BAB 3

“Elea, kamu ke ruang kepala sekolah sekarang ya.” Ucap susi teman sekelasnya.

“ada apa ya sus?” tanya elea penasaran.

“aku kurang tahu lea, tadi Cuma di titipi pesan seperti itu oleh bu sari.” Jawab susi.

“yaudah terima kasih ya sus.” Jawab elea lalu ia bergegas menuju ke ruang kepala sekolah. Ada hati yang harap- harap cemas dengan panggilan tersebut.

Tok

Tok

Tok

“Permisi...” ucap elea dengan sopan.

“masuk...” jawab pak anton dari dalam ruangannya.

“mohon maaf pak, ada apa ya bapak memanggil saya apakah saya berbuat salah?” tanya elea dengan hati yang berdegup kencang.

“silahkan duduk elea, ada hal yang perlu saya bahas dengan kamu.” Jawab pak anton. Elea pun duduk di kursi yang berada di depan meja pak anton.

“jadi, tujuan bapak memanggil kamu ke sini bapak ingin kamu mewakili sekolah kami untuk ikut lomba matematika tingkat nasional.” Jawab pak anton.

“baik pak, saya akan berusaha dengan sebisa saya.” Jawab elea tanpa ada penolakan. Karena, menurutnya ini adalah langkah terbaik untuk mewujudkan impiannya.

“alhamdulillah... nanti kamu bisa berlatih bersama jefri kakak kelas kamu dan tentunya dengan bimbingan bu ratri.” Ucap pak anton.

“baik pak, saya akan berusaha semampu saya agar bisa membawa nama sekolah kita ke kancah nasional.” Jawab elea.

“semangat belajar elea, oh iya dan satu lagi ada kabar baik untuk kamu. Selamat ya, kamu mendapatkan beasiswa hingga nanti kamu tamat dari sekolah ini.” ucap pak anton.

“beneran pak?” seolah ia tak percaya dengan apa yang diberitahukan oleh pak anton.

“Iya elea, kamu yang giat ya belajarnya bapak yakin kamu pasti bisa menggapai mimpi kamu.” Jawab pak anton yang memang tipikal kepala sekolah sabar dan tidak pernah membeda- bedakan anak didiknya satu dengan yang lainnya.

“Dan ada sedikit kejutan juga untuk kamu elea, semoga saja kamu suka dan kejutan itu sudah bapak kirim ke rumah kamu. Dan, semoga saja kamu bisa menjadi anak yang pemberani meskipun kamu di bully kamu bisa melawan pembullyan itu. Bukannya bapak tidak bisa membantu kamu atas bullyan itu tapi bapak kalah berkuasanya. Bapak sudah menegurnya bahkan bapak sudah mengundang wali dari anak tersebut namun bapak kalah dalam memberikan pembelaan untuk kamu elea.” Ucap pak anton terlihat sedih.

“jadi, bapak sudah tahu kalau saya sering di bully?”

“tentu saja saya tahu elea, dan bapak sudah melakukan tindakan tapi masih belum menghasilkan.” Jawab pak anton.

“terima kasih pak, bapak sudah peduli terhadap saya.” Dalam benak pak anton, ia sangat iba dengan kondisi ela yang seorang anak yatim namun semangatnya untuk bersekolah sangat tinggi.

*****

“Buu.....” teriak elea ketika melihat sang ibu sedang bekerja di ladang.

“Lea, kenapa menyusul ibu? Hari ini mataharinya terik sekali lho nanti kamu pusing.” Jawab sang ibu.

“Nggak apa- apa bu, aku mau bantuin ibu.” Jawab elea

“Nggak usah lea, ini ibu sudah selesai.” Jawabnya menolak sang anak agar tidak membantunya karena ia merasa sangat kasihan sang anak baru saja pulang sekolah dan setiap harinya ia selalu menyusul ke ladang untuk membantu dirinya.

Sang ibu pun datang menghampiri lea untuk ikut bersama sang anak duduk di gubuk yang ada di sawah tersebut.

“Lea... sawah ini peninggalan bapakmu satu- satunya maka dari itu ibu harus giat merawatnya untuk menyekolahkan kamu. Dan tugas kamu saat ini hanya untuk belajar dengan giat.” Ujar sang ibu

“Iya bu, ini lea kesini juga bawa buku bu. Lomba matematika sudah dekat lea harus mempersiapkan diri dengan baik.”

“Semoga sukses nak, ibu tidak bisa memberikan kamu kehidupan mewah tapi yakinlah ibu akan mengusahakan untuk kamu agar kamu tetap bisa terus bersekolah hingga jenjang yang lebih tinggi.”

“Terima kasih bu, ibu memang yang terbaik.” Ujarnya sambil memeluk sang ibu. Memang tak jarang elea sering belajar di sawah di sela- sela ia membantu sang ibu.

“Elea... kamu mending putus sekolah saja bantu ibumu di ladang buat apa kamu sekolah tinggi- tinggi jika ujung- ujungnya juga di dapur.” Ujar bu ana yang saat itu melewati sawah elea. Bu ana memang orang berada namun hatinya sangat congkak.

“Sudah lea, nggak usah dengerin orang itu memang seperti itu.” Ujar sang ibu sambil berbisik lalu mengajak lea untuk pulang.

Dalam perjalanan mereka ke rumah, elea terus menunduk merenungi perkataan bu ana yang sangat menyakiti hatinya dan secara tidak langsung, ia mematahkan cita- citanya.

“Apa yang kamu pikirkan elea? Bu ana? Sudahlah orang itu memang selalu merendahkan orang lain. Hidupnya memang saat ini sedang di atas tapi ingatlah juga elea bahwa roda kehidupan selalu berputar. Mungkin saat ini kamu sedang di bawah suatu saat kamu juga akan sukses tak apa sekarang di gunjing bahkan semangatmu dipatahkan tapi suatu saat nanti jika kamu sudah mencapai kesuksesan jangan pernah memiliki sifat congkak.” Ujar sang ibu memberikan nasehat.

“Iya bu aku akan selalu mengingat nasihat ibu.” Ujar elea.

Sesampainya di rumah, elea membantu ibunya membersihkan rumah dan memasak untuk makan malam.

“Permisii...” ujar seseorang yang datang bertamu sore itu.

“Leea... siapa yang datang? Coba kamu lihat.” Ujar sang ibu

Elea segera bergegas menuju ke depan untuk membukakan pintunya dan melihat siapa yang datang.

“Kak jefri, ada apa ya kak kok kemari?” tanya elea

“Ini elea, saya di suruh bapak untuk mengantarkan sesuatu untuk kamu.” Ucap jefri

“Sesuatu? apa ya kak?”

“Itu...” ucap jefri sambil menunjukkan ke arah sepeda yang sedang ia bawa.

“tapi kak, apa tidak merepotkan?” tanya elea

“tidak lea, mohon untuk diterima ya. Bapak nggak mau kecewa kalau kamu tolak.” Jawab jefri

“sebentar kak, aku panggil ibu dahulu.” Ucap elea

“buu... ada kak jefri di depan?” ucap elea sambil menghampirinya di dapur.

“ahh iya, ibu ke depan dulu.” Jawab sang ibu

“Nak jefrii... kok tumben sore- sore ke sini sendiri? Apa ada perlu?” tanya bu siti

“iya bu, maksud kedatangan saya ke sini saya di utus bapak untuk mengantarkan hadiah buat elea. Mohon diterima ya bu.” Ucap jefri dengan sopan.

“loh...kok repot- repot to anak. Ibu jadi sungkan untuk menerimanya itu sangat mahal loh anak.” Ucap bu siti

“tidak bu, itu ikhlas pemberian dari kami mohon di terima ya bu.” Jawab jefri.

“baiklah... terima kasih nak. Ibu terima ini ya, dan tolong sampaikan rasa terima kasih kepada bapak ya.” Jawab bu siti

“ohh iya, masuk dulu anak jefri. Nge teh dulu...” jawab bu siti

“ahhh terima kasih bu, saya langsung pulang saja. Karena setelah ini ada janji dengan bapak mau ke kota.” Jawab jefri

“yasudah... sebentar nak kamu tunggu dulu ibu ada sedikit oleh-oleh untuk kamu.” Ucap bu siti sambil berjalan menuju ke dalam rumahnya dan mengambil satu kresek kacang tanah yang habis ia panen dari kebunnya.

“ini ada sedikit kacang tanah, tolong diterima ya. Ibu hanya bisa memberikan ini.”

“ahh ibu, kok repot- repot sekali pasti habis di panen ya bu. Terlihat masih segar.” Ucap jefri

“iya nak, tadi panen sama lea juga.” Jawabnya

“wahh... hebat juga kamu lea sudah capek- capek sekolah masih bisa membantu ibumu. Teruslah berbakti elea semoga suatu saat nanti kamu bisa membuat ibumu bangga.” Ucap jefri

“hehehe... nggak juga kok kak.” Ucapnya malu- malu.

"wahh...si miskin dapat sepeda baru tuh." sindir bu ana yang kala itu tengah lewat sambil melirik sinis ke arah keluarga bu siti.

"maaf ya nak jefri, hidup di kampung memang seperti ini." ujarnya sambil menunduk sedih.

"sudah bu, biarkan saja." jawab jefri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!