BAB 2

Kini bima dan Ardelia berada dimeja makan, seperti biasa keduanya selalu sarapan bersama, sebelum berangkat, suasana hening, hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring,

"Del!" Panggil bima sembari mengunyah.

"HM!" Balas Ardelia dengan pipi mengembung,

Bima menelan makanannya, sebelum bertanya sesuatu yang menarik baginya. "Del, kamu punya temen cewek gak?!" Tanya bima serius.

"Punya yah! Ada 2, bukan temen sih, tapi sahabat aku, Tumben banget ayah nanya-nanya temen aku, emangnya ayah mau ngapain, HM?!" Tanya Adel mengerutkan keningnya, tatapannya memicing.

Bima menggeleng. "Gak papa kok, ayah cuman pengen nanya doang...... Jadi...."

"Jadi apa yah?" Tanya Adel antusias reflek menggebrak meja, membuat bima kaget.

"Sabar del!" Bima mengelus dadanya berulang kali, sembari menghembuskan nafas panjang.

"Jadi apa, yah! Jangan ngalihin pembicaraan!" Desak Adel penasaran.

Bima menggaruk tengkuknya. "Jadi, boleh dong kenalin temen cewek kamu, sama ayah! Sia-"

"Buat apa?! Buat apa aku ngenalin temen aku sama ayah?!" Potong Adel cepat.

"Ya, buat jadi pendamping hidup ayah lah, siapa tau ayah bisa naksir sama temen kamu, atau nggak, siapa tau sahabat kamu, bisa jadi ibu pengganti buat kamu, kan! Bener gak?!" Tanya bima yang menginginkan seorang istri selama ini, namun Adel selalu saja melarangnya, dengan alasan apapun, seperti dia tidak mau memiliki seorang ibu, takutnya ibu sambung bakalan jahat kayak di film-film, padahal mah, tidak semuanya begitu,

"Aku gak mau yah! Aku gak mau punya ibu sambung, lagian, buat apa juga ayah nyari pendamping hidup! Kan, ada aku disini yang selalu menemani ayah! Emangnya aku gak cukup buat ayah?!" Tanya Adel marah, namun terdengar ambigu ditelinga bima,

Kenapa Adel selalu saja marah, dan berubah sifatnya menjadi aneh, ketika bima mengatakan bahwa dirinya butuh pendamping, apakah ada yang salah dengan ucapannya? Lantas kenapa Adel marah?

"Bu-bukan, gitu, sayang, ayah cuman pengen punya temen hidup aja, yang bisa menemani ayah dimasa tua nanti, ngurus ayah dan bisa punya anak dimasa depan kelak, masa ayah nantinya hidup sendirian terus dimasa tua, kalo ayah sakit atau kenapa-kenapa siapa yang mau ngurus? Hm?" Bima memberi pengertian dan bertanya.

Adel menatap bima dengan tatapan yang sulit diartikan, perlahan ia menghembuskan nafasnya, "ada Adel, yah! Adel siap temenin ayah seumur hidup, ngurusin ayah, Adel siap melakukan segalanya demi ayah! Adel gak akan merasa ngerepotin, karena ayah segalanya bagi Adel!" Balas Adel dengan suara yang terkesan tegas, namun sangat aneh bagi bima.

"Yang bener aja, ayah diurusin sama kamu sampe tua! Emangnya kamu gak nikah gitu? Kamu gak mau punya suami atau bisa ngerasain yang namanya punya pasangan nanti?" Tanya bima yang tak setuju dengan perkataan Adel, bagaimana mungkin, ia mau ditemenin Adel sampai dihari tuanya, hidup bersama Adel saja kadang membuatnya kelimpungan dengan sikap anak gadisnya tersebut.

Dirumahnya ini saja, bima hanya tinggal berduaan selama ini, tadinya ada beberapa art yang bekerja, namun Adel selalu berbuat hal-hal aneh yang membuat para art tak betah bekerja disini dan memutuskan untuk risegn, alhasil bima kewalahan, setiap dirinya meminta izin untuk memperkerjakan art, Adel selalu saja tak mengizinkannya, banyak sekali alasan yang Adel berikan agar para art tak bisa bekerja disini dan tak dipekerjakan olehnya. Adel mengatakan jika dirinya bisa memasak, mencuci, bahkan mengurus pekerjaan rumah, memperkerjakan art hanya membuang-buang duit saja. Padahal bima sendiri tidak mempermasalahkan tentang uang, namun Adel saja yang selalu mempermasalahkan itu, hingga bima hanya bisa mengalah, kalau tidak mengalah, pastinya, Adel akan ngambek dan nangis-nangis, entah kenapa Adel selalu begitu, apa yang membuatnya ingin tinggal berduaan terus dengannya, bima sadar, dia hanya laki-laki normal yang mempunyai nafsu jika hidup bersamaan terus dengan Adel,

Apalagi Adel sering banget memakai pakaian yang sangat menggoda imannya, tentu saja bima menahan diri selama ini untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang menjerumuskan ketahap lebih parah. Menahan nafsu itu sangatlah sulit, diumurnya yang segini, bima juga ingin merasakan bagaimana rasanya melakukan hubungan itu, tetapi, ia selalu mengurungkan niatnya, karena ia punya Adel, jika dirinya merusak wanita lain, pasti imbasnya suatu saat nanti akan terkena pada Adel. Hukum tabur tuai itu benar adanya.

Kedua orang itu kini sedang dalam perjalanan mengendarai mobil, seperti biasa bima selalu menyetir, tujuan pria itu mengantar Adel kesekolah terlebih dahulu.

Sesampainya didepan gerbang sekolah, bima menghentikan mobilnya.

"Ayah, lepasin dong!" Rengek Adel manja.

Bima dengan perlahan melepaskan seat belt Adel.

"Kamu, manja sekali sih del! Udah gede juga!" Bima geleng-geleng kepala.

"Emang salah ya, manja sama ayah sendiri?" Tanya Adel mengerucutkan bibirnya.

"Manja tuh, sama pacar, bukan sama ayah!" Omel bima menggulum senyumnya.

Adel beralih menatap bima dengan raut wajah yang sulit diartikan. "A-aku sudah punya pacar yah!"

"Serius? Kamu udah punya pacar? Siapa pacar kamu, kok, ayah gak tau?" Tanya bima membrondong.

"Ada! Pacar aku ganteng banget!"

"Lebih ganteng mana sama ayah?" Tanya bima lembut.

Adel terdiam dengan tatapan yang intens menatap sang ayah.

Bima berdehem kecil menetralisir rasa tegangnya. "Nanti, kapan-kapan kenalin sama ayah ya! Ayah pengen liat laki-laki mana yang bisa ngeluluhin hati kamu!" Pinta bima yang penasaran siapa laki-laki yang memikat hati Adel, tentu saja ia kepo, karena, Adel sangat sulit ditaklukkan, banyak laki-laki yang mengincarnya, namun ia selalu menolaknya dengan berbagai alasan.

"Aku gak bisa yah! Aku gak bisa ngenalin dia sama ayah! Ini rahasia aku, cukup aku aja yang tahu!" Lirih Adel menundukkan kepalanya.

"Loh, loh, kenapa rahasia? Hm? Ayah janji gak bakalan marahin kamu, kok, ayah cuman pengen tahu doang, del!" Bima memberi pengertian.

Adel mengangkat kepalanya dan menggeleng cepat, rambutnya ikut bergoyang-goyang. "Gak mau ayah! A-aku gak bisa ngenalin dia sama ayah!" Mata Adel berkaca-kaca.

Bima mengerutkan keningnya, "kamu, kenapa mau nangis, sayang? Ada apa? Apa permintaan ayah salah? Kalo ayah salah, ayah minta maaf ya!" Bima menangkup kedua pipinya dengan tatapan bersalah.

"Ga-gak, ayah gak salah kok, cuman, akunya aja yang terlalu...." Adel meneteskan air matanya. Dengan cepat bima menyeka air mata sang anak, rasa penyesalan kian menyeruak.

"Maafin, ayah ya, gara-gara ayah yang kepo, kamu jadi nangis, ayah janji gak bakalan minta kamu bawain pacar lagi! Itu hak kamu, itu juga hak privasi kamu! Kamu bebas menentukannya, mau dipublish atau tidak! Maafin ayah ya, del!" Bima meminta maaf dengan sangat tulus. Adel menggangukan kepalanya.

"Aku udah maafin ayah, ayah jangan pernah merasa bersalah gitu, ya." Tangan Adel membelai pipi bima lembut. "Aku berjanji, suatu saat nanti, aku bakal ngenalin dia sama ayah!" Adel tersenyum manis.

Jantung bima berdebar kencang, saat merasakan sentuhan halus dan lembut dari Adel, ada perasaan aneh yang berdesir didalam hatinya. Entah apa maksudnya.

"Ayah!"

Lamunan bima buyar. Pria itu berdehem membalasnya.

"Aku mau Salim, ulurin tangannya!" Pinta Adel, bima menggulurkan tangannya.

Adel mengambil dan menciumnya dengan sangat lembut, begitu lama Adel mencium punggung tangan bima, seakan tidak mau melepaskannya.

"Udah, dong, ciumannya, betah amat kamu del lama-lama cium tangan ayah, del" Canda bima. Adel melepaskannya dan nyengir kuda.

Adel mendekatkan wajahnya, mengikis sedikit jarak dengan bima.

Cup!

Cup!

Adel mengecup pipi bima, bagian kanan dan kiri, lalu mengecup bibir sang ayah dengan sangat lembut, jantung bima berdebar kencang dengan aksi Adel, walaupun Adel sangat sering menciumnya, namun ciuman kali ini terasa sangat berbeda, setiap bima ingin menolaknya, Adel akan ngambek dan menangis-nangis, ujung-ujungnya ia harus membujuknya, kalau tidak dibujuk, Adel akan memusuhinya seharian dan tak akan memasak untuknya. Begitulah Adel, anak gadisnya ini sangatlah manja dan ngambekan, tanpa mau diganggu gugat, apapun kemauannya.

Bima pun tak terlalu mempermasalahkannya, karena, hanya Adel yang ia punya sebagai keluarganya sendiri. Begitupun dengan Adel, gadis itu pernah mengatakan, jika bimalah yang ia punya didunia ini, seluruh dunianya hanya bima dan bima, kalau bima pergi meninggalkannya, Adel tak akan punya semangat untuk hidup lagi, bahkan jika bima meninggalkannya demi seorang wanita lain. Adel akan bertindak tegas dan mengancam untuk mengakhiri hidup. Inilah yang membuat bima tidak menikah-nikah selama ini, disaat dirinya menikah, Adel pasti akan bertindak seperti itu.

Sebagai orang tua, bima tak mau kehilangan Adel, ia sudah menggangap Adel itu anaknya sendiri yang harus ia rawat dan ia jaga sepenuh hati.

"Aku duluan ayah! Bye!" Ucap Adel melambaikan tangannya dengan senyuman manis yang terhias diwajah cantiknya. Entah sejak kapan wanita itu sudah turun dari mobilnya.

"Adel nyium aku?" Bima meraba-raba bibirnya sendiri, bibir Abel masih terasa ketika anak gadisnya mencium bibirnya,

Adegan tadi terus terngiang-ngiang didalam benaknya, benda kenyal itu manis, lembut, dan membuatnya candu, pikiran bima tertuju, pada Adel yang menciumnya lalu bima menahan tengkuk Adel dan berciuman panas didalam mobil.

Bima tersentak dan menggeleng cepat. "Mikir apaan sih Lo bim! Dia anak Lo gak sepantasnya Lo

berpikiran jauh gitu!" Omel bima pada dirinya sendiri, kemudian menginjak gasnya meninggalkan sekolah Adel.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!