Mau tak mau Laila menunggu di ruang tamu, duduk. Tapi tiba-tiba dia teringat CCTV di restaurant, maka segera mengeluarkan ponsel dari tas yang sejak tadi diselempangkan di bahunya.
"Halo Marno aku ada masalah sedikit mungkin agak terlambat masuk kerja, tolong sampaikan ijinku pada kepala restaurant, ya. Oh ya tolong kirim sekarang juga rekaman CCTV semalam sewaktu Pak Arya Semana mabuk,"
"Baik, Chef," jawab Marno tanggap.
Arya Semana di kamar mandi berusaha mengingat-ingat benarkah dirinya mabuk semalam?
"Aku mabuk?" Arya Semana bergumam.
Setelah kepalanya tersiram air berulang kalu, barulah berat yang membebani kepalanya itu berkurang.
Keluar dari kamar mandi badannya ringan, segera dia berpakaian dan menemui Laola di ruang tamu.
Tapi Laila cuek saja tak perduli. Hatinya kesal menera perlakuannya tadi menuduh sembarangan.
Arya Semana memperhatikan sosok sederhana tapi cukup menawan dibalik kesederhanaan gadis yang berwajah lembut, tapi bisa tegas itu.
"Apa benar yang dia katakan semalam aku mabuk dan dia yang membawaku pulang ke sini?" Batin Haris bertanya tanya.
Ponsel Laila memberi tanda ada pesan masuk. Benar dari Marno. Dan keamanan restaurant itu mengirimkan aktivitas saat Arya Semana datang ke restaurant.
"Lihatlah ini," Laila memberikan rekaman kiriman Marno pada Arya Semana.
Tentu saja Arya Semana terkejut melihat dirinya mabuk, lalu dirangkul Laila keluar ruangan.
"Aku sendiri tak ingat ..." Gumam Arya Semana
"Jadi fik kan aku ini wanita terhormat yang tak mau masuk kamar Tuan, kalau saja tak ingin membuktikan keadaan Tuan baik baik saja. Besar resiko bagiku jika terjadi sesuatu terhadap Tuan, sementara ada saksi yang tahu, orang terakhir yang bersama Tuan adalah aku. Jadi aku tak ingin terseret masalah jika terjadi sesuatu dengan Tuan, seandainya tadi aku pulang diem diem. Aku masih punya seorang Ibu yang dirawat di rumah sakit yang sangat perlu perhatianku, makanya aku harus memastikan keadaan Tuan tak ada masalah saat aku meninggalkan rumah ini," panjang lebar secara rinci Laila menjabarkan dengan suara tenang.
Arya Semana terperangah. Ternyata gadis di depannya bukan pembohong, dia karyawan di restaurant milik orang tuanya.
Ia berdiri mendekati Laila,"Aku minta maaf, aku Arya ..." Hilang sudah tatap curiga dan waspada pada gadis di depannya. Suaranya pun tak sesinis tadi.
"Lupakan saja Tuan, eh Pak Arya sekarang aku harus segera pulang untuk persiapan kerja,"
"Kubuatkan sarapan roti panggang dulu ..."
"Nggak perlu, aku harus pergi, Assalamu' alaikum," bergegas Laila keluar dari rumah
"Wa'alaikum salam," balas Arya Semana menyusul Laila keluar kamar.
Langkah Laila yang setengah berlari sudah berada di luar rumah. Dan Arya Saloka tak mau kalah cepat, ia bergegas ke kamar diraihnya kunci mobil yang tergeletak di meja ruang tamu. Segera menyusul Laila yang sudah berdiri di depan rumah siap memesan grab.
"Tunggu biar kuantar kau pulang!" Ujarnya langsung menuju mobilnya masih mengenakan piyama tidurnya.
Laila urung memesan grab, menoleh pada Arya Semana yang sudah masuk ke mobil dan langsung menghidupkan mesin mobil.
Arya Semana membunyikan klakson mobilnya. Laila pun segera masuk ke mobil dan duduk di sebelah lelaki itu tanpa suara.
Tapi sebelum menjalankan mobilnya tangan Arya Semana meraih jacket yang tergeletak di jok kursi belakang, lalu dikenakan sesaat sebelum ia menjalankan mobilnya.
Sepanjang jalan Laila memejamkan kedua matanya. Tampaknya ia enggan untuk bersuara.
Mobil terus melaju. Merayap bersama mobil lainnya di pagi hari yang masih berembun.
"Oh ya Aku harus mengantarmu kemana, Non?" Kali ini suara Arya Semana sangat bersahabat.
Laila membuka mata, "Oh maaf harus mengantarkanku, ya, ke jalan Mustika no 10 Jakarta Pusat lumayan jauh juga, sih,' ujar Laila yang juga bersuara santun, seakan tak terjadi sesuatu sebelumnya.
"Oke, Non," angguk Arya Semana langsung membelokkan mobilnya untuk mengarah pada jalur yang mengarah ke Jakarta Pusat.
Sepanjang perjalanan mereka saling berdiam. Setelah memberikan alamatnya Laila kembali memejamkan mata seakan ia masih mengantuk. Arya Semana pun tak mengganggu.
Mobil berhenti di depan rumah mungil bergaya minimalis
Laila membuka mata.
"Berapa lama kamu dandan?" Arya Semana menatap Laila.
"Oh nggak lama
karena aku bukan wanita pesolek ..."
"Tapi wanita terhormat," sambung Arya Semana tersenyum bermaksud untuk menggoda Laila berharap suasana diantara mereka berdua tak kaku lagi, tapi menjadi cair.
Laila terkesima melihat senyum lelaki di sampingnya.He Laila ngapain kamu mikirin senyumnya! Peringatan dari dalam dirinya.
Dan tiba-tiba saja bayangan saat dirinya ditarik sembarangan oleh Arya Semana dan jatuh di atas tubuh lelaki itu, muncul begitu saja di benaknya.
Segera Laila mengenyahkan bayangan dirinya yang berada di atas tubuh Arya Semana. Huh, sungut batinnya itulah pertama kalinya dia ada begitu dekat dengan lelaki.
"Baiklah kutunggu di sini," suara Arya Semana mengejutkan Laila.
"Untuk apa?" Laila menatap lelaki di sebelahnya.
"Mengantarmu ke Restaurant,"
"Oh no nggak usah, bentar lagi sopir Restaurant mengantar mobilku sekarang dia dalam perjalanan,"
"Oh ya?" Arya Semana meyakinkan Laila.
"Ya, terimakasih, Pak," angguk Laila.
Laila turun dari mobil Arya Semana.
"Oke, terima kasih sudah mengantarku pulang semalam dan Sori tadi sempat salah sangka padamu," tersenyum Arya Semana.
"Aku maklum karena tak seharusnya juga aku masuk wilayah bahaya ..." Tersenyum Laila.
"Oh bersamaku pasti aman," tersenyum pula Arya Semana menggoda Laila.
"Selamat pagi Assalamu'alaikum,' pamit Laila.
"Wa'alaikum salam ..."
Laila sudah berbalik dan melangkah.
"Namamu?"
Laila menghentikan langkah menoleh pada Arya Semana yang menunggu.
"Laila ..." Setelah itu Laila melangkah ke gerbang pagar rumahnya.
"Laila ..." gumam Arya Semana meninggalkan depan rumah Laila.
Laila sudah masuk ke rumahnya dan langsung menjatuhkan dirinya di sofa. Huh sungguh pengalaman dengan Arya Semana tadi di kamarnya, membuatnya menjadi lelah.
Sedangkan Arya Semana senyum-senyum sendiri mengingat pengalamannya bersama Laila berdua di kamar tadi. Dimana Laila berbaring di atas tubuhnya dalam keadaan ketakutan. Dia ingat betul tubuh Laila dirasanya tegang dan wajahnya pucat dan ketakutan bercampur marah
Arya jadi senyum-senyum sendiri ingat akan kejadian tadi pagi itu. Sungguh tadi itu dirinya baru pertama badannya ditindah tubuh wanita.
Cewek itu cantik juga, tapi bisa judes juga, batinnya terus menyetir untuk bersalin pakaian dan ke kantor.
"Laila .." gumamnya.
"Aku akan membalas kebaikan gadis itu telah mengantarku ke rumah, kutuduh cari kesempatan saat kutemukan di dalam kamarku.
Tapi apa?
Nantilah kupikirkan dulu. Bagaimana pun harus ada kata maaf dan terima kasih yang resmi, bagaimana pun dirinya bukan orang bar bar. Setiap ada kebaikan disertai pula dengan tanda terima kasih.
Bersambung
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments