Peringatan Tujuh Hari

Sekitar pukul sepuluh pagi Olivia keluar dari kamarnya, sudah mandi tapi mengenakan pakaian rumah.

Terpaksa hari ini ia tidak masuk kantor lagi karena sakit. Jam 5 subuh Olivia terbangun dan muntah-muntah sampai asam lambungnya ikut keluar.

Sampai di ujung tangga dilihatnya mama sedang ngobrol di telepon sambil mondar-mandir, dari nada suaranya terdengar sedang kesal tapi entah siapa yang jadi lawan bicaranya Olivia tidak bertanya bahkan saat mereka berpapasan di lantai dasar.

Olivia langsung ke dapur untuk sarapan yang terlambat. Nafsu makannya belum normal tapi perutnya harus diisi atau sakitnya tambah parah.

“Kok nggak kerja lagi, Liv ? Lagi sakit atau cuti ?” tanya mama sambil menarik kursi lalu duduk persis berseberangan dengan Olivia.

“Kayaknya masuk angin, Ma. Tadi pagi sempat pusing dan muntah tapi sekarang sudah enakkan. Mama kenapa ?”

Mama Ina menarik nafas panjang dan meneguk air putih yang baru dibawakan bik Jum.

“Tom benar-benar kelewatan !” oceh mama.

“Kenapa lagi ?”

“Dia tidak kasih tahu mama kalau acara doa tujuh hari kakakmu nanti malam dibatalkan dengan alasan sudah serah terima dengan pembeli rumah.”

“Maksud Mama rumah mbak Rosa dijual ?” tanya Olivia dengan mata membola.

“Hhhhmmm.” Mama mengangguk dengan lesu “Tom sudah kasih tahu mama tapi nggak bilang langsung serah terima sehari sesudah transaksi.”

Wajah Olivia kelihatan kesal. “Rumah itu yang beli mbak Rosa dan setahuku surat rumahnya juga atas nama mbak Rosa.”

“Mereka nggak punya perjanjian pisah harta jadi Tom berhak menjadi ahli warisnya.”

Mama Ina kembali menarik nafas dalam-dalam dan menghelanya perlahan-lahan.

“Lalu dia kemanakan barang-barang milik mbak Rosa ? Jangan bilang dia menjual rumah itu beserta seluruh isinya.”

“Mama belum tanya soal itu dan sekarang Tom tinggal di apartemen tapi Gaby dititipkan ke orangtuanya karena dia tidak bisa cuti lama-lama untuk mengurus Gaby.”

Sekarang Olivia yang menarik nafas lalu meneguk susu hangatnya dengan niat ingin meredakan emosi.

“Mobil Rosa juga sudah dijual,” ujar mama.

“Mama serius ?” Mata Olivia kembali membola saking kagetnya dan melengos kesal saat kepala mama mengangguk

“Benar-benar kelewatan !” geram Olivia sampai memukul meja.

“Aku tahu kalau semua kepunyaan mbak Rosa adalah miliknya juga tapi minimal dia memberitahu mama dan papa sebelum menjualnya pada orang lain atau dia bisa menawarkan kita untuk jadi pembelinya, mungkin untuk kenang-kenangan.”

“Papa bilang biarkan saja dan tidak usah dipermasalahkan, toh semua itu hanya benda mati. Kenangan tentang Rosa tidak akan pernah hilang di hati dan ingatan kita.”

“Apa papa dan mama nggak curiga sama Tom ?” tanya Olivia dengan mata menyipit.

“Curiga untuk apa ?”

“Waktu di rumah duka, Tom terlihat biasa-biasa saja, seolah mbak Rosa bukan siapa-siapanya. Awalnya aku pikir dia berusaha tegar demi Gaby tapi kalau seperti ini kelanjutannya, bukan tidak mungkin Tom memang mengharapkan mbak Rosa meninggal.”

“Jangan menuduh orang sembarangan, Livi ! Kita tidak tahu apa yang Tom rasakan sekarang. Sejak awal kita sama-sama tahu sifatnya yang pendiam dan tertutup dan Rosa juga tidak banyak bercerita soal suaminya.”

Olivia tidak langsung merespons karena ia baru saja teringat soal pertemuan terakhir dengan Rosa, sekitar 5 hari sebelum kakaknya meninggal.

Sebelum berpisah, Rosa kembali menegaskan supaya Olivia merahasiakan obrolan mereka dari papa dan mama tapi sekarang Olivia tidak yakin harus menuruti permintaan Rosa.

“Kamu kenapa lagi, Livi ? Masih pusing ? Mau mama temani ke dokter ?”

Tidak ingin gegabah dan merasa bukan waktu yang tepat untuk bercerita pada mama, Olivia pun menunda niatnya dan menggelengkan kepala.

“Nggak usah, Ma. Aku hanya perlu banyak istirahat dan tidur.”

Handphone mama berdering, Olivia sempat melirik tulisan di layarnya : Yuli, Mama Thomas.

“Sepertinya doa tujuh hari kakakmu akan mama adakan di sini saja nanti malam.”

“Boleh. Kalau mama butuh bantuanku bilang aja.”

Mama mengangguk dan menekan logo centang biru untuk menerima panggilan dari maminya Thomas.

***

Tamu yang hadir malam ini didominasi oleh teman-teman papa dan mama dari lingkungan di sekitar rumah.

Mengingat acara ini benar-benar mendadak, keluarga bersyukur masih cukup banyak yang menyempatkan diri untuk datang, jumlahnya sekitar 30 orang termasuk keluarga Thomas dan Rosa.

Gaby terlihat lebih baik malam ini bahkan bocah itu sudah bisa tertawa dan bercanda dengan Olivia. Mungkin karena terbawa suasana yang cukup ramai atau kedua orangtua Thomas berhasil membuat Gaby pelan-pelan menerima kepergian maminya.

“Tom nggak datang, Ma ?” bisik Olivia saat acara hampir dimulai.

“Tante Yuli bilang Tom mendadak harus ke Bandung sama bossnya.”

“Tapi acara malam ini untuk mendoakan istrinya bukan pesta hura-hura !” omel Olivia dengan suara ditahan.

“Mama juga belum tanya detilnya, Livi tapi tante Yuli bilang Tom sudah bicara dengan om Hendri. Bisakah kita bahas setelah acara selesai ? Tahan emosimu dulu, setidaknya untuk menghormati kakakmu.”

Olivia sempat menggerutu namun kepalanya mengangguk, membiarkan mama duluan bergabung dengan tamu-tamu yang sudah siap melaksanakan doa bersama.

“Auntie duduk di sebelah Gaby, ya ?”

Bibir Olivia langsung tersenyum melihat Gaby bukan hanya berdiri di dekatnya tapi jemari mungil itu sudah menggandengnya.

“Boleh dong.”

Keduanya menyusul dan duduk di bangku kosong yang sudah disiapkan untuk keluarga. Olivia sempat menghela nafas saat melihat satu bangku kosong yang disiapkan untuk Thomas.

Hanya cukup membayangkan sosok Thomas dan menyebut namanya di dalam hati, emosi Olivia langsung ingin meledak.

Batas toleransi Olivia sudah mentok, tidak bisa ditambah apalagi dikurangi karena menurutnya kelakuan Thomas sudah sangat kelewatan.

Tidak peduli dia manusia paling introvert di dunia, sungguh tidak pantas seorang suami malah memilih pergi tugas keluar kota di malam peringatan kematian istrinya.

Niat Olivia yang ingin tetap fokus selama acara doa langsung buyar, pikirannya malah dipenuhi sejumlah rencana menghadapi Thomas termasuk mengajaknya bertemu. Manusia seperti itu harus diberi pelajaran karena sudah melewati batas kewajaran.

Gaby yang sejak tadi memperhatikan tingkah auntie-nya mengerutkan dahi, tangannya menarik-narik lengan baju Olivia dan memintanya untuk mendekat.

“Auntie kenapa ?” bisik Gaby persis di telinga Olivia.

“Nggak apa-apa,” sahut Olivia dengan suara berbisik pula dan menutupi mulutnya.

“Lagi mikirin pacar ya ?” ledek Gaby sambil cekikikan.

‘Hush !” Olivia meletakkan telunjuk di bibirnya sendiri lalu dengan gerakan isyarat mengajak Gaby kembali fokus pada acara yang sebentar lagi akan selesai.

Gaby mengangguk-anggukkan kepala sambil senyum-senyum. Sesekali ia melirik Olivia yang kelihatan serius tapi Gaby tahu auntie-nya tetap saja tidak fokus.

Malamnya setelah para tamu pulang, Gaby merengek supaya diperbolehkan menginap di rumah keluarga maminya tapi tidak mungkin karena belum waktunya libur.

Jarak sekolah Gaby dari rumah orangtua Rosa cukup jauh.

“Beneran ya, auntie bakalan ngajak aku jalan-jalan kalau liburan nanti.”

“Hhhhmm iya auntie janji.”

“Sama pacar auntie ?” tanya Gaby dengan mata menyipit.

Spontan kedua orangtua Olivia dan Thomas yang berdiri di dekat situ langsung menghentikan obrolan mereka dan menatap Olivia dengan wajah bingung.

“Kamu kok nggak bilang-bilang kalau udah punya pacar, Livi ?” Mama mendekati Olivia dan menatapinya penuh selidik.

Gaby cekikikan saat Olivia melotot kepadanya sambil bertolak pinggang.

Terpopuler

Comments

vj'z tri

vj'z tri

what are you kidding me ??? ngajak ribut ini si tom tom 😤😤😤😤😤😤😤

2025-05-13

2

lihat semua
Episodes
1 Kepergian Rosa
2 Peringatan Tujuh Hari
3 Pertemuan Terakhir
4 Akhirnya Bertemu
5 Kegigihan Olivia
6 Pria Idaman
7 Menepati Janji
8 Inikah Alasanmu ?
9 Dokumen Rahasia
10 Wali Gaby
11 Bertemu di Mal
12 Ide Gila
13 Kesepakatan
14 Peringatan 40 hari
15 Insiden di Mal
16 Pertemuan Rahasia
17 Jackpot
18 Masuk Rumah Sakit
19 Negeri Dongeng
20 Pulau Dewata
21 Menghilang
22 Pria-pria Penjaga
23 Pria Kurang Ajar
24 Pria Labil
25 Rumah Baru
26 Pukulan untuk Olivia
27 Bala Bantuan
28 Temuan Baru
29 Teka Teki
30 Pria yang Berubah-ubah
31 Temuan Samuel
32 6 Hari Sebelumnya
33 Wasiat Rosa
34 Kemarahan Thomas
35 Penyesalan
36 Penasehat Terbaik
37 Cerita Gaby
38 Golongan Darah
39 Pernyataan Cinta
40 Pengakuan
41 6 Tahun Lalu (Flashback)
42 Masih 6 Tahun yang Lalu
43 Cinta Berlanjut
44 Penjelasan Dokter Wanda
45 Kesedihan Olivia
46 Masih Tentang Brian
47 Gaby yang Berubah
48 Keresahan Olivia
49 Kebenaran
50 Saat Oma Pergi
51 Celoteh Gaby
52 Hendri vs Yuli
53 Rahasia Besar
54 Tamu Tak Terduga
55 Dimana File Aslinya ?
56 Luka di Hati Yuli
57 Malam Pertama yang Kedua
58 Minta Tambah
59 6 Hari Sebelum Rosa Pergi
60 Berita Baik dan Buruk
61 Semuanya Baik
62 Pembicaraan Keluarga
63 Keputusan Mutlak
64 Penyesalan Mama
65 Pernikahan Samuel
66 Mantel yang Hilang
67 Pesan dari Brian
68 Bertemu Brian
69 Keputusan Hendri
70 Perpisahan
71 Mengantar Gaby
72 Berita di Medsos
73 Kegilaan Hendri
74 Konferensi Pers
75 Tujuh Bulanan
76 Tamu Tak Diundang
77 Kecemasan Olivia
78 Nasehat Kakak Ipar
79 Hati yang Terluka
Episodes

Updated 79 Episodes

1
Kepergian Rosa
2
Peringatan Tujuh Hari
3
Pertemuan Terakhir
4
Akhirnya Bertemu
5
Kegigihan Olivia
6
Pria Idaman
7
Menepati Janji
8
Inikah Alasanmu ?
9
Dokumen Rahasia
10
Wali Gaby
11
Bertemu di Mal
12
Ide Gila
13
Kesepakatan
14
Peringatan 40 hari
15
Insiden di Mal
16
Pertemuan Rahasia
17
Jackpot
18
Masuk Rumah Sakit
19
Negeri Dongeng
20
Pulau Dewata
21
Menghilang
22
Pria-pria Penjaga
23
Pria Kurang Ajar
24
Pria Labil
25
Rumah Baru
26
Pukulan untuk Olivia
27
Bala Bantuan
28
Temuan Baru
29
Teka Teki
30
Pria yang Berubah-ubah
31
Temuan Samuel
32
6 Hari Sebelumnya
33
Wasiat Rosa
34
Kemarahan Thomas
35
Penyesalan
36
Penasehat Terbaik
37
Cerita Gaby
38
Golongan Darah
39
Pernyataan Cinta
40
Pengakuan
41
6 Tahun Lalu (Flashback)
42
Masih 6 Tahun yang Lalu
43
Cinta Berlanjut
44
Penjelasan Dokter Wanda
45
Kesedihan Olivia
46
Masih Tentang Brian
47
Gaby yang Berubah
48
Keresahan Olivia
49
Kebenaran
50
Saat Oma Pergi
51
Celoteh Gaby
52
Hendri vs Yuli
53
Rahasia Besar
54
Tamu Tak Terduga
55
Dimana File Aslinya ?
56
Luka di Hati Yuli
57
Malam Pertama yang Kedua
58
Minta Tambah
59
6 Hari Sebelum Rosa Pergi
60
Berita Baik dan Buruk
61
Semuanya Baik
62
Pembicaraan Keluarga
63
Keputusan Mutlak
64
Penyesalan Mama
65
Pernikahan Samuel
66
Mantel yang Hilang
67
Pesan dari Brian
68
Bertemu Brian
69
Keputusan Hendri
70
Perpisahan
71
Mengantar Gaby
72
Berita di Medsos
73
Kegilaan Hendri
74
Konferensi Pers
75
Tujuh Bulanan
76
Tamu Tak Diundang
77
Kecemasan Olivia
78
Nasehat Kakak Ipar
79
Hati yang Terluka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!