Bab 5 Kritis

Drap...

Drap...

Drap...

Langkah kaki jenjang yang masih terbalut kaos kaki putih dan sepatu limited edition biru muda itu berlari cepat menyusuri lorong rumah sakit. Rambut panjang kecokelatan nya yang diikat kuda ikut terayun ke sana kemari mengikuti gerak tubuhnya.

Alvyna, dengan seragam sekolah yang masih lengkap menempel di tubuhnya, berlari secepat mungkin sejak turun dari motornya di area parkir tadi. Pandangannya langsung tertuju pada sebuah ruangan bertuliskan "Unit Gawat Darurat" dan seketika langkahnya terhenti begitu melihat sosok Manda mama El yang tampak cemas mondar-mandir di depan pintu ruangan.

"Tante! Gimana Mama? Mama aku kenapa?!" suara Alvyna terdengar panik, nafasnya terengah saat menghampiri Manda dengan wajah khawatir.

Manda sontak menoleh, wajahnya menunjukkan kegelisahan yang nyata. "Alvyna tenang dulu sayang. Ayo duduk dulu. Dokter masih menanganinya di dalam, kita tunggu sebentar lagi ya," ucap Manda lembut sambil menuntun gadis itu duduk di bangku panjang.

"Kenapa bisa sampai masuk rumah sakit lagi Tante? Mama baru pulang dari rumah sakit kan beberapa hari lalu? Apa jantungnya kambuh lagi? Atau" kalimat Alvyna terhenti, air matanya mulai menggenang.

"Tante juga gak tau pasti. Tadi Tante main ke rumah karena kangen ngobrol, eh pas masuk ke dalam malah lihat mama kamu udah pingsan di dekat tangga," jelas Manda, suaranya sedikit bergetar, pandangannya terus tertuju ke pintu kaca ruangan.

Deg.

Jantung Alvyna serasa mencelos. Pingsan? Di dekat tangga? Apa mungkin mamanya jatuh?! Pikiran buruk mulai menguasai kepalanya.

"Apa mama jatuh? Terus sekarang gimana? Mama kenapa Tan?!" Suaranya meninggi, air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan.

Manda berdiri memeluk Alvyna erat. "Tenang, sayang. Mama yakin mama kamu gak kenapa-kenapa. Kita doakan yang terbaik ya," ucapnya pelan sambil mengusap kepala Alvyna.

Dalam hati, Alvyna terus memohon.

Tuhan, jangan ambil mama dariku.

Tak lama kemudian, Radit papa El datang menghampiri mereka, disusul beberapa menit setelahnya oleh El yang terlihat terburu-buru.

"Ma gimana kondisi Bu Sarena?" tanya Radit langsung.

Manda menggeleng lemah. "Masih ditangani dokter Pa. Kita berdoa aja semoga baik-baik saja."

"Papa juga di sini? Siapa yang sakit? Mama gak apa-apa kan?" El bertanya dengan wajah cemas, tatapannya kemudian tertuju pada Alvyna yang sedang menangis.

"Loh, dia juga di sini? Kenapa dia nangis?" batinnya bingung.

Namun sebelum pertanyaan itu sempat terjawab, pintu UGD terbuka. Seorang dokter paruh baya dengan name tag bertuliskan Dr. Faris melangkah keluar. Alvyna langsung menghampirinya.

"Dok gimana kondisi mama saya? Apa mama saya baik-baik aja?!" tanyanya penuh cemas.

Dr. Faris menghela napas sebelum menjawab. "Nona berdasarkan pemeriksaan, ibu Anda beberapa hari ini tidak mengonsumsi obat yang kami resep kan. Beliau mengalami benturan cukup parah di kepala, kemungkinan akibat terjatuh sebelum pingsan. Saat ini beliau dalam kondisi kritis dan perlu dipindahkan ke ICU untuk penanganan lebih intensif."

Jleb.

Kalimat itu seolah menyayat hati Alvyna. Nafasnya tercekat, lututnya terasa lemas.

"A-apa? K-kritis?" suaranya bergetar, sebelum tubuhnya ambruk tak sadarkan diri.

"ALVYNA!!" Manda berteriak panik. Untung saja El yang berdiri di dekatnya langsung menangkap tubuh gadis itu sebelum terjatuh ke lantai.

Dokter dan suster segera membantu dan El pun tanpa pikir panjang langsung menggendong Alvyna ala bridal style menuju ruang perawatan.

Sesaat setelah itu, Manda menatap dokter dengan mata berkaca-kaca. "Tolong lakukan yang terbaik Dok. Saya mohon selamatkan sahabat saya."

Dr. Faris menatapnya lembut. "Kami akan berusaha semaksimal mungkin Bu. Mohon bantu doanya."

Di ruangan lain, Alvyna masih terbaring di atas ranjang periksa. El duduk di sampingnya, menatapnya tanpa sadar dengan ekspresi khawatir.

"Engh..." Alvyna mulai bergerak, memegangi kepalanya yang nyeri El refleks berdiri.

"Pelan-pelan, lo baru pingsan tadi," ucapnya sambil membantu menopang tubuh Alvyna.

"Mana mama gue?" tanyanya cepat, mengabaikan rasa sakit di kepalanya.

"Masih ditangani dokter. Katanya mau dipindah ke ICU," jawab El pelan.

Deg.

Alvyna terpaku. Jadi itu bukan mimpi? Semuanya nyata?

El menghela napas. "Gue tau ini berat banget buat lo. Tapi lo harus kuat. Nyokap lo juga pasti berjuang di dalam sana. Kita doain bareng-bareng, ya?" ucapnya tulus.

Alvyna menoleh, menatap El dengan tatapan tak percaya. Dia? Tunangan dadakannya yang sempat bikin kesal, sekarang malah menenangkannya? Dunia benar-benar aneh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!