"Astaga!" bisa-bisanya kau menendang suamimu?!"
Kulihat Rizal duduk di lantai karna ulahku.Aku jadi tak enak tap,tadi itu gerakan refleks untuk melindungi diri
"Tentu saja aku menendangmu,apakah yang kau lakukan?!"tukasku masih engan merasa bersalah malah melototi pria yang kini jalan mendekatiku.
"Dengar,nona Risna! tidak mungkin aku membiarkan mu tidur di mobil sepanjang malam, 'kan? makanya aku mengendongmu kedalam kamar.Apakah kau lupa bahwa aku ini suamimu sekarang?"gerugutku sebal sembari mencekal dagu ku tepat di kedua matanya.
Aku sudah berpikir pria ini langsung memaksa mendapatkan haknya saja lantaran sok menjadi suami.
" Baik.maafkan aku.Tapi jangan lakukan hal ini padaku kita harus bicara dulu." ucapku penub kecemasan.
Untunya Rizal melihat kasihan. Di melepaskanku lalu berjingkat lalu pergi keluar kamar begitu saja.
Yang kulihat pria itu
Baru saja aku bernafas lega,tapi pria penganti calon suamiku itu sudah masuk lagi ke kamar.
"Aku lapar,kamu mau makan apa biar aku pesankan sekalian?" tanyanya.
"Tidak perlu.aku tidak lapar.aku hanya lelah dan butuh beristirahat," jawabku menolak tawaranya.
meskipun perutku dari tadi belum terisi,tapi aku benar-benar tidak nafsu makan.
aku harap dia memahami diriku dan bisa meninggalkanku.
Namun,Rizal menatapku dengan cukup lama." sebaiknya kau ganti bajumu,aku tunggu di depan.Temani aku makan!"ucapnya seolah tidak mau di tolak.
setelahnya,dia pergi.
Aku menghela nafas.
Ya sudalah.
Nangisnya bisa nanti saja.aku memangharus membicarakan banyak hal denganya.
Hanya saja,aku baru menyadari sesuatu saat bangkit dan menemukan pintu kamar mandi di kamar Rizal.
Ini,bukanlah rumah sederhana.
Kamar mandi Rizal luas dan mewah.Apakah ini memang rumahnya?
Bukanlah dia hanya supir truk yang tidak begitu jelas kerjanya?
Sayangnya,aku tidak tau kemana pria ini membawaku.Aku sedang tertidur saat Rizal mengendongku ke kamar ini tadi.
meskipun heran,aku tisak ada niat untuk berlama-lama di kamar mandi.
Jadi,aku segerah membersikan diriku.
Hanya saja,aku tak bisa menemukan tas yang ku bawah dari rumah.
panik,kugunakan bathrobe yang kebetulan mengantung di lemari, lalu menyusul Rizal yang sedang sibuk menyusun menata makanan yang dipesannya.
"Rizal, dimana tasku?" sembari melongo kepala dari pintu kamar.
Jujur,aku tidak berniat keluar kamar dengan pakaian seperti ini.
"Tas?". tanya balik Rizal sambil Mulutnya mencomot sepotong pitzza." apa kau memasukan sesuatu sebelum kita pergi tadi?"
"Iya,aku letakan di bak mobil," Jelasku.
"Ya,sudah besok saja di ambil.Keluarlah,kita makan dulu!" titahnya.
"Klau begitu aku ambil sendiri saja tasku!"
ujarku sedikit kesal karena Rizal sepertinya tidak mau kesusahan mengambil tasku.
"Sudah malam juga,mau ambil apa sih?kau juga sudah pake bathrobe,'kan?!"
Karena lihatku bergeming,pria itu malah dengan santai mengatakan," klau tidak mau pake bathrobe tel*njang saja.lebih asik,Bukankah ini malam pertama kita?"
Hah?
Malam pertama?
Aku mengelengkan kepala cepat.
Lebih baik,aku mengambil barangku meskipun dalam balutan bathrobe ini dibanding harus berada dalam bahaya nanti malam
Toh,mobilnya pasti ada di halaman dan tak jauh dari pintu keluar.
Hanya saja,aku tak menemukaannya....
"Itu pintunya" seolah tau dengan kebingunganku,Rizal menunjukan kearah kanan.
Segerah,aku keluar.
Namun,mataku membelalak saat tau bahwa tempat tinggal Rizal bukanlah di sebuah perumahan.....tapi apartemen?
Entah di lantai berapa,Tapi aku tidak mungkin turun dengan pakaian begini!
"Rizal,kita di apartemen?" tanyaku saat kembali padanya.
"Hu-um," Jawabnya santai.
"Apartemen siapa ini?"
Apartemen kulah !" jawabnya lagi.
"K-kau tinggal disini?"
Alis mata Rizal naik sebelah."Memangnya ada yang aneh?"
"Aku pikir kau hanyalah sopir truk,Bagaimana bisa kau tinggal di apartemen?"
Mendengar ucapanku,Rizal meneguk minuman dan mengusap mulutnya dengan tisu."ini apartemen temanku.dia sudah mati dan aku hanya menempatinya."jawabannya tanpa beban dan bangkit berlalu melewatiku keluar.
Tunggu....tadi,dia blang tempat ini miliknya.
Sekarang,dia blang milik temannya.
Kepalaku seketika pening,"Astaga,aku memang tidak mengenal Rizal'!
Yang ku tahu dia hanyala pemudah yang sering makal di jalan di kampus bersama pria- pria urakan lainnya.Dia juga sering mengodaku dan menerorku dengan pesan-pesan cintanya di tengah malam.
******
Wanita Yang Kasihan
"Ini tasmu?" ucap Rizal menyadarkanku dari lamuan sembari menyodorkan tasku.
Pria itu ternyata mau juga mengambilnya.
"Trima kasih Rizal" tukasku.
Mungkin tadi dia masih makan dan harus menelesaikannya dulu.Akulah yang kurang sabar!
Hanya saja Saat Hendak aku mengambil tas itu dari tanggan Rizal, pria itu malah menahan tangganku.
Bugg!
Tubuhku menubruk di dada bidangnya.
Aku mendongkakan pandanganku
memandangnya yang begitu dekat sekali di wajahku.
Namun,bibir Rizal mendarat begitu saja di bibirku.Dia bahkan melumatnya tanpa membiarkan aku protes.
"Eeehmmm..."
Kucoba untuk mendorong dadanya sekuat tenaga namun aku tetap tidak bisa bergerak.
"Rizal,lepaskan Aku" panikku.
Tanpa sadar,setitik air mata lolos di pipiku.
Anehnya,kulihat tatapan gelap Rizal memudar dan dia mengedurkan depakannya.
"Makanlah dulu,aku sudah peaankan makanan untukmu.klau kau menolak aku akan menciummu lagi seperti tadi!"tukasnya dan mengambil tasku dan membawanya berlalu kekamar yang ku tempati tadi.
Aku hanya berdiri terpaku beberapa saat.
Benar-benar belum bisa memahami pria itu.
mengapa sikapnya terkesan acuh, tetapi ada perhatian di baliknya!
"Jadi kau lebih memilih aku mencium?"
Suara Rizal kembali mengejutkanku.
cepat sekali pria ini keluar lagi dari kamar!
"Oh, Aku - aku akan makan," ujarku gegas ke meja makan dan mengambil sepotong pizza di sana demi menghindari pria itu mencium ku lagi.
Untungnya,Rizal tidak mengusiku lagi.
Jujur,aku sedikit lega.
Seadainya Rizal memang pria yang seperti duggaan ku sebelumnya,tentu dia tidak akan membiarakan semaunya.apalagi akulah yang meminta pernikahan ini.
Meski demikian,aku memilih megunci pintu kamar.
Drtt!
ponselku tiba-tiba bekedip. aku menatap nanar benda pipih itu dan tidak ku pungkiri masih berharap ada pesan masuk dari pria itu.atau setidaknya sebuah penjelasan kenapa dia tidak datang.
Ku usap layar ponsel,namun.aku justru menemukan puluhan chat tak segajah terbaca dari grup temn kampusku.
[Kasian bangat nasip si Risna.berharap jadi cindirela,malah nikahnya sama pria tidak jelas!]
[Itu pelajaran bagi ciwi-ciwi,karna cuma mau ubah nasip tidak tau diri pengen ngebet menikah dengan dosen kaya raya. ditinggal,'kan dia!?]
[kira-kira kemana pak genta? kenapa tidak datang?]
[Keluarganya malulah punya menantu miskin.asal tau aja,aku dengar orang tua pak Genta sempat menentang pernikahan itu]
Dan sederet pesan yang justru menambah rasa sakit berdarah-darah ini seperti disiram partalite lalu di bakar hidup-hidup.
Membuatku tak bisa menahan diri untuk menangis.
Dosa apa yang aku lakukan hingga tuhan menghukumku seperti ini?
"Mas,apa salahku?"isakanku mengingat -ingat apa aku pernah berbuat salah atau menyingung mas Genta,Hingga dia sekejam itu meninggalkanku.
Bahkan,aku masih ingat terakhir kali telphonan dua sebelumnya,pria itu sempat menanyakan apakah aku sudah siap menjadi istrinya?
Tidak ada sesuatu yang menjadi pertanda buruk bahwa pria itu akan membatalkan pernikahan dan lenyap tanpa bisa di hubungi.
Lama menangis mengeluarkan rasa pedih da kecewa dalam dada entah sampai jam berapa.
Yang jelas,aku baru terbagun ketika jam digital di atas nakas samping tempat tidur menunjukan angka 11:35.
"Astaghfirullah!" tukasku segerah berjingat menujuh kamar mandi
aku bahkan tidak mendengar saat Rizal mengetuk pintu kamarku. hingga aku keluar kamar mandi hanya mengunakan handuk yang kulilit di dadaku
Yang kulihat pria itu sudah berdiri di kamar menatapku dengan sedikit rasa lega.Namun karena,keterkejutaan ku aku malah memarahinya.
"Bagaimana kau bisa masuk?bukan kah aku sudah menguncinya?" omelku pada Rizal.
"aku sudah membangunkanmu sejak tadi pagi,tapi kau sama sekali tidak menyaut.aku buka saja pintu pakai kunci cadangan.kupikir kau mencoba bunuh diri di kamar.jadi ribet 'kan urusannya nanti?"
Dengan entengnya,Rizal mengira aku melakukan hal gila itu.
Apa dia pikir aku senaif itu hingga harus bunuh diri?
Klau aku memang punya niat bunuh diri, untuk apa aku harus menunggu dirinya menjadi pengantin penganti calon suamiku dulu?
sudahlah langsung saja saat mendengar mas Genta membatalkan pernikahan.
"Aku bukan wanita bodoh yang melakukan hal itu,Rizal.Jadi keluarlah dari kamar!"
Aku mendorong tubuh pria itu agar keluar dari kamar.
"Dengar dulu,temanku yang aku ceritakan itu,juga bunuh diri di kamar ini karena pacarnya berselingkuh.Bisa jadi dia merasuki dan mendorong untuk bunuh diri juga!" ucap Rizal sembari menahan tubuhnya agar aku tidak berhasil mendorongnya.
"Rizal,please keluar!"tukasku sebal dan tidak akan mampan dengan ucapan konyol itu.Dia kira aku anak kecil yang percaya dengan semua cerita itu?
" Asal kau tau saja,dia gentayangan sampai sekarang
Karna mau balas dendam dengan pacar dan selingkuhannya itu ,Risna" suara pria urakan ini dibuat terkesan horor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments