Panggilan 'Papa'

Anik membuka kado dari Mama mertuanya. Dia hanya tersenyum miris saat mertuanya memberikan kado yang tak terbesit dalam pikirannya. Sebuah lingerie merah.

Sejenak, tubuh kecil itu membeku dengan tatapan kosong. Entah apa yang mesti dia lakukan dengan benda yang ada ditangannya saat ini.

"Ceklek..." Seketika wanita yang sempat tertegun itu menoleh, mendapati Langit tengah membuka pintu dan masuk ke dalam kamar.

Kehadiran pria yang kini berdiri tepat di depannya membuat Anik segera memasukkan kembali benda yang ada di tangannya itu ke dalam kotak kado.

Jantungnya berdegup kencang dengan tangan yang sudah bergetar saat melihat tatapan dingin Langit. Wajahnya mengisyaratkan sebuah penekanan yang luar biasa.

"Jangan harap aku akan tergoda dengan wanita sepertimu! Meskipun kamu telanjang di depanku itu tidak akan pernah membuatku ingin menyentuhmu!" suara sinis itu terdengar memekakkan telinga.

Terdengar sangat menyakitkan untuk seorang istri, tapi Anik masih bungkam dengan tangan yang terus saja merapikan kembali kado itu.

Seolah tak peduli dengan ocehan pria yang berdiri di depannya, Anik pun beranjak dari duduknya untuk menyimpan kado lingerie itu.

Melihat sikap Anik yang begitu acuh membuat Langit kembali tersulut emosi. Pria itu mengejar langkah Anik yang bermaksud menyimpan kado dari mertuanya ke dalam Lemari.

"Serrttt...blugh!" dengan kasarnya Langit menarik kado itu dan membuangnya ke segala Arah.

Anik pun terkejut. Trauma kekerasan yang pernah dilakukan oleh mantan suaminya membuat Anik spontan menjauh diri dari pria yang kini dikuasai emosi itu.

Bisa terlihat olehnya, wajah tampan itu seketika berubah menakutkan. Sorot mata yang menyala dan penuh amarah membuat Anik merapatkan langkah hingga tersudut di dinding kamar. Sesaat suasana pun mencekam.

"Kamu pikir, kamu akan menggodaku?" ujar Langit dengan terus berjalan mendekati wanita yang terus meremas kedua sisi roknya untuk menahan ketakutan.

"Jangan harap itu Anik Saraswati! Tidak ada gunanya kamu menyimpan barang seperti itu." tegas Langit saat berdiri tepat tepat di hadapan Anik.

Pria itu tidak menyadari jika keringat dingin sudah menetes dari balik rambut yang menjuntai menutupi sebagian wajah cantik itu.

Tidak hanya sakit hati yang menyerang perasaanya tapi ketakutan seperti membuat tubuh mungil itu membeku seketika.

Sorot mata yang terus menghujam tajam ke arahnya dan tubuh tinggi tegap yang seolah berdiri menghimpitnya membuat Anik tak bisa berbuat apapun.

Wanita itu hanya diam dan menunduk, apapun makian itu, Anik memilih diam agar tidak ada lagi perdebatan. Bahkan sekuat tenaga dia mencoba melawan rasa traumanya tanpa di sadari Langit.

Berlahan, dia memalingkan wajah saat hembusan nafas Langit menyapu sebagian kulit wajahnya. Dia tidak berani melihat wajah penuh amarah dan kebencian Langit padanya. Tapi reaksi yang diberikan Anik justru membuat sisi angkuh dan kecewa pria itu semakin terbakar.

Tangan kekar itu mencengkeram rahang kecil Anik. Memaksa wajah yang sudah memucat itu menatapnya, hingga tanpa di sadari pria itu melumat paksa bibir tipis di depannya.

"Ehm..." Anik mendorong tubuh tegap itu dengan sekuat tenaga. Dia tahu yang dilakukan pria di depannya itu sebuah pel***han.

Tapi, entah kenapa setiap melihat wanita yang menjadi istri penggantinya justru membuat Langit ingin melampiaskan semua kemarahan dan rasa kecewanya.

"Ternyata anda sebrengsek itu dokter Langit." suara lirih Anik penuh dengan penekanan. Ada dorongan emosi diantar ketakutan yang melanda jiwanya hingga membuat keberanian itu timbul.

"Apa kamu menginginkan lebih dari ini? Jangan sok polos! Janda sepertimu memang sudah pintar menggoda laki-laki!"

"Tapi ingat! Aku tidak akan pernah tergoda sekalipun kamu tidak mengenakan sehelai benangpun!" Langit terus saja melontarkan kalimat yang cukup menyakitkan itu.

Anik mencoba meronta dan berharap bisa melangkah pergi. Tapi sikap Anik justru membuat Langit mencengkeram kuat kedua lengan wanita yang sudah merasa ketakutan itu.

Langit yang sudah kehilangan akal jernihnya. Pria kalap itu mencoba kembali mencium wanita yang dianggap berniat menggodanya.

Tangan kekar itu mencengkeram lebih kuat lengan kecil Anik dan memaksakan ciuman itu kembali hingga membuat Anik tidak bisa lagi melawan.

Ketakutan, rasa trauma atas kekerasan yang pernah dilakukan mantan suaminya membuat wanita itu mengerahkan semua tenaga meskipun tubuhnya kini bergetar.

"Berhenti! atau aku akan melemparkan ini." teriak Anik saat Langit melepaskan pagutannya.

Anik langsung menggeser tubuhnya, tangannya meraih sebuah guci di atas meja yang berdiri di rak sebelahnya. Tatapannya begitu nyalang dengan tubuh yang terlihat gemetar.

"Ingat, jangan coba-coba kamu menggodaku dengan ini!" ucap Langit kemudian meninggalkan Anik yang masih menegang.

Tangis Anik pecah, seketika tubuhnya yang terasa kehilangan tenaga itu pun luruh. Hatinya terasa sakit dan mentalnya kembali hancur. Lintasan peristiwa yang ingin di lenyapkan dalam ingatannya kembali membayang.

###

Pagi ini, Anik mencoba menyiapkan sikap agar terlihat baik-baik saja. Wanita itu membereskan kamar sebelum keluar dari ruang yang masih baru dia tinggali.

Saat pintu terbuka, wanita itu kembali tersentak kaget ketika melihat Langit yang sudah rapi masuk ke dalam kamar.

"Maaf untuk yang semalam." ucap Langit dengn nada dingin. Pria itu seolah tidak ikhlas mengucapkannya.

Anik hanya menunduk kemudian melewati Langit untuk keluar kamar. Kejadian semalam membuat Anik sulit bersikap biasa saja. Tapi, dia juga tidak ingin orang rumah mengendus pertengkaran mereka semalam.

Aroma masakan menguar jelas di penciumannya. Anik mempercepat langkah menuruni tangga untuk menghampiri dapur.

"Maaf saya terlambat bangun." ucap Anik saat asisten rumah tangga Mayang terlihat repot menyelesaikan masakannya.

"Nggak apa-apa, Mbak Anik. Namanya juga pengantin baru." jawab Bu Ruminah sambil tersenyum menggoda.

"Lagi pula ini sudah tugas saya!" lanjutnya lagi saat Anik masih berdiri canggung.

"Mbak Anik mau teh hangat?" tawarnya lagi membuat wanita muda itu merasa sungkan.

"Nanti saya bikin sendiri, Bu." ucap Anik sambil memperhatikan situasi dapur.

"Mbak Anik...." teriak Ana yang berlari menghampirinya.

"Wah, anak cantik sudah bangun!" ucap Anik kemudian menyambut Anak dengan pelukan dan kemudian menggendong bocah itu.

"Kamu mandiin Ana dulu, Nik!" titah Bu Mayang yang menyusul keberadaan mereka.

"Oh ya, kata Langit Ana akan tinggal bersama kita untuk terusnya, nanti siang kita akan menata kamar untuk Ana." lanjut Bu Mayang.

'Seterusnya?', tapi bagaimana jika Kirey kembali dan meminta Ana? Anik tahu betapa sayangnya Kirey pada gadis kecil itu. Tapi jika itu keputusan Langit dia tidak lagi bisa berbuat apapun.

"Ana, mandi, yuk!" ajak Anik. Tapi gadis itu malah merengut. Ana seperti masih enggan untuk mandi.

"Ana masih ingat, pesan Mama Key? Ana harus menurut ya selama Mama Key bekerja." bujuk Anik sekali lagi hingga sikap bocah itu kembali melumer begitu mengingatkan tentang nasehat dari Mama Kirey.

Anik pun segera menggendong Ana menuju lantai Atas, dimana semua pakaian dan keperluan Ana masih jadi satu dengannya.

"Papa Langit mau kemana?" gumam Ana saat Langit sudah nampak rapi.

Anik tak menyahut, dia hanya merasa heran kenapa Ana memanggil Langit dengan sebutan 'Papa'.

"Halo Ana. Papa akan bekerja ya! Ana ingin dibawain oleh-oleh apa saat Papa pulang nanti?" tanya Langit dengan begitu ramahnya saat mereka bertemu di pertengahan anak tangga.

"Ana ingin coklat." ucap Ana dengan wajah innosance.

Hal seperti itu memang bukan hal asing untuk Ana. Karena saat Langit mendekati Kirey, pria itu sering memberikan hadiah untuk gadis kecil itu.

"Ok. Tapi, Ana mandi dulu, ya! " Pinta Langit dengan menoel pipi gembil Ana.

"Aku meminta Ana untuk memanggilku Papa, dia juga butuh sosok Papa. Oh ya, dan dia akan tinggal selamanya bersamaku." jelas Langit yang hanya dijawab anggukan oleh Anik.

Meskipun ada ribuan pertanyaan di otak Anik. Tapi, wanita itu memilih diam saja, hatinya masih merasa cemas saat berhadapan dengan Langit. Anik pun menundukkan kepala seolah meminta izin untuk naik keatas.

NB

Mungkin banyak scene yang berbeda dari novel Hasrat Cinta Alexander. Tapi, plotnya tidak jauh berbeda dan untuk yang baru bergabung dan ingin tahu latar belakang Langit, Kirey dan Ana silahkan membaca Hasrat Cinta Alexander.

Terpopuler

Comments

mom farhan

mom farhan

di cinta sang pengasuh kan bab nya udah jauh kak,kenapa engga di terusin yg cinta sang pengasuh..cerita nya sama kan

2025-05-02

1

Dwi Puji Lestari

Dwi Puji Lestari

tetep tk baca ulang kak..

2025-05-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!