"siapa tadi itu?" tanya Alex saat melaju kan motornya. Suaranya menggema di antara seru motonya yang halus.
Di belakangnya, Viona memeluk erat di jok belakang, Kedua tangan Viona melingkar di perut Alex. "tidak penting." sahutnya malas menjelaskan.
"kok gitu, sayang?" Alex cemberut, tak puas dengan jawaban Viona.
"suami baru mama. puas!" serunya masih menyimpan kesal.
"Ternyata mama kamu pinter juga cari pasangan. Ganteng dan masih muda. Sepertinya tajir." tambah Alex.
"mana aku tahu. Kayaknya dia pengangguran. Mama hanya mencari suami yang bisa memuaskan hasratnya saja." sahut Viona dengan nada suara ketus. Di benak Viona Masih jelas teringat Bagaimana desahan sang mama dan suami barunya yang bersahut-sahutan berdenging di telinga Viona. Dan itulah yang menjadi alasan hingga saat ini, Viona sangat kesal dan marah sama mamanya dan merasa jijik melihat ayah barunya.
"Sepertinya kamu tidak menyukai papa baru kamu? kenapa?" dahi Alex mengenyit heran dan tak mengerti.
"Sudahlah, nggak usah bahas dia lagi. Lagi malas, nggak mood aku." sahut Viona.
Alex hanya menghendikkan bahu di saat kekasihnya, sepertinya enggan untuk bicara lagi.
Di sekolah, Viona Melangkah dengan perasaan masih penuh kekesalan, bayang-bayang suara sang mama dan suami barunya yang tengah bercinta selalu terngiang-ngiang di telinganya. membuat Viona terlihat murung dan tak bersemangat.
"Hai Vio, sapa Sisil begitu melihat Viona sedang duduk melamun di kursi belajarnya.
Viona menoleh dengan perasaan malas.
"kok gitu sih?" tanya Sisil sembari duduk di atas meja tepat di depan Viona.
"lagi malas gue." sahut Viona.
"tumben pakaiannya sopan? Kok nggak dibuka bagian depannya? lengannya juga?" kata Sisil heran melihat perubahan sikap Viona. Gadis itu satu geng dengan Viona, sama-sama urak-urakan dan menampilkan bentuk tubuh masing-masing dengan pakaian seragam yang pendek, ketat dan seksi.
"ini semua ulah dari suami baru Mama. Baru kemarin menjadi keluarga gue, sudah sok-sok atur kehidupan gue." sahut Viona sembari kembali membuka satu kancing bajunya bagian atas.
Sisil mengernyit, "nyokap lo nikah lagi? tanyanya.
"iya," sahut Vio singkat.
"Wah keren, dong. Punya bokap tiri, cakep nggak? Masih muda dan ganteng atau tajir barangkali?" Sisil tampak bersemangat ingin tahu. Dalam benak gadis itu, sosok seorang janda pasti akan memilih suami baru seperti apa yang menjadi gambaran di otaknya, muda tampan, dan kaya raya.
"Berisik tahu! Sela Vio tidak suka.
"Yah, kok gitu sih. Kenalin gue dong sama papa barunya! Sisil semakin menggoda Viona sehingga membuat viona jadi semakin kesal.
"Viona, teman-teman geng kita mau mengadakan camping akhir pekan. Lu mau ikut nggak?" tanya Sisil.
Viona menoleh, sudah menjadi rutinitas akhir bulan di akhir pekan, teman-temannya mengadakan camping di luar acara sekolah. Tentu saja Viona selalu mengikuti acara tersebut karena Viona juga merupakan bagian dari mereka. "kapan?" tanyanya.
"Vio, Lu sudah lupa ya? akhir pekan kan besok? masa masih nanya?" Sisil ikutan kesal.
"ya bukan begitu maksud gue? Dimana kita mau camping, di mana?" ralat Viona.
"Kok masih nanya, sih? lu Kan pacarnya Alex. Seharusnya lu tahu ke mana kita akan pergi?
"ya, Alex nggak bilang." sahut Viona.
"Mungkin Nanti sepulang sekolah Alex akan bilang pada lo, kita akan berkumpul di basecamp tempat biasa." ucap Sisil. Viona hanya mengangguk, tentu ia akan merasa senang pergi bersama teman-temannya di sela-sela kekesalannya saat berada di rumah.
Di kantor, usai rapat, Rossa merasa pusing. Kepalanya terasa berdenyut, wajahnya pucat dan bagian kulit bibirnya terlihat pucat dan pecah.
Steven menyadari sekretarisnya yang terlihat memucat, "sayang, kamu sakit?" tanya Steven, Bos sekaligus suami dari Rossa.
"aku merasa pusing, sahut Rossa.
"kita ke rumah sakit, ya?" ucap Steven, pria itu merasa cemas melihat perubahan raut wajah pada istrinya, yang tadi pagi terlihat baik-baik saja .
"tidak." tolak Rossa. Sesegera mungkin Rossa membuka tasnya, kemudian mengambil obat dari sebuah botol. "aku akan minum obat, Setelah ini aku akan baik-baik saja." Sahutnya seolah menyembunyikan sesuatu. Namun belum sempat Rosa menelan obat di tangannya, tiba-tiba tubuhnya ambruk dan pingsan.
Secepat mungkin Steven meraih tubuh Rossa yang sudah tak sadarkan diri.
"Rosa!" Steven tampak panik, dia tidak mengerti kenapa istrinya tiba-tiba pingsan.
Tak menunggu waktu lama, Steven segera menggendong tubuh kecil Rossa dan membawa wanita paruh baya itu ke keluar kantor untuk menuju ke rumah sakit.
Satu jam kemudian, Steven yang sedang menunggu Rossa di rumah sakit tampak merasa cemas. Pintu IGD terbuka, Ia pun segera berlari untuk bertanya bagaimana kondisi sang istri. "dokter, Bagaimana keadaan istri saya?" tanyanya.
"Bapak Steven, kondisi Ibu Rossa saat ini saat sedang kritis. Leukimia yang sedang dideritanya saat ini sudah mencapai di stadium akhir. Sepertinya usia Ibu Rossa tidak akan bisa bertahan lama." terang dokter.
"apa leukimia? Rossa menderita leukimia Stadium Akhir?" bola mata Steven terbelalak, terkejut menyadari bahwa kekasih yang baru dua hari ia nikahi ternyata menderita penyakit ganas. 6 bulan mereka berhubungan, akan tetapi sedikitpun Steven tidak tahu hal sebesar itu. Steven menyugar rambutnya frustasi.
"Bapak Steven, Tenanglah! Ibu Rossa bisa menjalani kemoterapi untuk memperlambat penyebaran penyakitnya atau setidaknya bisa memperpanjang umur beliau." kata dokter. Meskipun saya tahu bahwa umur manusia Tuhanlah yang menentukan, akan tetapi kita sebagai tim dokter hanya bisa berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk pasien." sahut dokter dengan suara berat penuh penyesalan jika memang tim medis tidak bisa berbuat lebih banyak lagi untuk Rosa.
"Baiklah dokter, Terima kasih. Saya akan masuk dulu untuk menemui istri saya." ucapnya.
D dalam ruangan, Steven berdiri terpaku di depan pintu, menatap sang istri dari kejauhan. Tubuh Rosa yang terlihat lemas dan kulit yang memucat. Steven Melangkah dengan pelan mendekati sang istri. "Rossa, Kenapa kau menyembunyikan hal sebesar ini dariku?" tanya Steven sedikit merasa kecewa atas ketidak kejujuran Rossa.
Rosa mengulas senyum pahit. "Maafkan Aku Steven aku merahasiakan semua ini darimu karena aku tidak ingin kamu cemas dan khawatir kepadaku." ucapnya dengan suara Getir. "inilah alasanku kenapa aku mendesakmu untuk menikahiku, karena aku tidak memiliki siapapun lagi selain dirimu. Aku menggantungkan masa depan putriku kepadamu karena aku yakin kamu bisa menjaga Viona setelah kepergianku nanti. Aku hanya percaya kepadamu." ucap Rossa dengan mata yang berkaca-kaca. Tubuhnya bergetar membayangkan suatu saat nanti ia akan pergi untuk selamanya, meninggalkan Viona kepada suami barunya. Mungkin dalam benak Rossa hanya steven lah yang ia percaya untuk menjaga putrinya kelak jik ia sudah meninggal dunia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments