Bab 3 - Apa Yang Kamu Sembunyikan, Mas?

Mata Kirana terus memperhatikan layar LED monitor di ruang rapat dan mendengarkan penjelasan dari Pak Wawan, manajernya. Namun, pikiran Kirana masih saja teringat akan tanda merah yang ada di lengan Bryan yang diakui suaminya akibat benturan meja.

Sayangnya, penjelasan Bryan terasa janggal diterima olehnya. Tanda itu seperti tanda yang biasa Bryan tinggalkan saat bercinta.

Kirana mencoba menghapus pikiran-pikiran buruk terhadap suaminya. Dia mencoba menghapus pikiran jika Brian selingkuh darinya.

Kirana mendengus dengan kencang, hingga membuat beberapa peserta rapat menoleh kepadanya, termasuk Pak Wawan yang sedang menjelaskan rencana pemasaran ke luar negeri.

"Bagaimana, Kirana? Apa ada yang kurang paham penjelasan saya tadi?" Pak Wawan kini bertanya kepada Kirana, mengira Kirana kurang setuju dengan penjelasannya.

"Oh, tidak, Pak. Semuanya sudah jelas, sudah saya pahami." Dengan cepat Kirana menjawab, sementara matanya melirik ke peserta rapat lainnya yang saat ini masih memperhatikannya, bukan karena dia sedang mempresentasikan pekerjaan.

***

Kirana mengambil ponselnya. Saat masuk waktu istirahat dia mencoba menghubungi Winda, istri dari Andrew. Kirana teringat semalam suaminya itu bertemu dengan Andrew untuk membicarakan soal bisnis. Dia ingin cari tahu, apakah itu benar atau hanya alasan Bryan pergi dari rumah semalam.

"Assalamualaikum mbak Win. Gimana kabar? Apa masih sering migrain?" sapa Kirana berbasa-basi lebih dulu setelah panggilan teleponnya terhubung dengan Winda.

"Waalaikumsalam, alhamdulillah, Na. Jarang kambuh sejak minum obat yang kamu kasih waktu itu," balas Winda. Berapa minggu lalu Winda memang sering mengalami migrain dan Kirana memberikan obat agar dikonsumsi iparnya untuk mengobati penyakit yang sering kambuh dialami Winda.

"Syukurlah kalau begitu, Mbak. Berarti obatnya cocok. Mbak Winda jangan banyak pikiran dan harus cukup istirahat." Kirana menasehati sang ipar. Sebagai sesama ipar Kirana dan Winda memang sangat dekat, apalagi Bryan hanya mempunyai saudara Andrew saja.

"Iya, Na. Anak-anak gimana, Na? Kapan mau pada menginap di sini lagi?" Kedua anak Andrew dan Winda sudah duduk di bangku SMA, sehingga Winda senang jika kedua anak Kirana datang dan menginap di rumahnya.

"Nanti aku tanya anak-anaknya, Mbak," sahut Kirana, "Oh ya, semalam Mas Andrew pergi sama Mas Bryan ya, Mbak? Katanya ada bisnis. Kalau dapat komisi banyak, kita tagih liburan yuk, Mbak!" Kirana mulai menyinggung soal Bryan yang katanya pergi bersama Andrew tadi malam.

"Mas Andrew semalam nggak ke mana-mana kok, Na. Di rumah saja."

Jawaban Winda membuat Kirana terkejut. Semalam jelas sekali dia mendengar suaminya menyebut nama Andrew.

"Oh ya? Mas Bryan nggak ke sana ketemu Mas Andrew?" Kirana kembali bertanya untuk memastikan jika jawaban Winda memang benar, kalau Andrew ada di rumah semalam.

"Kakak iparmu itu dari semalam selepas Isya sudah langsung meringkuk di tempat tidur. Dia kecapean gara-gara dari Ashar sampai mau Maghrib main tenis di lapangan komplek depan." Winda menceritakan apa yang dilakukan oleh suaminya. "Memangnya kenapa, Na? Bryan pergi bilang ketemu Mas Andrew? Wah, hati-hati tuh, Na. Jangan sampai dia ngaku ketemu Mas Andrew malah ketemuan sama wanita lain." Sebenarnya perkataan Winda hanya bercanda, tak ada niatan untuk menuduh Bryan selingkuh. Tapi, kata-kata Winda tentu saja langsung mengena di hati Kirana. Apalagi tanda merah yang ia lihat di lengan suaminya itu sama persis dengan tanda yang biasa ditinggalkan Bryan di tubuhnya saat mereka bercinta.

"Hmmm, mungkin aku salah paham, Mbak. Kayaknya sih, Andrew teman kuliahnya dulu. Aku ingat sebulan lalu Mas Bryan cerita ketemu dengan teman kuliahnya yang namanya Andrew juga." Kirana tidak ingin mengungkap kecurigaannya terhadap Bryan pada Winda, dan memberi alasan yang ia anggap masuk akal.

"Oh, gitu ... eh, ngomong-ngomong soal komisi, kalau emang bisnisnya goal, jangan lupa ajak-ajak Mbak kalau mau pergi liburan, ya!" Winda terkekeh menyinggung rencana Kirana yang ingin pergi berlibur dari hasil komisi yang didapat oleh Bryan nanti.

"Beres, Mbak." Kirana menjawab dengan tertawa kecil. Walau hatinya tak tenang mengetahui suaminya berbohong, tapi dia berusaha untuk tetap tenang menghadapinya. "Sudah dulu ya, Mbak. Aku mau istirahat dulu. Assalamualaikum." Kirana berpamitan ingin mengakhiri percakapan mereka.

"Oke, Na. Waalaikumsalam."

Kirana menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Tanda merah yang ia temui di lengan Bryan saja sudah membuat pikirannya terganggu, ditambah pengakuan Winda kalau Andrew semalam tidak pergi bersama Bryan.

"Ada apa ini sebenarnya? Apa yang kamu sembunyikan, Mas? Kenapa membohongiku?" batin Kirana, mulai mengendus ada yang tidak beres dengan suaminya.

***

Kirana turun dari mobil dan berjalan cepat masuk ke rumahnya.

"Assalamualaikum, Bi. Anak-anak di mana?" Kirana menyapa Bi Sumi yang sedang menyapu teras rumah.

"Waalaikumsalam, Abang Ryan dan Reva sedang di kolam sama Sus Ina, Bu," jawab Bi Sumi.

"Suami saya belum datang, Bi?" Kirana memastikan karena dia tak melihat mobil Bryan di halaman.

"Belum, Bu." Bi Sumi menjawab.

"Oh ..." Kirana melanjutkan langkahnya masuk ke rumah menuju kamarnya di lantai atas. Biasanya kalau pulang dari kantor dia selalu menemui anak-anaknya lebih dulu. Tapi, kali ini dia langsung ke kamar karena ingin mencari sesuatu yang mungkin bisa ia temukan di kamar.

Karina membuka lemari tempat menyimpan pakaian suaminya. Membuka laci di dalam lemari. Namun, dia tak menemukan hal yang aneh.

Karina berpindah ke arah nakas tempat Bryan menaruh barang-barangnya termasuk kaca mata, sabuk dan lainnya. Tak juga ia temukan sesuatu yang mencurigakan.

Kirana memijat pelipisnya. Satu tangan lainnya bertolak pinggang.

"Apa kecurigaanku terlalu berlebihan?" batin Kirana karena tak menemukan bukti yang mengarah Bryan berselingkuh di belakangnya.

"Hahaha, Abang!"

"Sini! Adik kejar Abang bisa, nggak?"

Dari arah balkon terdengar suara Reva dan Ryan bercanda riang. Posisi kolam renang memang berada di bawah balkon kamar.

Kirana melangkah membuka pintu balkon dan menengok ke bawah. Dia melihat Reva berenang memakai pelampung dibantu Sus Ina, sementara Ryan yang mulai piawai berenang berada di depan adiknya dengan jarak sekitar tiga meter dari Reva.

Tawa dan suara kedua anaknya adalah penenang bagi jiwa Kirana. Melihat mereka tawa mereka, tak rela rasanya jika kebahagiaan rumah tangganya harus terganggu akan hadirnya pihak ketiga. Hingga Kirana berharap jika kecurigaannya yang ia rasakan saat ini hanya rasa takut yang berlebihan.

*

*

*

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ

☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ

serapat apapun rahasia perselingkuhan yg disimpan Bryan pasti akan tercium juga,pasti ada bukti yg ditinggalkan yg bisa ditemukan olehmu,Na...
sebagian wanita memilih bertahan demi anak meski kasus perselingkuhan menimpanya,tapi perselingkuhan adalah penyakit klo dibiarkan akan meleberr kemana2.

2025-05-04

1

AlmiraAzniAdzkia🥰🌺

AlmiraAzniAdzkia🥰🌺

ayo selidiki na,,,dasar emang suami kmu itu maruk,,,gk bersyukur udah punya istri sholehah gitu kok masih main serong,,,😡

2025-05-04

1

sryharty

sryharty

main cantik na buat menyelidiki gerak2 suami lucnut kamu,,
selingkuh itu penyakit na

2025-05-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!