"Abel...dari mana saja kamu, kenapa baru sampai. Kamu tahu ngga hampir saja kita kehilangan pelanggan prioritas. Untung saja di dapur masih ada satu ikan gurame, kalau ngga pasti orang itu akan marah - marah dan menghancurkan restoran ini," omel wanita berusia tiga puluhan itu yang tak lain adalah pemilik dari restoran di mana Abel bekerja saat ini.
Restoran tempat Abel mengais rejeki ini memang terkenal dengan olahan gurame nya. Jadi pelanggan yang datang ke restoran tersebut selalu memesan menu olahan gurame. Restoran dengan konsep lesehan itu selalu rame, terlebih jika jam makan siang seperti ini. Pelanggan yang datang rata - rata para pekerja kantoran, karena kebetulan letak restoran itu berada di dekat area perkantoran pemerintah dan swasta.
"Maaf mba, tadi saya berteduh dulu karena hujan nya sangat deras sekali. Saya juga sudah mengirim pesan pada Nadia jika saya datang terlambat," ucap Abel mencoba menjelaskan apa yang terjadi tadi sehingga dia datang terlambat.
"Halah alasan saja kamu, sudah sana kamu langsung eksekusi gurame - gurame itu," bentak Mala yang langsung meninggalkan Abel yang berdiri dengan badan bergetar kedinginan dan dia juga sejak pagi belum makan sama sekali.
Abel hanya menghela nafasnya, dulu saat dia masih menjadi anak orang kaya tidak pernah satu kali pun dia mendengar orang - orang di sekelilingnya mengucapkan kata dengan nada tinggi apa lagi sampai membentak nya, tapi sekarang dia harus terbiasa dengan suara - suara nada tinggi atau bentakan dari orang lain. Awalnya Abel kaget dan sempat menangis ketika dia menerima perlakuannya seperti itu, namun lama kelamaan dia pun sudah terbiasa akan hal itu. Walaupun tetap saja di dalam hati kecil nya merasa sakit.
"Sabar ya Bel, padahal aku sudah bilang ke mba Mala kalau kamu kehujanan tadi. Cuma kamu tahu sendiri kan Mba Mala seperti apa," Kata Nadia berusaha memberi semangat pada sahabat nya itu.
"Iya ngga papa Nad, memang aku kok yang salah."
"Huft, gitu tuh kalau perawan tua yang ngga laku - laku bisa nya marah - marah terus. Eh, sampai lupa, ini aku bawain kamu makanan. Kamu pasti belum makan kan?"
"Hush....kamu ini kalau ngomong kok suka asal, tapi ada benar nya juga sih, haa.."Abel terkekeh mendengar apa yang di katakan sahabat nya itu.
"By the way, makasih ya Nad makanan nya. Tahu aja kamu kalau perut aku belum di isi apa pun dari pagi."
"Tahu lah, orang - orang modelan hemat kayak kita pasti akan peka terhadap kondisi sesama nya Bel, hahahaha.."
Abel terkekeh sahabat nya ini yang selalu tahu akan kondisi nya. Dia juga orang pertama yang membantu Abel saat dia terpuruk. Pertemuan yang tidak sengaja saat Abel ingin mengakhiri hidup nya di sebuah jembatan, menjadi jalan pembuka bagi kedua nya untuk menjalin sebuah persahabatan. Abel bisa bekerja di restoran ini pun berkat Nadia, bahkan kedua nya juga mengontrak di daerah yang sama.
Seharian ini restoran tempat Abel bekerja sangat lah ramai sekali, dari buka sampai hampir mau tutup pelanggan datang silih berganti.
Gadis cantik berlesung pipi itu ke sana kemari melayani para pelanggan. Kadang dia mengantar pesanan pelanggan dari meja satu ke meja lain nya, kadang juga membantu di bagian dapur.
Setiap gerak - gerik Abel selama melayani pelanggan ternyata ada yang memperhatikan. Pandangan orang itu tidak pernah lepas sama sekali dari sosok Abeliaza Azalea, seolah - olah merekam setiap pergerakan Abel di dalam memori otak nya.
"Abeliaza Azalea..." gumam orang itu sambil mencengkram erat sendok yang ada di tangan nya.
Ada sorot benci dan dendam yang sangat dalam dari tatapan mata nya ketika menatap Abel. Namun sudut bibir nya membentuk lengkungan senyuman yang entah apa maksud dari senyuman itu.
**
"Alhamdulillah akhir nya selesai juga pekerjaan kita Nad, gila hari ini restoran ramai banget," ucap Abel sambil melepas apron dari tubuh nya.
"Hu'um ...badan ku sampai sakit semua. Oh ya Bel, kamu jadi pergi ke apartemen itu?"
"Hu'um.."
"Astaga...kamu ngga capek apa, udah kerja seharian di sini masih aja ambil kerjaan di tempat lain. Lagian ini sudah malam Bel, kamu nanti pulang nya gimana?"
Abel membuang nafas nya, gadis yang sudah berganti pakaian itu langsung mendekat ke arah sahabat nya.
"Orang seperti aku tidak boleh mengenal capek Nad," ucap Abel dengan tatapan sendunya.
"Inget banyak beban hidup yang harus aku bayar," lanjut Abel sambil tersenyum kemudian berlalu meninggalkan Nadia.
Nadia hanya menatap kepergian sang sahabat nya dengan tatapan nanar. Sungguh miris nasib sahabat nya itu, dari yang dulu nya punya segala nya dan hidup enak. Sekarang harus bekerja keras dari pagi sampai terkadang ketemu pagi lagu hanya untuk melunasi hutang yang di tinggalkan orang tua nya. Nadia memang sudah tahu latar belakang Abel seperti apa dulu nya, Abel sudah menceritakan segala nya setelah dia menyelamatkan Abel sewaktu gadis itu akan mengakhiri hidup nya dulu di awal pertemuan mereka.
Kadang Nadia merasa kasihan pada Abel, ingin sekali gadis itu membantu sahabat nya itu namun bagaimana lagi dia sendiri juga dari kalangan orang susah.
"Semangat Bel, semoga lelah mu menjadi lillah.."
**
Pukul 21.00 wib,
"Syukurlah kamu datang Bel, ibu kira kamu ngga bakalan datang malam - malam seperti ini."
"Hee..jelas datang lah Bu, mana mungkin seorang Abel menyia - nyiakan kesempatan yang berbau duit," ucap Abel sambil terkekeh.
Bu Wulan hanya terkekeh mendengar jawaban asal yang di lontarkan Abel barusan.
"Lagian tumben banget Bu jam segini ada unit apartemen yang mau di bersihkan," tanya Abel sambil berjalan beriringan dengan Bu Wulan ke arah ruangan yang menyimpan alat - alat kebersihan di gadung apartemen itu.
"Iya Bel, ini dadakan banget karena pemilik unit apartemen itu baru sampai dari luar negeri tadi sore dan langsung ingin menempati apartemen nya malam ini juga."
"Oh gitu..."
Abel langsung bergegas mengambil beberapa alat kebersihan dan berjalan menuju unit apartemen yang akan dia bersihkan. Sebelum nya Bu Wulan sudah memberi tahu Abel perihal unit apartemen mana yang akan dia bersihkan.
Sesampainya di unit tersebut Abel di buat takjub dengan kemewahan yang ada di dalam apartemen itu. Hal itu langsung mengingatkan kehidupan mewah yang pernah dia lalui dulu. Ke dua mata nya memindai setiap barang - barang mewah yang ada di apartemen tersebut sungguh semua nya sama seperti yang ada di dalam rumah mewah nya dulu.
"Jangan sentuh barang - barang saya !"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
ken darsihk
Pasti Kavian si pemilik apartemen itu
Dan Abel tidak mengenali Kavian yng sekarang
2025-04-18
1
Teh Euis Tea
mungkin itu apartemen kaivan ya
ayo abel semangat ya km pasti bisa
2025-04-18
0