Club

...Pertama melihatmu aku sudah tertarik. Hingga berkedip pun rasanya pelik. ...

...—...

"Lo liat gak Fer? Cewek di pojok itu." tanya Tino sambil menyulut rokok dengan pemantik api dan mengapitnya di mulut.

"Yang mana?" Fero meminum sedikit wine miliknya.

"Yang pake baju kuning!" Tino menunjuk seorang cewek berparas cantik yang memakai atasan kaos oblong berlengan pendek yang menenggelamkan sampai pahanya.

Fero mengangguk. "Emang kenapa?"

"Gue aneh sama tu cewek."

Fero menaikan satu alisnya.

"Kayak gak niat buat clubbing. Liatin aja penampilannya."

Fero memutar bola matanya. Temannya ini memang terlalu memperhatikan sekitar dan mengurusinya.

Tak urung Fero tetap memerhatikan gadis yang dimaksud Tino.

Fero memerhatikan gadis itu dari atas sampai bawah. Rambut yang dicepol asal meninggalkan beberapa helaian yang menjuntai ke bawah. Kaos kebesaran yang menenggelamkan tubuhnya. Entah memakai celana atau tidak, Fero tak dapat melihatnya. Alas kaki berupa sendal capit berwarna pink dengan bulu berbentuk bulat di tengah-tengah sendal itu.

Penampilan seperti itu malah membuat Fero tertarik dan terus saja memerhatikan setiap gerak-gerik gadis itu.

Gadis itu meminta kembali segelas minuman kepada bartender. Fero bisa melihatnya, karna gadis itu mengangkat gelasnya. Fero memerhatikan dengan detail setiap gerakan yang dihasilkan tubuh gadis itu. Sampai gadis itu berkedip saja Fero tau.

"Woy! Kalem dong Fer ngeliatinnya." Ephen melambaikan tangannya di depan wajah Fero.

Fero menatapnya tajam dan kembali memusatkan perhatiannya kepada gadis itu.

Ephen berdecak. "Gue dateng aja lo cuekin, sahabat terlaknat emang lo."

Fero kembali menatap Ephen tajam sambil berdesis kesal. Ia mengangkat seluruh tubuhnya, raganya membawanya menghampiri gadis itu. Fero menatap gadis itu sejenak. Lalu ia duduk di sampingnya.

"Boleh gabung?"

"Terserah lo. Lagipula club ini bukan milik gue."

Fero terkekeh pelan dan meminta kepada bartender untuk memberikan segelas wine kepadanya.

Fero menoleh kala mendengar tawa kecil gadis aneh di sampingnya.

"Hahaha! Kok nasib gue gini amat ya?! Punya sodara kok goblok banget ya?! Kenapa ya? Jawab dong cowok bule?!"

Gadis itu menarik-narik jaket Fero. Ekspresi gadis itu berubah-ubah kadang menangis kadang tertawa kadang juga kesal. Sepertinya gadis disampingnya ini sudah mabuk. Tetap saja Fero terpesona dengan kecantikan gadis itu. Wajah polos-polos gimana gitu.

"Nama lo?" tanya Fero sambil memegang wajah gadis itu agar menatapnya.

"Gue gak tau hiks ... " ucap Mayra sambil menangis histeris.

"Udah mabuk ni cewek," Fero memegangi kembali wajah menawan gadis itu.

Gadis itu memandangi dirinya dengan polos. Fero hampir saja ingin mencium gadis itu jika saja gadis itu tidak menjerit-jerit histeris.

Fero meringis mendengarnya. Suara gadis ini begitu melengking dan sangat memekakkan telinga. Fero beralih memegang pundak gadis itu sambil mencengkramnya sedikit erat.

"Dimana rumah lo?"

Gadis itu terkekeh pelan. "Gue gak punya rumah, hahaha!"

Fero menggelengkan kepalanya. Sudah benar-benar mabuk cewek ini. Pikirnya.

Fero menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia bingung harus berbuat apa. Fero belum pernah berada dalam posisinya sekarang. Menghadapi perempuan yang sedang mabuk. Biasanya juga kalau ada perempuan mabuk di sekitarnya, perempuan itu malah menggodanya. Maka dari itu Fero tak pernah mendekati perempuan yang sedang mabuk. Tapi ini beda, perempuan ini malah terlihat seperti orang yang baru saja meminum alkohol. Sepertinya perempuan ini tak begitu berbahaya baginya. Ia harus menolongnya. Dari penampilannya juga terlihat seperti gadis baik-baik yang nyasar di tempat biadab ini.

"SIALAN! ANJING LO ANJING BANGET!! TAI SIALAN LO!!"

Tapi, mana mungkin anak baik-baik berbicara sekasar ini? Kan namanya juga orang mabuk, pasti ngomongnya ngawur.

"Gue anterin lo pulang." Fero merangkulkan tangannya pada pinggang gadis yang tak diketahui namanya ini.

Gadis itu yang tak lain ialah Mayra tak menolak sama sekali, malahan ia merasa sangat nyaman. Pria yang Mayra tak ketahui namanya memapahnya keluar dari tempat sialan itu.

"Bawain motor gue. Jangan sampe lecet."

"Gue kan lagi seneng-seneng Fero,"

"Nanti kalau lo udah seneng-senengnya bawain motor gue."

"Iya iya. Lagian kenapa sih lo? Kalau mau balik bawa motor lo sekalian, baru juga masuk udah keluar lagi."

"Ada urusan-"

"Cepetan gue udah gak tahan." ucap gadis yang saat ini duduk di kursi penumpang tepat di sampingnya.

Saat ini mereka berdua sudah berada di mobil gadis mabuk itu—Mayra. Fero mengetahui nama gadis itu dari ponsel yang tergeletak di dashboard mobil ini. Untung saja Fero berhasil membawa Mayra sampai ke mobil.

Kejadian tanpa diduga terjadi saat Fero akan membawa Mayra keluar, entah kekuatan darimana Mayra menarik Fero menuju dance floor dan mengajaknya menari. Fero berulang kali menarik Mayra, tapi berujung dengan Mayra yang menarik balik Fero agar menari bersamanya. Sungguh Fero sangat tersiksa dengan itu semua. Fero tidak munafik kalau dirinya tak tergoda sama sekali dengan Mayra. Apalagi Mayra malah semakin menariknya membuat tubuh keduanya sangat menempel.

Fero tak bisa menahan dirinya lagi. Ia mencium Mayra dengan lembut. Awalnya hanya lumatan kecil, tapi semakin lama semakin dirinya tertantang untuk menguasai gadis itu. Respon baik dari Mayra membuat dirinya tak bisa mengontrol dirinya. Ia melumat bibir tipis itu dengan intens. Rasanya sungguh manis ... Fero ingat itu semua dengan benar. Ia memejamkan matanya. Sangat menikmati aksinya itu.

Aksinya terhenti saat dirinya merasakan sesuatu yang basah menyentuh pipinya. Ia melepaskan ciumannya dan menatap Mayra. Gadis itu menatapnya sambil berlinang air mata. Tak lama dari itu Mayra berhambur ke dalam pelukannya. Fero membiarkan Mayra memeluknya. Hatinya terenyuh merasakan kerapuhan yang dialami Mayra. Tak lama ia juga membalas pelukan Mayra. Mayra menangis sesenggukan hingga membasahi kaos yang dipakai Fero. Fero membiarkannya saja karna ia tau kalau Mayra butuh sandaran untuk saat ini.

Setelah puas dengan menangis di dada Fero, Mayra melepaskan pelukannya dan kembali meracau tidak jelas. Fero yang melihatnya segera menyeret Mayra keluar dari club dengan paksa. Ia tak ingin Mayra kembali berbuat nekad dan membuatnya lepas kendali.

Satpam yang berjaga di parkiran sempat menanyainya kenapa Mayra bisa bersama dengan Fero. Tentu saja Fero bingung ingin menjawab apa dan kenapa Pak satpam harus bertanya. Pak satpam yang mengerti dengan kebingungan Fero menjelaskan bahwa ia mengenal Mayra, dulu ia bekerja sebagai satpam di rumah Mayra. Fero mengerti betul dengan semua itu. Kemudian ia menanyakan biasanya Mayra mengendarai apa untuk sampai ke sini, Pak satpam tiba-tiba memberikan kunci mobil. Fero yang mengerti segera mengucapkan terima kasih dan menyeret Mayra menuju mobil berwarna hitam. Dan kini Fero dan Mayra sudah berada dalam mobil yang sama.

"Suara siapa tuh? Maen gak tahan-tahan aja? Curiga gue sama lo-"

Fero segera mematikan sambungan telepon itu, sebab ia tau kalau nanti Tino akan ngoceh yang tidak-tidak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!