"Sore yah....!!"sapaku sambil berlalu menuju kamar mandi dan dijawab dengan anggukan kepala oleh ayahku.
"Jangan lama-lama mandinya,kami menunggumu untuk makan bersama!!"timpal ibuku sambil menuangkan sayur panas ke mangkok.
"Baiklah...."jawabku sambil menutup pintu kamar mandi.
***
Beberapa menit berlalu aku sudah duduk di meja makan bersama ayah dan ibuku.
Ibuku mengambilkan piring untuk ayah mengisinya dengan nasi dan lauk pauk.
Ya begitulah perlakuan ibuku terhadap ayahku yang selalu beliau tunjukan dihadapanku.
Tidak ada pembicaraan atau perkataan sama sekali ketika kami makan hingga kami menghabiskan makanan itu.
***
Setelah makan,kami bertiga berkumpul di ruang keluarga sambil menonton tv.
"Bagaimana kuliahmu?" tanya ayahku sambil menghisap batang rokoknya.
"Baik yah...,mungkin besok pagi aku akan mulai pindah ke kos..." jawabku tegas sambil duduk menatap ayahku.
"Lho kenapa tidak minggu depan saja...?" tanya ibuku yang muncul dari arah dapur dengan nampan berisi teh dan cemilan.
"Minggu depan sudah mulai tes bu...akan merepotkan jika aku masih melaju...." aku menjawab pertanyaan ibuku.
Ibuku hanya nampak diam tanpa melihatku. Aku bisa melihat raut kesedihan diwajah ibuku.
Aku tahu kalau ibuku berat jauh dariku.
Ibuku sangat menyayangiku. Aku bisa melihat dari semua ketulusan dan kasih sayang yang ibu tunjukan kepadaku.
Aku juga tahu dengan adanya aku ditengah-tengah mereka akan sangat kecil kemungkinan ayah dan ibuku bertengkar.
Kedua orang tuaku terkadang bertengkar. Entah apa permasalahannya aku sendiri tak tahu.
Dulu orang tuaku menikah bukan karena atas dasar cinta melainkan karena perjodohan.
Aku kerap sekali melihat ibuku menangis di setiap akhir sholatnya.
Pernah suatu hari aku bertanya kepada ibuku. Tapi ibuku meyakinkanku bahwa semua baik-baik saja.
Aku tahu ibuku tidak mau aku mengetahuinya atau mungkin memang belum saatnya.
Hingga suatu hari aku melihat ibuku menangis kembali dan beliau menceritakan semua yang ia pendam selama ini.
Bagaikan di sambar petir di siang bolong dan aku tidak percaya mendengar pengakuan ibuku.
Bagaimana mungkin ayahku selama ini tidak menginjinkanku kuliah dan tidak memberiku biaya kuliah.
Seketika banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul dipikiranku.
Lalu darimana biaya sekolahku selama ini? Siapa yang sudah membiayaiku?
Karena rasa penasaran, aku memberanikan diri bertanya kepada ibuku.
"Bu...lalu darimana biaya sekolahku hingga saat ini?" aku bertanya sambil menguatkan hatiku untuk mengantisipasi kenyataan jawaban yang tidak bisa aku terima.
"Ibu yang membiayainya sendiri....selama ini ayahmu hanya bertanggung jawab dengan uang sakumu nak...!!" ibu menjawab pertanyaanku sambil menggenggam tanganku erat.
"Oh Tuhan....kenapa aku baru mengetahui dan menyadarinya?
Aku membiarkan ibuku menanggung semua beban biaya sekolahku" aku berkata di dalam hati sambil memeluk ibuku.
Terlintas penyesalan di hatiku mengapa aku baru mengetahuinya sekarang. Kalau seandainya aku tahu setelah kelulusan SMA kemarin mungkin lebih baik aku memutuskan untuk tidak kuliah dan memilih untuk bekerja.
Dengan begitu bisa membuat ibuku tidak kerepotan soal biaya.
***
Aku kembali mengingat kisah kakakku.
Waktu itu ibu dari ayahku bersikeras melarang cucunya melanjutkan kuliah karena mereka beranggapan untuk apa seorang wanita sekolah tinggi-tinggi yang pada akhirnya kodratnya tetap harus menjadi ibu rumah tangga.
Sulit dipercaya dengan akal sehat memang. Itulah anggapan dari keluarga ayahku. Semacam pemikiran kolot orang jaman dulu.
Hari readers semoga kalian suka dengan cerita ku.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan like komen ya....
Saling menghargai dengan komen yang positif...
Terimakasih dan selamat membaca 🤗🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Titik pujiningdyah
like kak
2021-07-30
0
Caramelatte
jangan kasi kendor thorr
semangat terosss
2020-11-24
1
ARSY ALFAZZA
like
2020-11-18
1