Cinta Yang Dijual(Suami Bayaran) By Leo Nuna

Cinta Yang Dijual(Suami Bayaran) By Leo Nuna

Part 01(Awal Sebuah Pelarian)

Happy Reading (⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

⋇⋆✦⋆⋇

"Jadi, apa jadwal hari ini?" tanya seorang wanita cantik yang tengah duduk di kursi kebesarannya.

Tidak jauh darinya, seorang pria berdiri sambil sibuk mengotak-atik sebuah tablet. Setelah beberapa saat, pria itu akhirnya membuka suara.

"Ini adalah daftar agenda untuk hari ini, Nona," ujar pria tersebut dengan nada profesional.

Wanita yang memiliki nama lengkap Claretta Fredelina Beryl, atau kerap disapa Letta itu terlihat menghela napas panjang setelah mendengar serangkaian kegiatan yang telah disusun untuknya. Seolah-olah harinya sudah terasa melelahkan bahkan sebelum dimulai.

Letta ada anak dari pasangan Sebastian Beryl dan Eliana Beryl. Putri tunggal keluarga Beryl itu bekerja di perusahaan keluarganya yaitu Beryl Escapes. Di perusahaan Letta menjabat sebagai CEO, itu sebabnya dia memiliki jadwal yang cukup padat.

"Ah, hampir saja saya lupa," tambah pria itu lagi, kali ini dengan nada lebih berhati-hati. "Tuan meminta Nona untuk melakukan pengecekan langsung di lokasi pembangunan hotel baru di daerah A."

Letta, seketika mengernyit. Dia menatap pria itu, Etan, asistennya, dengan ekspresi tidak percaya.

Bagaimana bisa Papinya mengirimnya ke lokasi pembangunan yang penuh debu dan panas terik? Apakah Papinya itu tidak tahu bahwa tempat seperti itu bukanlah lingkungan yang cocok untuk putrinya yang cantik ini? Letta menghela napas sekali lagi, kali ini dengan perasaan kesal. Tampaknya, dia harus segera memprotes keputusan Papinya.

Tanpa memberikan tanggapan, Letta langsung meraih ponselnya, berniat menelepon sang Papi. Namun, sebelum dia sempat bertindak, ponselnya sudah berdering lebih dulu.

Nama "Kanjeng Ratu" terpampang di layar. Mau tidak mau, Letta pun menghela napas dan mengangkat panggilan dari Maminya.

"Halo, Mi," sapa Letta setelah panggilan tersambung.

Awalnya, ekspresi Letta biasa saja, tetapi setelah mendengar maksud dan tujuan sang Mami, raut wajahnya langsung berubah. Wajahnya menegang, memperlihatkan ekspresi tidak suka.

"Mi, udah Letta bilang, Letta gak mau dijodohin! Biarin Letta sendiri yang cari pasangan, karena kedepannya Letta yang harus menjalaninya. Jadi, berhenti jodohin Letta dan tolong stop nyuruh Etan atur jadwal kencan buta buat Letta!" omel Letta dengan kesal. Dia benar-benar sudah jengah dengan topik pernikahan yang terus-menerus dibahas.

"Tapi sampai kapan kamu mau begini? Sekarang kamu sudah 28 tahun, dan tahun depan sudah 29!" balas Nyonya Eliana Beryl, Maminya Letta, dengan nada tegas.

Yah, bisa dibilang Letta adalah perawan tua—setidaknya menurut standar keluarganya. Meski baru 28 tahun, orang-orang di sekitarnya menganggap usia itu sudah terlalu tua bagi seorang wanita yang belum menikah.

Letta menghela napas panjang, mencoba menahan emosinya. "Mi, kita bahas ini nanti saja kalau Letta sudah pulang. Hari ini, suami Mami itu menyuruh Letta untuk ke daerah A," ucapnya, sengaja mengalihkan pembicaraan.

Dan benar saja, triknya berhasil. Dari seberang telepon, Letta bisa mendengar ibunya mulai mengomeli sang Papi tanpa henti. Senyum kecil terukir di wajah Letta.

"Mi, daripada ngomel ke Letta, mending Mami langsung protes ke orang yang bersangkutan," katanya santai.

Tidak lama kemudian, Nyonya Ana langsung menutup panggilan. Letta terkekeh pelan, membayangkan bagaimana ekspresi Papinya yang pasti sedang kena omelan habis-habisan dari Maminya.

"Tolong siapkan tiket penerbangan ke daerah A," ujar Letta pada asistennya yang sejak tadi masih setia berdiri di sampingnya.

Etan, sang asisten, menatap Letta dengan bingung. Bukankah tadi Nona Mudanya ini menolak mentah-mentah perintah dari Tuan Besar? Lalu kenapa sekarang justru terlihat paling bersemangat?

"Dan satu lagi," lanjut Letta. "Sampaikan pada Tuan Sebastian Beryl bahwa aku akan mengawasi proyek ini hingga proses pembangunan selesai."

Mata Etan langsung membelalak. Astaga, apakah Nona-nya sedang bercanda?! Sampai selesai? Proyek itu baru mencapai 70%, dan butuh setidaknya tiga bulan lagi untuk benar-benar rampung.

Tapi apa boleh buat? Di sini, dia hanyalah seorang bawahan. Mau tak mau, dia harus menjalankan perintah atasannya.

Tanpa membuang waktu, Etan segera beranjak dari ruangan Letta. Sekarang dia punya dua tugas penting yang harus segera diselesaikan.

Sepeninggalan Etan, Letta menghempaskan tubuhnya ke sandaran sofa. Dia yakin, sebentar lagi sang Papi pasti akan meneleponnya begitu mendengar laporan dari Etan.

Sebenarnya, Letta tidak melakukan ini tanpa alasan. Dia hanya ingin menghindari sang Mami untuk sementara waktu. Jika orang-orang berpikir bahwa dia tidak tertekan dengan pertanyaan seputar pernikahan, mereka salah besar.

Jauh di dalam hatinya, Letta juga ingin menikah seperti teman-temannya. Bahkan, beberapa dari mereka sudah memiliki dua anak.

Tanpa sadar, Letta mulai membayangkan bagaimana rasanya jika dia menikah dan memiliki keluarga kecil sendiri. Sebuah senyum kecil terukir di wajahnya saat dia membayangkan kebahagiaan itu.

Namun, lamunan itu buyar ketika ponselnya berdering kembali. Kali ini, sang "Paduka Raja" yang meneleponnya.

"Selamat siang, Tuan Sebastian," sapa Letta dengan suara dibuat-buat.

Sebastian Beryl, pemimpin Beryl Escapes sekaligus ayah Letta dan suami dari Nyonya Ana, langsung mendengus di seberang sana.

"Apa-apaan ini, Princess? Kamu mau bikin Papi mati digantung Mami?" omelnya.

Letta terkekeh pelan. "Memangnya Mami tega membunuh suaminya yang tampan?" tanyanya santai.

Sebastian mendengus pelan, sementara Letta langsung tertawa lepas. Dia tahu betul bahwa semarah apa pun Maminya, Papinya tidak akan mengalami akhir tragis.

Bagaimanapun juga, Maminya itu bucin tingkat dewa pada Papi. Yah, walaupun setelah ini, pasti akan ada sesi sindiran panjang yang harus diterima Papinya. Dan Letta, tentu saja, sangat menikmati melihat ekspresi tertekan Papinya.

"Tapi Papi tidak setuju dengan permintaan kamu," ujar Tuan Sebastian dengan nada serius.

"Kenapa?" tanya Letta polos.

"Kenapa? Kamu masih bertanya? Kamu tahu kan, pembangunan hotel itu baru mencapai 70%, yang berarti masih butuh tiga bulan lagi sampai benar-benar selesai," jelas Tuan Sebastian.

Letta mengangguk pelan, meskipun dia tahu Papinya itu tidak bisa melihatnya. "Yah, Letta tahu," sahutnya santai.

"Dan kamu masih mau menetap di sana sampai semuanya selesai?" tanya Tuan Sebastian lagi, suaranya terdengar semakin tidak percaya.

"Memangnya ada yang salah? Letta cuma mau mengawasi sampai pembangunan hotel benar-benar selesai," jawab Letta.

Dia bisa mendengar helaan napas berat dari seberang telepon. Papinya pasti sedang berusaha keras memahami jalan pikirannya.

"Memang tidak ada yang salah, tapi tiga bulan? Bahkan selama ini kamu paling lama meninggalkan Papi dan Mami hanya seminggu, tidak pernah lebih dari itu."

Sebastian menghela napas, mencoba memahami keputusan putrinya. Letta memang sangat dimanja di keluarganya, mengingat dia adalah putri semata wayang.

Namun, meskipun tumbuh dalam kenyamanan, Letta tetap bisa mengerjakan pekerjaan rumah. Itu semua berkat didikan Nyonya Ana, yang ingin putrinya menjadi wanita sempurna dan menjadi idaman banyak orang.

Sayangnya, harapan itu tidak sepenuhnya terwujud. Hanya karena Letta belum menikah, banyak orang menilainya dengan pandangan negatif.

"Dan justru karena itu Papi harus setuju," ucap Letta, tetap pada pendiriannya.

Sebastian mengerutkan kening. "Lalu bagaimana dengan Mami? Alasan apa yang harus Papi berikan? Apa keputusan ini ada sangkut pautnya dengan Mami?" tanyanya, baru menyadari ada maksud terselubung di balik permintaan putrinya.

"Enggak, ini gak ada hubungannya sama Mami. Letta cuma ingin suasana baru," jelas Letta, berusaha menutupi alasannya yang sebenarnya.

Terdengar helaan napas panjang dari Tuan Sebastian. Ada jeda sejenak sebelum akhirnya dia angkat bicara.

"Baiklah, Papi setuju," ucapnya akhirnya.

Setelah panggilan ditutup, Letta menghela napas lega. Setidaknya, dia berhasil mendapatkan persetujuan dari sang Papi.

Tanpa membuang waktu, dia pun beranjak dari ruangannya. Jika Etan yang mengurus keberangkatan dan tempat tinggalnya selama di sana, maka dia juga perlu mempersiapkan kebutuhannya sendiri.

Dengan langkah mantap, Letta mulai menyusun daftar barang-barang yang akan dibawanya. Perjalanan tiga bulan ke daerah pembangunan tentu bukan hal yang mudah, tapi dia sudah siap menghadapi tantangan ini atau setidaknya, begitulah yang dia yakini.

TBC...

Terpopuler

Comments

Okto Mulya D.

Okto Mulya D.

Letta coba kabur dari perjodohan.

2025-05-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!