Episode 2 Arwah Bisu

Mobil yang di kendarai Anara akhirnya yang terbalik dengan mengalami rusak yang sangat parah. Posisi Anara juga terlihat mengalami luka parah yang keluar darah dari kepalanya dengan matanya yang masih terbuka dan deru nafas yang naik turun.

Tidak dapat dibedakan apakah yang keluar itu air mata apakah darah dengan pandangan wajahnya yang tampak lemas.

Tin-tin-tin-tin-tin-tin-tin-tin-tin.

Anara melihat jelas bagaimana truk besar yang melaju kencang ke arahnya. Anara kaget yang tidak sanggup untuk berteriak.

Brakkk.

Truk tersebut menghantam mobil Anara yang menyeret sampai beberapa ratus meter yang sampai membuat Anara terpelanting keluar dari mobil dan langsung tergeletak di aspal dengan luka yang parah.

Jika tadi Anara masih sadar dengan suara nafasnya masih terdengar walau kondisi yang sangat lemah dan sekarang wanita cantik itu tampak memejamkan mata.

Warga berlari berhamburan mengerumuni Anara yang tergeletak, warga hanya saling berbicara satu sama lain tanpa ada yang bertindak untuk membawa ke rumah sakit. Sampai akhirnya hingga beberapa menit barulah Polisi datang dan bersama dengan Ambulance.

Terlihat perawat yang berlari dengan mengangkat tubuh Anara keatas tempat tidur pasien dan langsung di masukkan buru-buru ke dalam Ambulance.

Suara sirine Ambulance itu yang membawa Anara meninggalkan lokasi kejadian dan sementara Polisi memeriksa terjadinya kecelakaan dengan memasang garis Polisi.

Anara yang berdiri tampak kebingungan dengan tangannya saling menggenggam satu sama lain.

"Ada apa ini?"

"Kenapa orang-orang terlihat seperti itu, apa yang terjadi? Kenapa ada garis Polisi?"

Ucapnya yang tampak kebingungan. Anara merasa ngeri saat melihat darah di aspal tersebut sampai dahinya yang tampak mengkerut.

"Apa terjadi kecelakaan?" ucapnya dengan menebak-nebak.

"Lalu kenapa aku bisa berada di sini?"

"Lalu mobilku di mana?"

"Apa yang terjadi?"

Anara tiba-tiba melihat ke arah ujung.

"Bukankah itu mobilku?" tanyanya melihat mobil itu yang sudah peyot, hancur rongsok.

"Tidak Anara, apa kamu pikir hanya kamu saja memiliki mobil seperti itu,"

"Lalu untuk apa aku di sini?"

"Bukankah tadi aku...." Anara memijat kepalanya yang terlihat mencoba mengingat sesuatu apa yang terjadi beberapa menit yang lalu.

****

Rumah sakit.

Anara semakin kebingungan dengan dirinya yang tiba-tiba saja sudah berada di sana Anara yang berdiri di luar rumah sakit kebingungan.

"Kenapa aku ada di sini?" tanyanya dengan kepala berkeliling, melihat rumah sakit tersebut sampai akhirnya dia melihat ada tulisan Rumah sakit Fatmawati.

"Ini bukan rumah sakit biasanya Papa periksa. Lalu untuk apa aku bisa ada di sini?" Anara kerap kali bertanya kebingungan.

"Mas hati-hati!" Anara melihat ke arah suara tersebut saat suara itu tidak asing.

"Papa, Mama!" Anara tersenyum yang tampak eksaited yang langsung menghampiri dua orang tersebut dan ternyata kedua orang itu tampak buru-buru yang berlari mengabaikan Anara.

"Pa, ini Anara!"

"Ma!" Anara kebingungan melihat kedua orang tuanya yang berlari dengan khawatir.

"Aku memang tidak mengabari kalau aku kembali dari Jepang, bukan berarti Papa pura-pura tidak melihatku," Anara yang tampak begitu sangat kesal.

Baru saja dia ingin pergi dan satu mobil lagi berhenti yang mana mobil itu sangat dia kenali dan sesuai dengan dugaannya. Itu adalah mobil Heri yang keluar bersama Nindy dengan tangan mereka berdua saling bergenggaman.

"Bagaimana mungkin Anara bisa kecelakaan dan sementara dia berada di Jepang?" tanya Heri yang kebingungan dan wajahnya juga terlihat khawatir

"Aku mana tahu dan mungkin saja Anara sudah pulang," jawab Nindy dan pasangan itu terlihat buru-buru berjalan yang masuk ke rumah sakit.

Anara yang tampak terdiam melihat tangan itu bergenggaman sangat erat seolah dua orang yang tidak ingin dipisahkan.

Terlihat wajah Anara dipenuhi dengan rasa cemburu.

"Anara kecelakaan!" seketika dia mengingat perkataan Nindy yang justru membuatnya semakin bingung.

Tidak ingin bertanya-tanya tidak jelas yang membuat Anara langsung memasuki rumah sakit. Lagi dan lagi Anara kebingungan yang berjalan dengan kepala berkeliling, melihat di sekitarnya sampai akhirnya Anara melihat kedua orang tuanya, Nindy dan Heri yang juga sudah bergabung dengan tangan mereka yang tidak bergenggaman lagi.

Anara menghela nafas yang akhirnya menghampiri orang tuannya.

Anara kebingungan kenapa orang tuanya dan juga yang lainnya tidak menyadari kehadirannya sama sekali.

"Pa!" tegur Anara.

Lagi-lagi Anara tidak dipedulikan, dia bahkan beberapa kali menegur orang tuanya.

"Papa kenapa mengabaikan ku! Pa jangan bercanda padaku. Aku minta maaf tidak mengabari Papa dan Mama karena aku tidak mengatakan akan kembali ke Jakarta," ucapnya.

"Papa jangan prank Anara seperti ini?"

"Mas Heri!"

"Kak Nindy!"

"Apa-apaan sih mereka!" Anara kebingungan yang tidak dapat mengerti.

"Dokter bagaimana anak saya?" tiba-tiba Dokter dengan jubah putih itu keluar dari ruang UGD.

"Bagaimana anak saya Dokter?" tanya Haris.

"Anak. Pa! Anara ada di sini!" ucapnya.

"Dokter katakan?" tanya Haris dengan cemas.

"Kondisi putri Anda masih Kritis dan detak jantungnya semakin lemah. Saya tidak bisa memberikan jaminan apapun untuk pasien," jawab Dokter.

"Apah!" sahut Haris yang tampak schok.

"Tidak mungkin Dokter! tolong selamatkan anak saya!"

"Tolong Dokter!"

"Dokter!"

Haris yang tampak begitu terpukul, membuat Anara semakin bingung

"Mas tenang. Anara pasti akan baik-baik saja," ucap Tami yang memeluk suaminya.

"Pah, ini Anara. Papa! anak siapa yang Papa tangisi," ucapnya dengan kebingungan.

"Apa papa punya anak lain selain Anara?" Anara sudah berteriak-teriak agar Haris melihatnya dan ternyata hasilnya tidak ada.

"Saya permisi, Pak!" ucap Dokter dengan menundukkan kepala.

Dokter yang berjalan menuju arah Anara. Anara hampir saja jatuh yang mana tubuhnya dilewati begitu saja dengan tembus yang membuatnya kaget dan melihat ke belakang dengan matanya melotot.

"Apa-apaan tadi?" tanyanya melihat kedua tangannya yang menyadari bahwa dirinya baru saja dilewati.

Anara kembali melihat orang di sekitarnya yang benar-benar tidak menyadari kehadirannya. Anara tiba-tiba saja kepikiran menyentuh Nindy dan ternyata sentuhan itu tidak mengenai tubuhnya dan justru tembus yang membuatnya justru takut.

Anara berjalan mendekati pintu ruangan UGD dan betapa terkejutnya dia dengan menutup mulutnya saat melihat pasien yang berada di ruangan itu dengan alat pernapasan di mulutnya dan suara mesin jantung yang terdengar begitu kuat.

"Tidak mungkin!" ucapnya tampak tidak percaya yang ternyata pasien yang sejak tadi dikhawatirkan itu adalah dirinya yang tidak sadarkan diri.

"Pah! Ini Anara! Anara di sini Pah!" Anara berusaha untuk menyentuh Haris dan ternyata hasilnya tetap sama.

"Jadi aku mengalami kecelakaan dan mobil tadi benar-benar adalah mobilku," nafas Anara naik turun.

Anara tampak sedih melihat Haris yang begitu sedih dengan menangis di pelukan Tami. Dia terus saja beberapa kali menyebutkan nama Anara.

Mata Anara tiba-tiba saja melihat kearah Nindy dan Heri yang mana terlihat Nindy mengusap-usap bahu Heri yang seolah menenangkan.

Dan tiba-tiba saja Heri pergi.

"Heri!" panggil Nindy.

"Aku permisi untuk menenangkan Heri sebentar," ucap Nindy yang membuat Tami menganggukkan kepala.

Anara yang pada akhirnya mengikuti Nindy dan juga Heri, entah kemana pasangan itu. Anara benar-benar tidak percaya jika sekarang dia sama sekali tidak bisa dilihat oleh siapapun dan orang yang bertabrakan dengannya akan tembus pandang.

Kecelakaan yang terjadi pada memang sangat parah dan Anara bukan hanya kecelakaan sekali saja, bahkan dua kali. Bukankah suatu keajaiban jika dia masih hidup.

Bersambung........

Terpopuler

Comments

Osie

Osie

moga antara bisa balas dendam ke orang orang yg udah jahat dia

2025-06-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!