong Sara ke lantai dengan cukup keras. Membuat Sara merasakan sakit di seluruh bagian kanan tubuhnya.

"Pergi!!!" teriak pria itu.

Tanpa menunggu, Sara berusaha bangkit dengan menahan sakit. Lalu segera pergi dari ruang kerja pria itu. Berpapasan dengan wanita kecil yang memberikan tatapan penuh kebencian. Dan terus melangkah menjauh. Berusaha melupakan apa yang baru saja terjadi.

"Sayang"

Sara terbangun dan mendapati kepalanya berada di atas tubuh pria itu. Dia segera mengangkat kepalanya dan menjauh dari ranjang.

"Maaf Tuan. Tidak seharusnya saya tertidur di tubuh Anda. Maafkan saya" ucapnya segera.

"Apa yang kau katakan sayang?"

Sayang? Sara melihat ke arah pria yang kepalanya dan sebagian tubuhnya diperban. Dia baru ingat kalau pria itu mengalami kecelakaan semalam dan kehilangan ingatan. Juga ... memperlakukannya dengan berbeda. Sangat berbeda dari seharusnya.

"Maaf Tuan"

"Sayang, aku suamimu. Kenapa kau memanggilku dengan panggilan itu?"

Apa yang harus dia lakukan? Nyonya Besar berkata untuk mengikuti apa yang kini pria itu yakini adalah kebenaran. Hanya untuk membuat pria itu semakin cepat mendapatkan ingatannya kembali.

"Maaf" ucap Sara kaku.

"Kemarilah, tidurlah di dalam pelukanku. Kau pasti merasa tidak nyaman tidur dengan posisi seperti itu semalaman"

Sara mengernyitkan dahi.

"Tidak. Tidak perlu. Anda lebih membutuhkannya"

"Kenapa kau bicara dengan sopan?"

Sara menggigit bibir bawahnya. Tersadar telah melakukan kesalahan.

"Maaf. Hanya ... "

"Sejak aku bangun kemarin, kau selalu bicara dengan sopan. Bukankah kita suami istri? Lalu kenapa kau bicara begitu sopan?"

Apa yang harus dia katakan? Alasan apa yang bisa membuat bicara sopan pada suami merupakan sesuatu yang wajar dilakukan.

"Apa kita bermain Tuan dan Nyonya saat bercinta terakhir kali?" tanya pria itu membuat Sara terhenyak. Tapi ... Itu merupakan alasan yang cukup bagus.

Jadi ...

"Ya. Begitulah. Aku terlalu terbawa peran"

"Oh, sayang. Kau memang sangat manis. Seandainya saja aku bisa bangun dari ranjang, kita akan segera bermain lagi"

"Apa? Hahahaha"

Sara hanya bisa tertawa canggung mendengar sebuah kejadian yang bahkan tidak pernah ada dalam kenyataan itu.

Berada dalam kenyataan? Kenyataan yang terjadi?

Sara menatap pria yang sedang berbaring di ranjang.

"Apa Anda mempermainkan saya sekarang?" tanya Sara.

Pria itu menatapnya tajam lalu tertawa

"Apa maksudmu sayang? Kenapa kau menuduhku seperti itu?"

Kehilangan ingatan memang sangat sering dialami orang yang terluka di kepala. Tapi, orang yang amnesia biasanya kembali ke kenangan yang paling kuat. Ketika dia masih kecil, ketika dia remaja, ketika mengalami hal buruk maupun bahagia.

Tapi pria itu, hanya mengingat Sara sebagai istri lalu dengan lancang memanggilnya sayang dan memperlakukannya selayaknya istri. Padahal mereka sama sekali tidak memiliki kenangan tentang menjadi suami istri sebenarnya. Pria itu tidak pernah memperlakukannya selayaknya istri dari awal pernikahan. Lalu kenangan apa yang sebenarnya ada di otak pria itu?

"Anda benar-benar amnesia?" tanya Sara lebih menjauh dari ranjang pria itu.

"Istriku sayang, kenapa kau mencurigai ku. Kenapa ... Aduhhhh"

Pria itu memegang kepalanya.

Sara mendekat karena khawatir apa yang dia katakan mempengaruhi otak pria itu. Apa sebenarnya yang dia pikirkan? Benar kata Nyonya Besar. Harusnya dia menurut saja dan melakukan yang terbaik untuk kesembuhan pria itu.

Semakin cepat pria itu sembuh dan mengembalikan ingatan. Maka semakin cepat dia akan terlepas dari pria itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!