AWAL PERJALANAN RANDA

"Eh Da, gimana menurut lo soal ujian tadi? Gue tadi susah banget di bagian terakhir," kata Kobel sambil mengusap keringat di dahinya, dan mengemas alat tulisnya

Randa tersenyum lega, "Iya, lumayan sih, tapi gua rasa kita semua udah ngelakuin yang terbaik. Moga aja hasilnya nanti sesuai harapan lah." seru Randa sambil meletakkan pensilnya dan meregangkan tubuhnya yang kaku setelah duduk berjam-jam

Calung, yang selalu penuh semangat, menghampiri randa dan menepuk bahunya, "Jangan terlalu dipikirin, Bro. Dua hari lagi kan sekolah kita mau liburan studi tur ke museum, kayaknya liburan kali ini bakal jadi yang terbaik sepanjang tahun."

Randa mengangguk sambil tersenyum. "Iyaaa, tapiii, moga aja kita semua naik ke kelas 12. Ujian kali ini benar-benar buat gua puyeng broo, sumpah dah"

Calung, yang terkenal dengan selera humornya, menambahkan, "Tenang Da, Kalo kita gak naik kelas, kan bisa pindah sekolah lagi, gampang kan,, Hahaha,," ucap Calung sambil tertawa

"Ada gila gila nya juga lu,, Hahaha" jawab kobel sambil tertawa

Ketiganya tertawa, merasa sedikit lebih ringan setelah berhari-hari stres menghadapi ujian. Mereka berjalan keluar dari ruang ujian, menikmati kebebasan yang baru saja mereka raih.

Mereka bertiga pun berkumpul di kantin sekolah, membicarakan rencana study tour yang akan diadakan 1 minggu setelah ujian Kenaikan kelas.

Randa, Kobel, dan Calung terus mengobrol tentang rencana studi tur. mereka, melupakan sejenak ketegangan ujian yang baru saja mereka lewati. Ujian terakhir itu sangat menentukan, karena hasilnya akan memastikan apakah mereka bisa naik ke kelas 12 atau tidak. Meski demikian, ketiganya merasa optimis dan siap untuk menghadapi apapun hasilnya nanti.

...*****...

Randa adalah seorang siswa berusia 17 tahun sekaligus siswa pindahan yang baru saja menyelesaikan ujian terakhirnya. Ujian ini sangat penting karena akan menentukan apakah dia bisa naik ke kelas selanjutnya atau tidak. Setelah berminggu-minggu penuh dengan ketegangan dan belajar tanpa henti, akhirnya dia dan teman-temannya, Kobel dan Calung, bisa bernapas lega.

Mereka bertiga telah merencanakan untuk mengikuti studi tur ke museum terkenal di Jakarta, yang akan dilaksanakan 1 minggu setelah ujian Kenaikan kelas. Museum ini adalah yang terbaik di kota, dengan koleksi artefak yang sangat beragam dan berharga.

...*****...

1 minggu kemudian,,

Hari studi tur akhirnya tiba, pagi yang cerah menyambut mereka di depan sekolah. Randa, Kobel, dan Calung sudah berkumpul bersama teman-teman lainnya, siap untuk memulai perjalanan ke Museum Nasional. Perasaan lega setelah menyelesaikan ujian bercampur dengan kegembiraan akan petualangan baru yang menanti.

Randa bersama teman-temannya, serta seluruh kelas, berangkat ke museum. Perasaan gugup karena ujian perlahan-lahan tergantikan oleh rasa antusias dan penasaran akan pengalaman baru yang akan mereka alami di museum yang penuh sejarah itu.

Perjalanan ke museum itu terasa singkat karena diisi dengan canda tawa dan cerita-cerita seru. Sesampainya di sana mereka disambut oleh pemandu museum yang segera mengajak mereka berkeliling, menjelaskan berbagai benda bersejarah yang dipamerkan. Setiap sudut museum menyimpan cerita dari masa lalu, menghidupkan kembali sejarah di hadapan mata mereka. Randa merasa kagum saat melangkah masuk, matanya berbinar melihat berbagai artefak yang dipajang dengan rapi.

Saat mereka melewati berbagai pameran, Kobel mengatakan sesuatu kepada Randa, "Daa! Liat deh, ada benda kuno yang dijaga ketat sama penjaga museum." seru Kobel sambil menunjuk ke arah sebuah area yang dipenuhi pengunjung.

Randa, mengangguk sambil tersenyum. "Hmm, bener juga ya. Gua penasaran sama mereka, sampe bisa ngejaga tu benda kuno sampe seketat itu." jawabnya.

Calung, ikut bergabung. "Ayo, kita ke sono. Siapa tau kita bisa ngefoto tu benda kuno, yee kan, lumayan kan konten buat Instagelam"

Randa berjalan mendekati area tersebut, memperhatikan penjaga yang berdiri dengan sikap waspada di depan sebuah kotak kaca besar. Di dalam kotak kaca itu, tampak sebuah tombak kuno yang berkilauan di bawah cahaya lampu.

"Permisi, Pak," kata Randa sopan kepada penjaga museum. "Bolehkah saya memotret tombak kuno ini?"

Penjaga itu menatap Randa dengan ragu sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Boleh, tapi harap jangan terlalu dekat, atau menyentuh kaca ini. Ini benda yang sangat berharga dan bersejarah."

Randa mengangguk antusias. "Terima kasih, Pak." Dia mengeluarkan ponselnya dan bersiap untuk mengambil gambar.

Namun, sebelum dia sempat memotret, Randa merasakan sesuatu yang aneh. Jantungnya berdebar kencang dan pandangannya mulai kabur. Ada perasaan yang tak bisa dijelaskan seolah-olah ada kekuatan tak terlihat yang menariknya.

"Broo.. Gua kok ngerasa aneh ya..." bisiknya kepada Kobel dan Calung.

Sebelum kedua temannya sempat bereaksi, tubuh Randa melemas dan dia langsung pingsan di depan kotak kaca, menyebabkan keributan di sekitar mereka.

"Randa! Kenapa lu?" teriak Kobel panik.

Penjaga museum dan beberapa pengunjung segera datang membantu, mencoba membangunkan Randa dan memahami apa yang terjadi, sementara guru dan teman-temannya panik mencoba membangunkannya.

"Randa! Randa, kamu baik-baik saja?" Ucap Bu guru Sinta.

Namun, Randa tetap tidak sadarkan diri. Di dalam ketidaksadarannya, Randa merasakan seolah-olah dirinya ditarik ke dalam kegelapan yang dalam dan misterius, seperti ada kekuatan yang memanggilnya dari masa lalu yang jauh.

Dalam suasana yang penuh kekhawatiran, Randa dibawa ke ruang medis museum untuk mendapatkan pertolongan pertama. Tidak ada yang menyadari bahwa pertemuan Randa dengan tombak kuno itu akan membuka babak baru dalam kehidupannya, menghubungkannya dengan masa lalu yang penuh dengan legenda dan kekuatan magis.

...****...

Cerita ini bermula dari Randa, seorang siswa SMA yang biasa-biasa saja, yang menjalani kehidupan normalnya sampai study tour ke museum terkenal di kotanya. Di museum itu, dia tertarik pada sebuah tombak kuno yang dijaga ketat. Ketika mencoba memotret tombak tersebut, Randa tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh dan langsung pingsan. Tidak ada yang menyadari bahwa pingsannya Randa adalah awal dari sebuah peristiwa besar. Tombak itu ternyata memiliki kekuatan magis yang mempengaruhi Randa, membangkitkan sesuatu yang tersembunyi dalam dirinya, yang akan mengubah jalan hidupnya selamanya.

...****...

Beberapa menit kemudian~~

Randa membuka matanya perlahan, merasakan cahaya lampu yang terang menyilaukan pandangannya. Dia merasa pusing dan bingung, tidak yakin di mana dia berada. Setelah beberapa detik, dia menyadari bahwa dia berada di ruangan yang berbeda dari sebelumnya. Di sekelilingnya, peralatan medis dan aroma antiseptik memenuhi ruangan itu.

"Randa, kamu sudah sadar?" suara lembut dan penuh perhatian membuatnya menoleh. Di samping tempat tidur, Bu Sinta, guru yang mendampingi study tour, duduk dengan ekspresi khawatir.

Randa berusaha bangkit, tetapi tubuhnya masih terasa lemah. "Bu Sinta... apa yang terjadi?" tanyanya dengan suara parau.

Bu Sinta menaruh tangannya di bahu Randa dengan lembut, memintanya untuk tetap tenang. "Kamu pingsan di depan pameran tombak kuno. Terus kami langsung membawa kamu ke ruang medis museum untuk memastikan kamu baik-baik saja."

Randa mengangguk pelan, mencoba mengingat kejadian sebelum dia pingsan. "Aku... aku ngerasa ada sesuatu yang aneh saat melihat tombak itu. Seperti ada kekuatan yang menarik saya bu."

Bu Sinta menatapnya dengan prihatin. "Apakah kamu merasa sakit atau pusing sebelumnya?"

Randa menggelengkan kepala. "Tidak, Bu. Hanya saat saya melihat tombak itu, saya merasakan sesuatu yang kuat... dan kemudian semuanya menjadi gelap."

Bu Sinta menghela napas lega. "Syukurlah kamu baik-baik saja sekarang. Ibu sangat khawatir."

Randa tersenyum lemah. "Terima kasih, Bu. Tapi... ada sesuatu yang ingin saya katakan. Saat saya pingsan, saya merasa seperti mendengar suara..."

"Suara?" tanya Bu Sinta dengan alis terangkat.

Randa mengangguk. "Ya, seperti ada yang berbicara kepadaku. Mungkin ini hanya halusinasi saya aja."

Bu Sinta menatap Randa sejenak, kemudian berkata, "Mungkin saja. Tapi, kalo kamu merasa ada sesuatu yang benar-benar salah, kita bisa membicarakannya nanti."

Beberapa menit kemudian, Kobel dan Calung datang ke ruang medis dengan ekspresi cemas di wajah mereka. "Ehh broo! udah sadar luu, syukur deh Kalo gitu" seru Kobel.

"Gue khawatir lu kenapa-napa, Da." tambah Calung.

Randa tersenyum kepada kedua temannya. "Gua baik-baik aja bestie. Cuma pusing dikit aja."

Bu Sinta tersenyum lalu berdiri dan menatap ketiga siswa itu. "Baiklah anak anak, jika Randa sudah merasa lebih baik, kita bisa kembali bergabung dengan rombongan. Tapi ingat, Randa, jangan memaksakan diri. Jika kamu merasa tidak enak, beri tahu kami segera."

Randa mengangguk. "Baik, Bu. Terima kasih."

Mereka semua kemudian keluar dari ruang medis, dan Randa berjalan dengan hati-hati di antara teman-temannya. Pikiran Randa masih dipenuhi dengan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya di depan tombak kuno itu. Dia tahu bahwa ini mungkin baru awal dari sesuatu yang lebih besar dan misterius.

Randa perlahan bangkit dari tempat tidur, merasakan kekuatannya kembali. Bu Sinta memastikan bahwa dia baik-baik saja sebelum mereka melanjutkan tur bersama teman-temannya.

"Randa, jika kamu merasa pusing lagi atau ada yang tidak beres, beri tahu Ibu segera, ya?" kata Bu Sinta dengan penuh perhatian.

"Ya, Bu. Terima kasih," jawab Randa dengan senyum tipis.

Kobel dan Calung menepuk bahunya dengan lembut. "Senang melihatmu kembali, bestie. Jangan pingsan lagi, ya," kata Calung dengan nada bercanda.

Randa tersenyum. "Oke bestie."

Mereka bertiga kembali bergabung dengan rombongan kelas yang sedang mendengarkan penjelasan dari pemandu museum tentang koleksi artefak kuno. Meskipun Randa masih merasa sedikit lelah, dia mencoba untuk tetap fokus dan menikmati tur ini.

Saat mereka berjalan melalui galeri yang menampilkan berbagai benda bersejarah, Randa tak bisa berhenti memikirkan tombak kuno yang menyebabkan dirinya pingsan. Ada sesuatu yang sangat menarik tentang tombak itu, dan dia merasa perlu untuk mengetahui lebih banyak.

Ketika mereka mendekati pameran tombak lagi, Randa merasakan desakan untuk mendekati kotak kaca itu sekali lagi. Dia melangkah dan menatap tombak dengan penuh rasa ingin tahu.

"Daa, lu yakin mau liat tu tombak lagi?" tanya Kobel, menyadari perubahan dalam ekspresi Randa.

"Yakin lah Bel, Gua ngerasa ada sesuatu yang aneh ama tu tombak kuno," jawab Randa sambil mendekati kotak kaca.

Saat dia berdiri di depan tombak, penjaga museum yang sama memperhatikannya dengan cermat. "Kamu kembali lagi, anak muda. Apakah kamu merasa lebih baik sekarang?"

Randa mengangguk. "Ya, Pak. Saya hanya penasaran tentang tombak ini. Bisakah Anda memberitahu saya lebih banyak tentangnya?"

Penjaga itu tersenyum tipis. "Tombak ini disebut Tombak mistis kuno. Ditemukan beberapa tahun yang lalu di sebuah situs arkeologi kuno tepatnya di sebuah ladang di desa yang sudah terbengkalai. Ada banyak legenda yang mengelilingi tombak ini, termasuk kisah-kisah tentang kekuatan magis yang dimilikinya."

Kobel dan Calung mendengarkan dengan penuh perhatian. "Kekuatan magis? Seperti apa?" tanya Kobel dengan antusias.

"Konon, tombak ini hanya bereaksi terhadap mereka yang memiliki potensi magis dalam diri mereka. Itu sebabnya mungkin Adek ini merasakan sesuatu yang aneh tadi," jelas penjaga itu.

Randa merasa ada yang mengalir dalam dirinya. "Jadi, Anda mengatakan bahwa saya mungkin memiliki potensi magis?"

Penjaga itu mengangguk pelan. "Mungkin saja. Namun, potensi itu harus dikembangkan dan dipahami lebih lanjut. Ini bukan sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja."

Randa menatap tombak itu dengan mata berkilauan. "Terima kasih, Pak. Saya akan memikirkan ini lebih lanjut."

Setelah mereka melanjutkan tur museum, Randa merasa bahwa dia memiliki tujuan baru. Dia ingin mencari tahu lebih banyak tentang kekuatan magis yang mungkin ada dalam dirinya dan bagaimana tombak kuno itu terhubung dengan dirinya. Dengan dukungan dari teman-temanny, Randa siap untuk mengeksplorasi petualangan baru yang penuh dengan misteri.

Setelah seharian penuh menjelajahi setiap sudut museum, melihat berbagai artefak bersejarah, dan mendengarkan kisah-kisah menakjubkan dari pemandu, Randa dan rombongan sekolahnya kembali ke bus dengan wajah lelah namun penuh kepuasan, mengingat pengalaman luar biasa hari itu, terutama momen misterius di depan tombak kuno. Mereka duduk di kursi masing-masing, menyimpan kenangan baru dan pengetahuan berharga, siap untuk pulang ke rumah dan berbagi cerita seru dari studi tur yang tak akan mereka lupakan. Bus mulai bergerak perlahan, meninggalkan museum terkenal itu, membawa pulang sekumpulan siswa-siswi yang kini lebih kaya akan pengalaman dan wawasan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!