Sudah beberapa bulan berlalu sejak aku di sekolah baru di kehidupan SMA ku, aku mulai menyadari bahwa aku cukup di kenal oleh orang-orang di dalam kelasku bahwa aku terlalu ceria juga sangat berisik.
Aku tidak tahu aku begitu mengganggu atau tidak tapi aku cukup berteman baik dengan mereka semua dan aku memperhatikan Jiro ternyata Jiro sudah mempunyai teman walau pun hanya satu yaitu Marcel bisa di lihat bahwa Marcel sedikit pendek dari Jiro dan dia sangat menyukai olahraga basket. Marcel adalah idaman para perempuan, hihihi. Ya setidaknya Jiro mempunyai teman walau itu hanya satu.
Tapi sepertinya memang Jiro tidak pandai dalam bergaul itu pun kalau bukan karena Marcel yang terlebih dahulu mengajaknya untuk berteman mungkin sampai sekarang Jiro hanya terduduk diam sambil membaca buku atau memakai headset untuk mendengarkan musik. Aku cukup penasaran musik apa yang selalu ia dengarkan, Jiro selalu terpaku dengan dunianya sendiri bahkan dia tidak ingin mengikuti kegiatan yang lainnya di sekolah seperti club basket, voli, badminton, ataupun yang lainnya.
Aku menghibur teman-teman di kelas dengan bernyanyi ya meskipun suara ku tidak terlalu merdu
"Miaaaa, sepulang sekolah kita karaokean yuk" Ajak salah satu teman kelas ku bernama Rachel
"Serius" Jawabku dengan semangat
"Ajak juga Hanna" ucap teman ku yang lain yang bernama Kaylee
"Siappppp, ah tapi aku piket kelas" ucap ku seraya sambil menghembuskan nafas
"Yah gimana dong" tutur Kaylee
"Kalian saja deh" jawab ku
"Kalau bersama Mia lebih ramai, kalau begitu kita tunggu deh" ucap Rachel
"Arrrrghhhhh kalian baik sekali, terharu aku" ucap ku dengan penuh semangat
"Berisik sekali" Ucap Jiro pelan
Aku mendengar dia bergumam
"Hei Jiro selain baca buku dan mendengarkan musik sekali-kali kamu harus bersenang-senang" Ucap ku kepada Jiro
Namun ternyata Jiro mengabaikan perkataan ku, ya memang itulah sifatnya yang selalu mengabaikan orang lain.
Namun ketika mata ku tertuju kearah Hanna, aku melihat Hanna sedang berbincang dengan Marcel dari depan kelas, lalu Marcel pergi dari kelas tidak lama kemudian Hanna pun menyusul keluar kelas. Aku pun penasaran dan mengikutinya kemana mereka akan pergi.
Dan aku menemukan mereka berdua sedang berbincang di bawah anak tangga.
"Hanna kenapa" Ucap Marcel kepada Hanna
"Apanya yang kenapa" Jawab Hanna dengan raut wajahnya yang penuh tanda tanya
"Kamu kan mengenali ku kenapa kamu ga pernah menyapa ku" ucap Marcel
"Lalu apa untungnya" tutur Hanna
Aku tidak begitu tau Hanna dan Marcel sedang membicarakan soal apa oleh karena itu aku tidak akan lagi menguping biar ku tanya saja langsung kepada Hanna
Saat aku akan kembali ke kelas aku terkejut karena Jiro sudah berada di belakang ku dengan wajahnya yang datar itu.
"Hei Jiro kamu ko kaya hantu tiba-tiba aja muncul buat ku jantungan" Nada ku yang sambil mengomel kepada Jiro
"Selain kekanak-kanakan kau juga suka menguping urusan orang lain" Jawab Jiro yang begitu ketus
"Hah, apa kamu bilang" Aku terkejut mendengar ucapan Jiro
"Kau menguping kehidupan privasi teman mu sendiri, sungguh menjijikan" jawab Jiro dengan ketus
"Hahhhhh," Aku yang masih terkejut dengan ucapannya yang menusuk hati
Akhirnya Jiro pergi meninggalkan ku tanpa berbicara kembali, namun entah mengapa aku begitu terpesona melihat Jiro. Terkadang aku memperhatikan punggung Jiro yang ada di depan ku, Dan terkadang juga aku terkejut dengan nilai-nilai dia yang begitu istimewa jauh melampaui dengan nilai ku.
*****
"Baik siapa yang bisa menjawab soal ini" Ucap bu Dewi
"Mia Elisha" Bu guru Dewi memanggilku hingga membuyarkan lamunanku
Bu Dewi memanggilku membuat ku terkejut, karena aku tidak memperhatikan penjelasannya
"Mia silahkan jawab" pinta bu guru Dewi
Ah sial aku tidak mengerti dan juga aku sangat tidak menyukai matematika.
Aku beranjak dari kursi"Anu... Bu... Itu.., izin kan saya untuk mempelajarinya jadi berikan saya waktu untuk menemukan jawabannya" ucap ku setengah malu
"Baiklah" Jawab bu Dewi
Aku pun kembali duduk di kursiku
"Bodoh" Ucap Jiro pelan
Aku mendengar ucapan Jiro hingga membuat ku kesal dan aku menendang kursi Jiro dan membuat Jiro terkejut. Saat itulah aku pun tersadar bahwa aku memang perlu belajar agar aku tidak lagi terlihat bodoh.
Pada saat jam istirahat aku menghampiri Jiro sambil membawa buku catatan ku
"Ajari aku" Ucap ku memohon kepada Jiro
"Aku ga mau mengajari anak kecil seperti mu merepotkan" celetuk Jiro
"Hei Jiro dengar ya, kamu adalah orang yang tidak menghargai orang lain yang ingin belajar sungguh-sungguh, kamu egois" omel ku padanya
"Lalu" Jawab Jiro yg begitu singkat
"Hahhhh, masih belum mengerti juga" aku menahan untuk tidak emosi
Jiro memandangiku dengan pandangan yang sangat dingin sekali membuat ku menjadi beku dan mematung.
"Ambil kursimu" ucap Jiro
Aku masih terdiam sejenak
"Kenapa cuma diam" Ucap Jiro yang menatap ku keheranan
Aku mulai tersadar dengan semangat aku segera mengambil kursi ku lalu menatanya di samping meja Jiro
"Mia yuk ke kantin" Ajak Hanna
"Ehhh, Miaaaa" Hanna terheran melihat ku
"Hanna duluan nanti aku menyusul" ucap ku yang sedang menata buku di meja Jiro
"Eh... Ok.. Duluan ya" Ucap Hanna dan bergegas ke kantin bersama teman yang lainnya.
Jiro pun akhirnya mulai mengajariku perlahan dan aku sangat memfokuskan diri ku untuk belajar
Tukkk...
Jiro tiba-tiba saja memukul kepala ku dengan pulpennya.
"Bukan begitu, kau tuh sebenarnya ngerti ga sih" Nada Jiro yang sedikit marah
"Ehhh, salah lagi ya" Aku yang mulai frustasi
"Kau hanya hidup untuk bersenang-senang sampai melupakan sesuatu yang amat penting" Jiro mengomel
Aku terdiam sejenak
"Jiro apakah kamu lapar" ucapku yang mengalihkan pembicaraan
"Ehhh"... Ucap Jiro yang terheran
"Ahhhh, tunggu aku punya roti isi"
Aku mengambil kotak bekal ku di kolong meja ku dan segera membagi nya kepada Jiro
"Ambil" Aku menyerahkan kotak bekal ku ke hadapannya
Jiro terdiam dan memandangiku
"Ko diam, belajar pun butuh tenaga jadi harus makan" ucap ku yang langsung melahap roti isi
Jiro pun akhirnya mengambil roti isi buatan mama ku dan mulai memakannya, sambil makan kami pun lanjut belajar kembali.
Ternyata selain sikap dingin Jiro pun masih memiliki sifat yang baik hati, sesekali aku memperhatikan wajah Jiro yang tanpa ekspresi itu dan sejak saat itu juga aku sudah menyadarinya bahwa aku menyukai Jiro walaupun Jiro selalu memberikan komentar pedas terhadap ku bagiku dia sangat menarik sekali.
Wajah Jiro yang memang tidak pernah berubah sejak pertama kali bertemu sangat datar tanpa ekspresi dan juga sikapnya yang sangat dingin aku hampir tidak pernah melihat dirinya tersenyum atau bahkan tertawa Jiro selalu fokus dan serius.
"Kenapa kau melihat ku terus" ucap Jiro yang tersadar saat aku mulai memperhatikannya terus menerus
Aku tersadar bahwa aku sudah terang-terangan memperhatikan dirinya.
"Kamu suka makanannya Jiro?" Tanya ku untuk mengalihkan pembicaraan
"Ini... Enak" Jawabnya
Aku pun tersenyum mendengarnya
"Mamah ku yang membuatnya" ucapku
"Pantas" tutur Jiro
"Ehh kenapa?" tanya ku penasaran
"Anak kecil mana bisa membuatnya" Celetuknya
Arrghhhhh ucapan pedas Jiro kembali terdengar, aku kesal namun aku juga bahagia.
Dan aku tersenyum melihat Jiro yang menghabiskan bekal yang ku berikan padanya.
"Jiro memangnya kamu ga bawa sesuatu untuk di makan atau pergi membelinya ke kantin?" tanya ku
Jiro memperhatikan ku sejenak
"Ya kalau memang mau ke kantin dulu silahkan" ucap ku
Tiba-tiba saja Jiro mengeluarkan kotak bekal nya dan membukanya membuatku terkejut melihatnya.
"Arrrrrghhhhhh bilang dong kalau kamu membawa bekal" ucapku
"Kenapa?" jawab Jiro
"Eh,,,wuahhh bekal mu kelihatannya enak sekali Jiro aku ingin telur gulung mu boleh" rayu ku
Jiro memberikannya kepada ku, dan saat itu juga aku langsung memakannya.
"Enakkkkkkkkkk" Aku berteriak karena respek rasa dari telur bekal Jiro
"Telur gulung Jiro enakkkkk sekaliiiiiiiii" Sekali lagi aku berbicara sampai terdengar oleh yang lainnya
Semua mata langsung tertuju melihat ke arah ku namun aku menghiraukan nya. Aku melihat Jiro yang sedang melihat ku dengan wajahnya yang berubah menjadi sedikit galak.
"Ehhh kenapa" Tanya ku
Jiro menghiraukan ku dan langsung melahap bekal makanannya.
"Ibu mu pasti jago masak" ucap ku mencoba mencairkan suasana
"Aku sendiri yang membuatnya" jawabnya
"Apaaaaaa" Sekali lagi aku terkejut
"Kenapa kau berbicara harus sampai berisik" ucapnya terdengar sedikit kesal
"Ehhh" aku pun menutup mulutku
"Aku ga seperti kau yang masih di buatkan makanan oleh mama mu" ucapnya lagi
"Hahhhh, itu karena mama ku sayang aku" ucapku
"Itu karena kau ga pernah mau belajar hal-hal yang lebih penting dari pada kesenangan diri sendiri" celetuk Jiro
Sekali lagi aku tertusuk oleh ucapan pedas nya Jiro, memang mulut Jiro paling bisa berkomentar sesuai fakta. Namun sejak aku SD aku hanya hidup berdua dengan mama karena mama dan papa telah bercerai saat usiaku 8tahun hingga kini aku tidak tahu keberadaan papa ku sendiri yang entah ada di mana, sejak itu mama selalu bekerja untuk mencukupi ekonomi juga kehidupan ku bahkan mama tidak ingin bahwa aku kehilangan rasa kasih sayang karena perceraian mereka oleh sebab itu mama ku selalu memanjakan ku namun terkadang mama ku juga bisa sangat menakutkan di saat sedang marah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Drezzlle
seru juga, jadi ingat masa SMA Thor. Bunga untuk cerita berkesanmu
2025-06-26
1
Drezzlle
lucu juga
2025-06-26
1