Bab : Mengasah Naluri di Medan Perang

Fajar virtual di Zero Point Survival menyingsing, membawa serta hawa dingin yang menusuk. Cahaya keemasan menembus celah pepohonan, menerangi wajah-wajah lelah tim Ren. Mata mereka, meskipun di dunia game, tampak cekung, mencerminkan kelelahan yang nyata setelah melewati malam panjang di hutan. Bagi Rangga, ini adalah pengalaman pertama merasakan 'pagi' di dunia lain, dan ia merasa seolah ia benar-benar baru bangun dari tidur di alam liar.

"Oke, tim, waktunya bergerak," Aisha berkata dengan suara tegas, bangkit dari posisinya di gua. "Zona aman sudah menyempit lagi. Kita harus lebih agresif sekarang."

Ren ikut bangkit, merasakan otot-ototnya kaku. Namun, ada semangat baru yang membara. Mereka telah melewati malam, dan ia merasa lebih percaya diri. Ia telah belajar banyak tentang perannya sebagai Support, dan ia tahu timnya mengandalkannya.

Mereka keluar dari gua, kembali menyusuri hutan belantara. Suara kicauan burung terdengar lebih nyaring sekarang, dan aroma embun pagi menyeruak, begitu hidup hingga Rangga nyaris lupa ia ada di dalam sebuah konsol di kosan. Mereka bergerak dengan formasi ketat: Guntur di depan sebagai pelindung, Aisha dan Dio di sisi-sisi, Bara menyelinap di belakang dengan perangkap, dan Ren tetap di tengah, siap memberikan bantuan kapan saja.

"Hati-hati, tim," Dio memperingatkan dari posisi pengintaiannya di atas pohon. "Aku melihat setidaknya tiga tim di arah barat daya. Mereka sepertinya bergerak menuju zona aman."

Aisha mengangguk. "Baik, kita akan bersembunyi di reruntuhan di depan. Mungkin kita bisa mencegat mereka."

Mereka bergerak cepat, mengendap-endap di antara pepohonan besar dan semak belukar. Ren merasakan ranting-ranting kecil yang patah di bawah kakinya, setiap langkah ia atur agar tidak menimbulkan suara terlalu keras. Bau tanah basah dan daun-daun kering masih memenuhi indra penciumannya.

Reruntuhan yang dimaksud Aisha adalah sisa-sisa bangunan kuno yang ditutupi lumut dan tanaman menjalar. Tempat itu memberikan perlindungan yang sangat baik. Aisha segera mengatur posisi. Guntur mengambil posisi di balik dinding batu tebal, siap menahan tembakan. Dio naik ke lantai atas reruntuhan yang masih kokoh, mencari celah untuk menembak. Bara menempatkan perangkap kawat tipis di jalur masuk utama, menyamarkannya dengan dedaunan.

"Ren, kamu di sini, di balik pilar ini," Aisha menunjuk ke sebuah pilar batu besar. "Tetap di belakang Guntur, tapi pastikan kamu punya jalur tembak untuk Heal Pack."

Tidak lama kemudian, suara langkah kaki dan obrolan samar mulai terdengar. Musuh datang.

"Mereka masuk perangkap Bara!" teriak Dio. Seketika, suara dentuman keras dan teriakan kesakitan memecah keheningan. Satu musuh terkena perangkap Bara.

"SERANG!" teriak Aisha, dan tembakan pun pecah.

DOR! DOR! DOR! Suara senapan serbu Aisha menggelegar, disusul oleh suara tembakan sniper Dio yang tajam dari atas. Guntur menahan tembakan musuh dengan tubuhnya yang terlindungi vest tebal, peluru-peluru virtual menghantam dirinya dengan suara thump keras, terasa seperti pukulan nyata. Ren merasakan getaran tanah di bawah kakinya karena intensitas tembakan. Ia bersembunyi rapat, matanya mencari siapa yang membutuhkan bantuannya.

Seorang musuh berhasil melompati perangkap Bara dan menyerang Guntur dari samping. Guntur menjerit kesakitan. "Ren! Aku kena!"

Cepat-cepat, Ren mengeluarkan Heal Pack dan melemparkannya ke Guntur. Cahaya hijau menyelimuti Guntur, dan ia kembali membalas serangan. Adrenalin Rangga memuncak. Tangannya gesit, tidak lagi canggung seperti sebelumnya. Ia merasakan setiap ototnya bekerja, setiap gerakannya presisi, didorong oleh dorongan dari kabel-kabel Synapse VR.

"Satu musuh tumbang!" teriak Aisha.

Namun, Aisha sendiri terkena tembakan di kakinya. "AARGH! Kakiku!" Ia terhuyung, berpegangan pada dinding.

"Aisha!" Ren langsung bergerak tanpa ragu, merangkak cepat di antara reruntuhan, mengabaikan potensi bahaya. Ia meraih Aisha, dan segera menggunakan Heal Pack padanya. Sensasi Heal Pack yang mendingin dan kemudian rasa lega saat luka virtualnya sembuh terasa begitu nyata bagi Aisha, bahkan Ren bisa merasakan gelombang panas dari efek penyembuhan itu.

"Terima kasih, Ren. Kamu cepat sekali," Aisha menghela napas, suaranya dipenuhi rasa syukur. Ia segera kembali menembak.

Pertempuran berlangsung sengit. Suara tembakan saling bersahutan, diselingi teriakan pemain yang terluka dan ledakan granat yang menggelegar. Ren bisa merasakan getaran dari ledakan itu, bahkan hembusan angin panas yang tercipta secara virtual. Ia melihat Dio melompat dari ketinggian, menembak saat melayang di udara, dan mendarat dengan mulus—sebuah gerakan yang mustahil dilakukan di dunia nyata.

Tiga dari lima musuh tim pertama berhasil mereka tumbangkan. "Cepat, jarah mereka!" perintah Aisha.

Ren segera mendekati tubuh-tubuh yang tergeletak. Sensasi dinginnya logam dan kekakuan kostum musuh saat ia menyentuhnya terasa nyata. Ia melihat interface looting muncul. Kali ini, ia mencari item yang berguna untuk dirinya dan tim. Ia menemukan Medical Syringe yang lebih kuat, sebuah Energy Bar yang bisa meningkatkan stamina, dan beberapa amunisi tambahan. Ia merasakan berat item-item itu di inventaris virtualnya, seolah ia benar-benar memasukkannya ke dalam saku.

"Aisha! Ada tim lain mendekat! Dari arah tim yang kita kalahkan!" teriak Bara, suaranya tegang. Ia telah menanam perangkap lain, tapi jumlah musuh kali ini lebih banyak.

"Baik, kita bergerak ke zona aman selanjutnya! Jangan sampai terkepung!" Aisha memberi perintah. "Guntur, pimpin jalan! Dio, tembak cover dari belakang! Ren, siapkan Heal Pack! Bara, siapkan smoke grenade!"

Mereka berlari. Ren merasakan paru-parunya bekerja keras, napasnya tersengal-sengal, dan otot-otot kakinya terasa terbakar. Keringat membasahi seluruh tubuhnya di dalam kostum. Ia melangkah cepat, menghindari rintangan, sesekali merunduk saat mendengar desingan peluru yang melewati kepalanya. Suara tembakan musuh dari kejauhan tidak berhenti, dan Ren bisa merasakan tekanan psikologis dari perburuan itu. Ia tidak lagi hanya menekan tombol, ia benar-benar bertahan.

"Aku kena!" teriak Guntur, suaranya serak. Ia tertembak di kaki.

Ren segera berlari mendekat. Ia harus bergerak lebih cepat, mengabaikan rasa takutnya. Ia meraih Guntur, dan dengan cepat menggunakan Medical Syringe yang baru saja ia jarah. Guntur kembali berdiri, meskipun masih sedikit pincang.

"Terima kasih, Ren! Syringe itu langsung berefek!" Guntur tersenyum lega.

"Ini baru permulaan, tim! Kita harus tetap fokus!" Aisha berseru.

Mereka terus bergerak, bertarung, dan bertahan. Ren merasa waktu game berjalan begitu lambat sekaligus begitu cepat. Setiap detik adalah perjuangan. Ia telah menyembuhkan Guntur dan Aisha beberapa kali. Ia bahkan berhasil melemparkan Energy Bar ke Dio yang mulai kelelahan. Perannya sebagai Support benar-benar krusial. Ia bukan hanya sekadar mengantar makanan lagi; ia adalah penyelamat di medan perang yang nyata.

Di Bawah Rentetan Tembakan

Tiba-tiba, saat mereka melintasi area terbuka yang dikelilingi bebatuan tinggi, rentetan tembakan meletus dari atas. TRATA-TATA-TATA! Itu adalah tembakan senapan mesin otomatis.

"MUSUH DI ATAS! KITA TERKEPUNG!" teriak Aisha, suaranya panik.

Ren merasakan hentakan keras di punggungnya. BUK! Rasanya seperti ada tangan raksasa yang mendorongnya dari belakang. Secara refleks, tubuhnya terhuyung ke depan, kabel-kabel Synapse VR di kostumnya menegang, menariknya mundur dengan kuat, mensimulasikan dampak pukulan peluru yang melaju. Ia merasakan sengatan panas di titik yang tertembak, dan rasa perih yang menusuk, seolah kulitnya benar-benar robek. Sepersekian detik, pandangannya sedikit berputar. Darah virtual berwarna merah terang menyebar di area punggung kostumnya, terlihat jelas di sudut pandangannya.

"REN KENAAAA!" teriak Dio.

Aisha langsung menariknya ke balik batu besar terdekat. "Bagaimana, Ren?! Kamu bisa bergerak?"

Ren terengah-engah, tubuhnya gemetar. Ia mencoba menyentuh punggungnya, tapi tangannya tak sampai. Sensasi sakit itu masih terasa, meskipun ia tahu itu hanya simulasi. Ini lebih dari sekadar indikator bar HP di layar; ini adalah rasa sakit fisik yang meyakinkan.

"Aku... aku baik-baik saja," jawab Ren, suaranya sedikit gemetar. Ia segera mengeluarkan Medkit terbaiknya. Ia menyentuh ikon itu dan merasakan sensasi dingin saat ia menggunakannya pada dirinya sendiri. Cahaya hijau menyelimuti tubuhnya, dan rasa sakit itu mereda perlahan, digantikan oleh sensasi kebas dan kemudian pulih.

"Syukurlah," Aisha menghela napas lega. "Fokus, Ren. Jangan sampai kena lagi."

Pertarungan berlanjut. Ren, yang kini sudah lebih terbiasa, bergerak lincah, menghindari tembakan musuh sambil fokus pada tugasnya. Ia melemparkan Heal Pack dan Energy Boost dengan presisi. Ia bahkan sesekali menembakkan pistolnya ke arah musuh, meskipun dengan akurasi yang masih terbatas. Setiap peluru yang ia tembakkan terasa berat di tangannya, dan tendangan balik pistol terasa di pergelangan tangannya.

Aisha bertarung seperti singa, melompat dan menembak. Dio, dari posisi tersembunyi, memberikan headshot demi headshot yang mematikan.

Pada akhirnya, setelah perjuangan panjang, Zero Point Survival mengumumkan pemenangnya. Tim mereka berhasil meraih Chicken Dinner.

Euforia membanjiri Ren. Ia menjatuhkan pistol virtualnya, mengangkat tangannya ke udara, dan berteriak kegirangan. Keringat membasahi seluruh tubuhnya, napasnya tersengal, tapi ia merasa luar biasa. Ia telah menang. Ia telah menjadi bagian dari kemenangan ini.

"Kerja bagus, tim!" suara Aisha terdengar, kali ini penuh kelegaan dan kebanggaan. Ia mendekat, senyum lebar terukir di wajahnya. "Dan kamu, Ren. Aku tidak menyangka seorang newbie bisa secepat itu beradaptasi. Kamu punya bakat sebagai support."

Senyum Aisha, di dunia virtual itu, terasa lebih berharga dari apa pun. Rangga merasa benar-benar hidup.

Episodes
1 Bab 1 : Terdengar Mustahil
2 Bab 2 : Tiket Sebuah Harapan
3 Bab 3 : Gerbang Dunia Lain
4 Bab : Mengasah Naluri di Medan Perang
5 BAB 5: Dunia Nyata dan Bayangan Virtual
6 BAB 6: Panggilan Turnamen
7 BAB 7 : Membangun Tim di Bawah Tekanan
8 BAB 8: Panggung Utama dan Sorotan Tak Terduga
9 BAB 9: Peluru Tunggal, Ketenaran Ganda
10 BAB 10 :Harga Ketenaran dan Puncak Tekanan
11 BAB 11 : Sang Pemburu Tunggal
12 BAB 12 : Puncak dan Awal Baru
13 BAB 13 : Canggung di Dunia Nyata
14 BAB 14: Api Cemburu dan Bisikan Harapan
15 BAB 15: Panggung Virtual, Hati Terbelah
16 BAB 16: Angka-Angka yang Berbicara dan Sebuah Identitas Baru
17 bab 17 : Dukungan dan Rasa Tak Percaya Diri
18 BAB 18: Jakarta, sebuah Ujian Nyata
19 BAB 19: Bayangan Masa Lalu dan Sebuah Keberanian Baru
20 BAB 20: Sebuah Pengakuan di Tengah Malam
21 BAB 21: Cahaya yang Terungkap
22 Bab 22 : Kemitraan yang Lebih Dalam
23 Bab 23: Kebaikan yang Tak Terduga
24 Bab 24: Badai di Balik Layar
25 Bab 25: Badai di Mata Publik dan Hati yang Retak
26 Bab 26 : Mengarungi Badai Bersama
27 Bab 27 : Ujian di Panggung Nasional
28 Bab 28 : Setelah Kemenangan, Badai Baru
29 Bab 29 : Membangun Kembali Pondasi
30 Bab 30 : Bisikan Rasa Sakit dan Bayangan Cedera
31 Bab 31: Diagnosis dan Keterbatasan
32 Bab 32 : Strategi Senyap dan Mata Sang Sniper
33 Bab 33: Arena Para Dewa: Langkah Pertama
34 Bab 34: Pembuktian di Panggung Asia
35 Bab 35: Bayangan di Antara Badai
36 Bab 36 : Pertarungan Para Predator
37 Bab 37 : Sorotan Dunia dan Panggung Baru
38 Bab 38 : Di Balik Sorotan: Liburan Singkat dan Ancaman Baru
39 Bab 39 : Berkat dan Awal Pertempuran Final
40 Bab 40 : Mata yang Tak Terlihat dan Pengepungan Senyap
41 Bab 41 : Sniper Terakhir di Tengah Badai
42 Bab 42 : Tembakan Terakhir Sang Hantu
43 Bab 43 : Puncak Kejayaan dan Kepulangan Sang Juara
44 Bab 44 : Pulang ke Rumah: Pahlawan Baru Indonesia
45 Bab 45 : Lahirnya Generasi Baru: Ren sang Mentor
46 Ujian Pertama: Generasi Baru di Arena Virtual
47 Membangun Kedalaman Tim: Phantom Strikers Ladies
48 Bab 48: Sebuah Jeda di Tengah Persiapan
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Bab 1 : Terdengar Mustahil
2
Bab 2 : Tiket Sebuah Harapan
3
Bab 3 : Gerbang Dunia Lain
4
Bab : Mengasah Naluri di Medan Perang
5
BAB 5: Dunia Nyata dan Bayangan Virtual
6
BAB 6: Panggilan Turnamen
7
BAB 7 : Membangun Tim di Bawah Tekanan
8
BAB 8: Panggung Utama dan Sorotan Tak Terduga
9
BAB 9: Peluru Tunggal, Ketenaran Ganda
10
BAB 10 :Harga Ketenaran dan Puncak Tekanan
11
BAB 11 : Sang Pemburu Tunggal
12
BAB 12 : Puncak dan Awal Baru
13
BAB 13 : Canggung di Dunia Nyata
14
BAB 14: Api Cemburu dan Bisikan Harapan
15
BAB 15: Panggung Virtual, Hati Terbelah
16
BAB 16: Angka-Angka yang Berbicara dan Sebuah Identitas Baru
17
bab 17 : Dukungan dan Rasa Tak Percaya Diri
18
BAB 18: Jakarta, sebuah Ujian Nyata
19
BAB 19: Bayangan Masa Lalu dan Sebuah Keberanian Baru
20
BAB 20: Sebuah Pengakuan di Tengah Malam
21
BAB 21: Cahaya yang Terungkap
22
Bab 22 : Kemitraan yang Lebih Dalam
23
Bab 23: Kebaikan yang Tak Terduga
24
Bab 24: Badai di Balik Layar
25
Bab 25: Badai di Mata Publik dan Hati yang Retak
26
Bab 26 : Mengarungi Badai Bersama
27
Bab 27 : Ujian di Panggung Nasional
28
Bab 28 : Setelah Kemenangan, Badai Baru
29
Bab 29 : Membangun Kembali Pondasi
30
Bab 30 : Bisikan Rasa Sakit dan Bayangan Cedera
31
Bab 31: Diagnosis dan Keterbatasan
32
Bab 32 : Strategi Senyap dan Mata Sang Sniper
33
Bab 33: Arena Para Dewa: Langkah Pertama
34
Bab 34: Pembuktian di Panggung Asia
35
Bab 35: Bayangan di Antara Badai
36
Bab 36 : Pertarungan Para Predator
37
Bab 37 : Sorotan Dunia dan Panggung Baru
38
Bab 38 : Di Balik Sorotan: Liburan Singkat dan Ancaman Baru
39
Bab 39 : Berkat dan Awal Pertempuran Final
40
Bab 40 : Mata yang Tak Terlihat dan Pengepungan Senyap
41
Bab 41 : Sniper Terakhir di Tengah Badai
42
Bab 42 : Tembakan Terakhir Sang Hantu
43
Bab 43 : Puncak Kejayaan dan Kepulangan Sang Juara
44
Bab 44 : Pulang ke Rumah: Pahlawan Baru Indonesia
45
Bab 45 : Lahirnya Generasi Baru: Ren sang Mentor
46
Ujian Pertama: Generasi Baru di Arena Virtual
47
Membangun Kedalaman Tim: Phantom Strikers Ladies
48
Bab 48: Sebuah Jeda di Tengah Persiapan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!