...Pagi itu, Viola memutuskan untuk keluar dari persembunyian mereka. Rumah kontrakan sempit yang mereka sewa dadakan semalam terasa semakin menyesakkan. Ia bergegas pergi membeli beberapa bahan makanan dan perlengkapan rumah. Namun, saat tengah asyik memilih sayuran di antara tumpukan hijau segar, telinganya menangkap percakapan dua orang pedagang....
"Eh, kalian sudah lihat berita ini belum?" seru seorang wanita paruh baya penjual sayur kepada temannya yang berjualan tak jauh darinya.
"Berita apa?" sahut temannya sambil menoleh, raut wajahnya menunjukkan kebingungan.
"Ini lho, berita pengejaran seorang gadis muda dan ibunya yang lumpuh. Mereka kabur setelah mencuri beberapa barang dari rumah mewah seorang direktur ternama, katanya mereka sudah melaporkan kasus ini kepada polisi dan saat ini gadis itu dan ibunya sedang di buru," jawabnya sambil menyodorkan ponselnya ke arah temannya.
"Masa sih?" Wanita paruh baya itu mendekat, matanya tertuju pada berita yang tengah ramai di layar ponsel.
...Napas Viola tercekat. Ia menelan ludah dengan susah payah dan memutuskan untuk segera pergi dari sana, mengurungkan niatnya membeli sayuran....
Pria tua itu keterlaluan! Berani-beraninya dia melaporkan aku dan Mama kepada polisi. Aku tidak akan pernah mengampunimu, batin Viola, amarah dan kebenciannya terhadap ayahnya kian membuncah.
...Untungnya, Viola mengenakan jaket dan masker yang berhasil menyembunyikan wajahnya. Ia pun berhasil menghindari tatapan curiga orang-orang yang mungkin telah melihat berita tersebut....
...Belanja urung, Viola hanya membeli sebungkus nasi beserta lauknya. Langkahnya cepat kembali menuju rumah kontrakan mereka....
"Mama, aku pulang," sapa Viola seraya melangkah mendekati pintu dan membukanya.
Ceklek.
...Perlahan, Viola mendorong pintu rumah kontrakan dan hendak melangkah masuk. Namun, baru saja kepalanya terangkat, ia membeku di tempat, terkejut bukan main....
...Ternyata, beberapa polisi sudah berada di dalam, menahan ibunya dan tampak menanti kedatangannya....
"Jangan sentuh ibuku!" raung Viola sambil berlari masuk.
"Tahan dia!" sergah seorang polisi memberikan perintah.
...Tanpa menunggu, polisi-polisi itu mengangguk dan langsung meringkus Viola. Mereka membawa Viola dan ibunya pergi dari rumah kontrakan itu, beserta barang-barang bawaan mereka yang dijadikan barang bukti....
🌺
🌺
🌺
...(Di kantor polisi)...
...Viola dan ibunya dipisahkan ke ruang interogasi yang berbeda. Di ruangan yang dingin dan sunyi, interogasi pun dimulai....
"Nona, Anda dan ibu Anda bersalah atas tindak pencurian di kediaman Tuan Hernan," ucap polisi itu, tatapannya menusuk Viola.
Brak!
"Kami tidak mencuri! Itu adalah aset milik ibuku!" pekik Viola, menggebrak meja dengan keras meskipun kedua tangannya terborgol. Amarahnya meluap-luap membalas tatapan polisi itu.
"Tapi tetap saja, Anda dan ibu Anda tetap menjadi tersangka karena mengambilnya tanpa izin," tegas polisi itu, tak gentar dengan amarah Viola.
"Hahahaha... apa Anda sedang bercanda? Itu barang milik ibuku, untuk apa kami meminta izin?" Viola tertawa sinis, menatap remeh pria berparas tampan di hadapannya.
"Cih, sayangnya, apa yang Anda sebut milik ibu Anda itu sudah dialihkan kepemilikannya kepada Tuan Hernan, ayah Anda sendiri, oleh ibu Anda," desis polisi itu, nada suaranya penuh kemenangan.
...Mata Viola membulat sempurna, tubuhnya membeku di tempat. Ia tak mampu memercayai perkataan polisi itu. Menyedari keterkejutannya, polisi tampan itu menyodorkan sebuah dokumen kepemilikan. Dengan tangan gemetar, Viola meraihnya dan membaca setiap detailnya dengan saksama....
"Ti-tidak mungkin... i-ini pasti bohong, kan? Semuanya milik ibuku, bukan milik mereka!" Kedua tangan Viola mengepal kuat, buku-buku jarinya memutih menahan amarah dan keterkejutan yang membuncah.
Swoosh.
...Tanpa meminta izin, polisi itu menarik berkas dari tangan Viola. Sentakan itu membuatnya tersentak dan menatap tajam ke arah polisi tersebut....
"Itulah kenyataannya, dan sekarang Anda dan ibu Anda adalah tahanan, Nona," ucapnya dengan nada mengejek yang dingin.
"Aku mau-"
Ceklek.
...Ucapan Viola terhenti oleh suara pintu yang tiba-tiba terbuka. Seorang polisi berjalan menghampiri polisi yang sedang menginterogasinya, lalu berbisik di telinganya. Polisi yang menginterogasi itu mengangguk paham, lalu melirik ke arah Viola....
"Sepertinya Anda cukup beruntung karena Tuan Hernan ingin menyelesaikan kasus ini secara kekeluargaan," ucapnya sambil mengangkat sudut bibirnya, kemudian bangkit dari duduknya.
"Kekeluargaan? Kalian pasti sedang bercanda," desis Viola, mendengus kesal.
...Kedua polisi itu pun berjalan keluar, meninggalkan Viola seorang diri di ruangan interogasi. Tak lama kemudian, munculah sosok yang paling dibenci Viola: ibu tirinya, Nyonya Amalia....
"Untuk apa kamu kemari?" tanya Viola, tatapannya penuh dengan kebencian yang membara.
"Hah... aku datang untuk membebaskanmu dan ibumu yang tidak tahu diri itu," jawab Amalia sambil tersenyum lebar, seolah menikmati ketidaksukaan Viola.
"Kami tidak butuh belas kasihan kalian," tekan Viola dengan suara dingin.
...Nyonya Amalia dengan santai meletakkan tas mahalnya di atas meja. Ia duduk, melingkarkan kedua lengannya di dada, dan menatap Viola dengan senyum kemenangan yang menyebalkan....
"Namun sayangnya... kalian sangat membutuhkannya, terutama ibumu yang berpenyakitan itu," balas Nyonya Amalia, menusuk tepat ke titik lemah Viola.
"Kau pikir aku akan percaya dengan semua omong kosongmu itu, nenek lampir," desis Viola dengan nada penuh kejijikan.
"Terserah. Yang jelas, ibumu yang lumpuh itu mengidap leukemia, dan dia butuh biaya besar untuk perawatannya," jelas Nyonya Amalia dengan nada sinis yang menusuk.
...Lagi-lagi Viola dibuat terkejut dan membeku di tempat. Pikirannya langsung melayang pada ingatan-ingatan tentang ibunya yang sering demam, tampak kelelahan, kulitnya yang pucat, dan mimisan yang kerap terjadi. Setiap kali Viola bertanya, ibunya hanya tersenyum lembut dan mengatakan bahwa dirinya hanya sedikit kelelahan dan butuh istirahat. Kenyataan pahit ini menghantam Viola bagai petir di siang bolong....
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments