Saga mulai menelusuri jalanan di sekitar rumah Alina akan tetapi pria itu tidak menemukan batang hidung istrinya itu, bahkan dirinya sampai-sampai menahan haus dan lapar untuk mencari keberadaan istrinya.
"Astaga! Alina, kenapa sih dikit-dikit ngambek, kalau gak ngambek teriak sekencang-kencangnya sampai semua orang rumah keluar, gini amat punya istri bocil," gerutu Saga.
Saga pun mulai melanjutkan pencarian istrinya, bahkan dia sengaja bertanya kepada orang yang dia temui di jalan itu juga, akan tetapi tetap saja tidak satu orang pun yang tahu keberadaan istrinya itu.
Sedangkan di mushola saat ini Alin masih tertidur dengan nyenyak, mungkin karena suasana mushola yang begitu sunyi maka dari itu dia bisa beristirahat dengan tenang.
"Neng, bangun Neng, sudah mau adzan Dzuhur," ucap seorang penjaga mushola tersebut.
"Eeeeemb iya Pak maaf ya," ucap Alina yang baru mengumpulkan nyawanya.
Sebelum meninggalkan mushola ini Alin sempatkan untuk shalat Dzuhur terlebih dahulu agar lebih tenang, setelah itu barulah dia berkeinginan untuk pulang, akan tetapi ketika sudah shalat tiba-tiba saja Alin teringat akan ucapan suaminya tadi yang sangat menyakitkan.
"Aku tidak mau pulang dulu deh, males bertemu dengan Om Saga, tega banget dia berkata seperti itu," ucap Alina sambil meneteskan air mata.
"Ayo Alin kamu tidak boleh cengeng seperti ini, bila perlu kamu tidak boleh menangis hanya gara-gara pria ketus itu," ucap Alina lagi menasehati dirinya sendiri.
Alina pun mulai berjalan lagi entah kali ini dia mau membawa langkahnya kemana yang jelas untuk sehari ini saja dia ingin bersembunyi dari bayangan suaminya.
Sejenak Alin mulai duduk di warung nasi, karena cacing yang ada di perutnya mulai meronta-ronta untuk diberi makan.
"Bu, nasi satu, makan di sini ya," ucap Alin.
"Iya Neng," sahut pemilik warung tersebut.
Setelah beberapa menit nasi pun sudah ada di depan mata, segera Alina langsung, memakan nasi tersebut, tanpa di sadari sedari tadi Sagara memperhatikan perempuan hamil yang sedang lahap memakan, tanpa ingin mengganggunya sama sekali, karena dia tahu untuk saat ini Alina juga sedang memberi asupan untuk anaknya, eh salah? Bingung nyebutnya, anak sambung apa cucu keponakan ya.
Setelah memastikan Alina sudah menghabiskan makanannya, tangan Saga langsung mencekal tangan Alina.
"Ayo istri tengil, kau mau kabur dimana lagi?" tanya Saga, yang berhasil membuat Alina membulatkan matanya.
"Ih, lepaskan, aku tidak mau hidup denganmu, baru jadi istri kamu saja, batinku merasa tertekan, padahal orang hamil butuh ketenangan dan kewarasan, jika terus-menerus hidup denganmu, bisa-bisa berpengaruh besar pada bayiku," sahut Alina.
"Alina, untuk kali ini saja, kau dengarkan aku," ucap Saga, yang langsung menggendong tubuh Alina, dihadapan orang banyak.
Sungguh hati Alina benar-benar malu dengan kejadian ini, bagaimana mungkin dengan entengnya Saga menggendong tubuhnya, bahkan pria itu tidak peduli meskipun banyak sepasang mata yang memandangnya.
"Om, turunin aku malu," ucap Alina.
"Aku gak mau, lagian aku takut kau main kabur-kaburan lagi, buat orang seisi rumah bingung semua karena ulahmu," sahut Saga, yang masih tetap menggendong Alina sampai di depan rumahnya.
Saat ini Saga, sudah sampai di depan rumah Alina, Asih yang melihat anaknya diperlakukan seperti ini begitu bahagia meskipun Saga merupakan suami dadakan anaknya akan tetapi pria itu terlihat ngemong terhadap anaknya.
"Ya Allah setelah kejadian ini semoga saja anakku mendapatkan kebahagian.
Saga, mulai menurunkan Alina di ruang tamu, dari sini Saga mulai teralihkan pandangannya pada suatu pigura foto keluarga, dan ternyata di situ Alina juga memiliki kakak perempuan juga.
"Lin, itu Kakakmu?" tanya Saga.
"Iya Om," sahut Alina.
"Tapi aku tidak melihat dia di acara pernikahan kita kemarin," ucap Saga.
"Dia memang kerja di luar kota, kemarin sudah di kabari katanya tidak bisa hadir," sahut Aluna apa adanya.
"Oh begitu, ya sudah mulai saat ini kita langsung pamit ke Ibu dan Bapak, karena pekerjaanku numpuk," kilah Saga, yang sebenarnya dia ingin mengawasi Alina agar tidak kabur-kaburan lagi seperti tadi.
"Loh kok dadak banget sih Om, aku kan masih ingin tinggal dengan Ibu dan Bapak," ucap Alina yang merasa keberatan.
"Kamu harus ngerti posisiku, lagian kita ini sudah menikah susah seharusnya istri nurut dengan suami," timpal Saga.
"Iya Nduk, apa yang dikatakan suami mu itu ada benarnya juga," timpal Asih yang tiba-tiba datang bersama suaminya.
"Iya Nduk Bapak juga setuju," ucap Arie.
Saat ini Alina sudah tidak bisa membantah lagi karena kedua orang tuanya juga sudah mengijinkan dirinya untuk tinggal bersama dengan suaminya ini.
"Ya sudah kalau begitu, aku siap-siap dulu ya," pamit Alina.
Alina pun langsung masuk ke dalam kamar, ketika dia mulai membuka lemarinya tiba-tiba saja dia menangis, karena banyak semua kenangan yang masih tersimpan rapi terutama perlengkapan bayi, sungguh Jason benar-benar menyiapkan semuanya untuk dari itu mustahil jika Jason malah meninggalkan dirinya.
"Hiks ... Hiks ... Hiks ...," tangis Alina pecah.
"Kau tega Jason padahal kau yang menyiapkan semua ini tapi kau malah sengaja meninggalkan kita berdua dan membuat keluarga ku malu karena ulahmu," ucap Alina yang masih terdengar oleh Saga.
"Alin, ayo cepat," pinta Saga.
"Bentar Om, kalau mau cepat ya dibantuin," ucap Alina.
Saga tidak menyahuti ucapan Alina, meskipun dongkol dengan perintah istrinya akan tetapi tangan kekar itu mau menyentuh baju-baju Alina dan mulai memasukkan satu persatu ke dalam koper.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Lanjar Lestari
Jason pergi dg pelakor kayak nya km kenal atau jangan" wanita itu kakakmu sendiri Alina yg jd pelakor dan jg sedang hamil anak Jason pula rumit
2025-04-23
0
Kasih Bonda
next thor semangat
2025-04-21
1