Bab 2

Niat hati ingin mengambil selendangnya yang tertinggal, justru Asih malah melihat Rahmat yang sedang berpelukan dengan Mirna. Keduanya saling tersenyum dengan begitu bahagia.

Tak lama kemudian keduanya nampak memundurkan wajah mereka, Asih bisa melihat sorot mata yang begitu bergelora di antara keduanya. Hingga adegan selanjutnya membuat Asih benar-benar merasa begitu syok.

Rahmat dan juga Mirna nampak menyatukan bibir mereka, keduanya beradu bibir dengan begitu bergelora. Tangan kanan Rahmat nampak mengelus punggung Mirna dengan begitu lembut, sedangkan tangan kirinya menekan tengkuk leher Mirna agar bibir mereka bisa beradu lebih dalam lagi.

Berbeda dengan Mirna, wanita itu nampak mengalungkan kedua tangannya di leher Rahmat. Tentu saja hal itu membuat tubuh mereka begitu menempel, kedunya sangat lama beradu bibir. Hingga beberapa saat kemudian keduanya nampak mengurai penyatuan bibir itu.

"Gak tahan, Yang. Yuk ke rumah aku aja," ujar Mirna.

"Nanti diomelin sama bapak dan juga ibu kamu," ujar Rahmat.

"Nggak akan, mereka itu udah setuju banget sama hubungan kita."

Asih kaget mendengar apa yang dikatakan oleh Mirna, karena itu artinya Rahmat sudah berhubungan dengan wanita itu di belakangnya sejak lama.

"Ya udah ayo, aku juga udah nggak tahan pengen ngerasain goyangan kamu lagi. Kamu itu emang yang terbaik," ujar Rahmat.

Keduanya lalu masuk ke dalam mobil, mereka pergi ke rumah Mirna. Asih yang sedang bengong sambil menangis begitu kaget ketika ada seorang pria yang menepuk pundaknya.

"Loh! Neng Asih belum pulang?"

Asih mengusap air matanya, lalu dia menolehkan wajahnya ke arah pria yang ternyata merupakan salah satu orang yang bekerja untuk mengurus alat-alat musik. Dia sedang merapikan alat-alat musik yang memang baru selesai dimainkan.

"Nggak bawa mobil, jadi belum pulang."

"Eh? Biasanya pulangnya sama Rahmat, ke mana dia? Bukannya tadi dia juga ikut sama kamu, Neng?"

"Dia pergi sama Mirna, katanya mau ke rumah Mirna."

Asih yang sangat sedih menangis di depan pria itu, tentu saja pria itu merasa kasihan. Bahkan dia mengajak temannya untuk melabrak Rahmat yang saat ini sedang di rumah Mirna.

"Kita labrak aja, Neng. Hubungan kalian itu udah lama banget, kita itu jadi saksi cinta kalian loh. Masa kalah sama anak baru," ujarnya menggebu.

"Tapi--"

"Udah ayo, kita labrak dia."

"Iya," jawab Asih yang memang ingin menanyakan hal ini secara langsung kepada Rahmat.

Asih akhirnya pergi ke rumah Mirna dengan tiga orang pria, mereka pergi dengan menggunakan mobil yang biasa digunakan untuk mengangkut alat-alat musik.

Tiba di depan rumah Mirna, salah satu pria yang mengantarkan Asih langsung mengetuk pintu rumah itu dengan begitu kencang. Cukup lama dia mengetuk pintu itu, hingga tidak lama kemudian pintu rumah itu nampak terbuka.

Asih bisa melihat Rahmat yang membuka pintu itu, pria itu membuka pintu bersama dengan Mirna. Mirna terlihat hanya memakai tanktop dipadupadankan dengan celana pendek saja, sedangkan Rahmat bajunya sudah tidak ada. Pria itu hanya memakai celana pendek saja.

"Ada apa sih? Kenapa mengetuk pintu orang dengan tidak sabar seperti itu? Ini sudah sangat malam, sungguh sangat mengganggu!" omel Rahmat.

"Ya Tuhan, Rahmat. Kamu lagi ngapain di rumah Mirna? Kamu lupa sudah memiliki kekasih?"

Asih yang sejak tadi berdiri di belakang langsung maju ke depan, dia menatap wajah Rahmat dengan penuh kekesalan, kesedihan dan juga kekecewaan.

"Maksudnya apa ini, Mas? Kamu selingkuh?"

Awalnya Rahmat begitu kaget melihat kedatangan dari Asih, tetapi tidak lama kemudian pria itu bisa menormalkan wajahnya kembali.

"Ck! Ganggu aja, lagian kamu itu wanita murah tapi sok jual mahal. Ya udah aku mending sama Mirna aja, lagi pula Mirna itu lebih cantik dan lebih muda. Kita putus aja," ujar Rahmat tanpa memedulikan perasaan Asih.

Mata Asih sontak saja langsung membulat dengan sempurna, bisa-bisanya pria itu mengatakan putus setelah mengambil mahkotanya. Bahkan, dia berselingkuh pun seolah merasa tidak bersalah.

"Kamu itu udah janji mau nikahin aku, bahkan sebulan yang lalu kamu mengajak aku untuk tidur bersama. Bagaimana bisa kita putus begitu saja?"

"Cih! Gak usah banyak drama, udah kita putus. Kamu pergi aja sana, jangan kaya orang gak laku sama laki. Cukup lebarin aja tuh kedua kaki kamu, masih banyak yang mau sama kamu."

Plak!

Sebuah tamparan langsung mendarat di pipi Rahmat, pipi pria itu langsung memerah. Asih tidak percaya dengan apa yang dia dengar saat ini, dari dulu Rahmat selalu saja terlihat begitu memanjakan dirinya.

Dari dulu Rahmat selalu bersikap lembut kepada dirinya, tetapi kali ini Rahmat begitu kurang ajar dalam berucap. Bahkan, dalam bertindak juga pria itu sudah semena-mena.

"Jangan sembarangan kamu kalau berbicara, setelah kamu ambil mahkota aku, kamu dengan teganya ingin mengakhiri hubungan kita, begitu?"

Mirna yang sejak tadi diam saja langsung maju dan mendorong tubuh Asih, wanita itu hampir saja terjatuh kalau tidak ditahan tubuhnya oleh pria yang mengantar Asih ke sana.

"Kamu itu nggak usah kayak pengemis, Rahmat udah nggak mau sama kamu. Mending kamu pulang sana," ujar Mirna.

Asih ingin menimpali omongan wanita itu, tetapi Mirna terlebih dahulu masuk ke dalam rumah bersama dengan Rahmat dan menutup pintu itu rapat-rapat.

Asih begitu kecewa sekali dengan apa yang dia lihat dan apa yang dia dengar, dia tidak percaya kalau Rahmat ternyata merupakan orang yang seperti itu.

"Sudahlah, Neng Asih. Mending pulang aja, mempertahankan pria seperti itu juga percuma. Rugi, kamu kaya nggak ada harga dirinya."

"Tapi, dia sudah mengambil keperawanan aku. Bagaimana ini?"

"Udah lupakan, kalau kamu nggak hamil nggak jadi masalah. Toh kalau misalkan nanti kamu dapat pasangan lagi, walaupun kamu tidak perawan, kalau orang itu benar-benar mencintai kamu, pasti tidak akan dipermasalahkan."

Deg!

Asih kaget juga mendengar apa yang dikatakan oleh pria itu, Asih tidak pernah memikirkan kehamilan. Kini dia mulai berpikir, bagaimana kalau nanti dirinya hamil?

"Udah, Neng. Lupakan pria itu, kita antar pulang."

Asih mengganggukan kepalanya, karena terus berada di sana juga dirasa percuma. Toh dia tidak bisa kembali lagi dengan Rahmat, pria itu sudah memutuskan hubungannya secara sepihak.

Asih berusaha untuk legowo, dia berusaha untuk menerima putusnya hubungan dirinya dengan Rahmat. Dia bahkan selalu berusaha menutup mata ketika dia manggung dan melihat Rahmat mengantarkan Mirna.

Bahkan, tak jarang Mirna dan juga Rahmat mesra-mesraan di tempat mereka manggung. Asih sering merasakan sakit hati, tetapi dia mencoba untuk tidak menggubris keduanya.

Namun, satu bulan setelah mereka putus, Asih tiba-tiba saja pingsan saat manggung. Dia dilarikan ke Puskesmas yang ada di desa tersebut, saat Asih membuka mata, dia langsung bertanya kepada dokter tentang penyakit apa yang dia derita.

"Biasanya saya tidak pernah pingsan saat manggung, Dok. Kenapa kali ini saya sampai pingsan?"

Terpopuler

Comments

Yuli a

Yuli a

ya ampun... hamidun ini ya... banyak laki-laki yang modelan Rahmat ini..😪

2025-05-23

2

Tini Nurhenti

Tini Nurhenti

kek luna maya, yg skrg sdh berbahagia dg max samawAh bwt ke2nya moga smpe menua bareng.

2025-05-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!