Ruangan lengang. Lampu temaram. Pendingin ruangan berdengung lembut di latar.
Sella duduk bersandar, sepatu longgar di ujung kaki. Dion baru masuk, membawa dua gelas kopi dari pantry.
Dion
Masih tahan?
Sella menerima kopi tanpa menoleh, tapi bibirnya mengulas senyum tipis.
Sella
Tahanin aja dulu.
Dion duduk di depannya, bersandar di meja. Kakinya menyentuh kaki Sella, sengaja.
Sella tak menarik diri.
Dion
Kopi panas, kamu juga.
Sella
Kalau kamu yang ngomong, kesannya beda.
Dion
Beda gimana?
Sella
Gak sopan,
Dion tertawa kecil. Lalu diam. Tapi kakinya masih di sana.
Dion
Tadi di pantry, aku bayangin kamu dateng diem-diem dari belakang.
Sella
Terus?
Dion
Nyender. Sambil bisikin hal-hal gak boleh.
Sella menyesap kopinya. Lama.
Sella
Terus aku jawab ‘Dion' kamu ganggu jam kerja.
Dion
Tapi sambil senyum?
Sella
Senyum dikit.
Mata mereka bertemu sebentar. Lalu berpaling.
Tapi malam masih panjang.
Dan rasa penasaran mereka belum selesai.
Selasa, 00.08 – Balkon Belakang Rumah Sakit
Layarnya menyala.
Pesan dari Dion.
Dion
[00.07]
Kamu masih di rumah sakit?
Dion
[00.08]
Aku tahu tempat kamu biasa ngilang.
Sella menatap kata-kata itu, sedikit tersenyum tanpa sadar.
Dion memang terlalu peka.
Terlalu tahu, kadang lebih dari yang seharusnya.
Dion
[00.08]
Kalau kamu capek jadi kuat terus, aku bisa diem di sebelah kamu.
Gak ngomong apa-apa. Cuma duduk.
Dion
[00.08]
Tapi kalau kamu pengen dilihat aku juga bisa lebih dari itu.
Jempol Sella melayang di atas layar. Tak langsung membalas.
Angin malam menyentuh tengkuknya pelan. Tapi bukan itu yang membuat dadanya bergetar.
Bukan cuma kata-kata Dion.
Tapi karena Sella sadar Ia ingin itu.
Ia ingin dilihat. Diinginkan.
Dan Dion tidak memintanya jadi sempurna.
Tidak menuntut.
Ia hanya datang dengan perhatian yang Sella lupa pernah rasakan.
Sella menghembuskan napas panjang.
Lalu mengetik.
Sella
[00.10]
Aku di balkon lantai dua.
Sella berdiri membisu, rokok di tangan.
Lampu kota jauh di bawahnya.
Langkah pelan mendekat.
Dion muncul tanpa suara, berdiri di sisi, tak terlalu dekat.
Dion
Capek?
Sella mengangguk. Lama tak bicara.
Sella
Aku pengen marah, Tapi gak tahu ke siapa.
Dion tak menyela. Hanya menatap langit.
Sella
Tidur sama orang yang gak pernah benar-benar ada.
Sella
Capek.
Dion mengulurkan rokok. Ia menyalakan api.
Dion
Aku gak bisa ngerti sepenuhnya. Tapi aku di sini.
Sella menoleh. Tatapan mereka bertemu.
Tak ada kata lagi.
Comments