Bab 5 – Terganggu oleh Bayangan
Sejak hari itu, hidup Leonardo Xavier Reynaldi tidak lagi sama.
Kantornya tetap sama mewahnya. Rapat-rapat tetap berjalan seperti biasa. Para investor tetap menunduk penuh hormat saat ia masuk ke ruang pertemuan, tapi ada sesuatu yang berubah dalam dirinya—sesuatu yang ia sendiri tidak bisa jelaskan.
Sosok Sharon terus menghantui pikirannya.
Bukan hanya wajahnya yang menampar ingatan, mata yang penuh luka, suara yang bergetar saat menyampaikan kabar kehamilan itu, atau caranya melangkah keluar dengan kepala tegak meski jelas hatinya hancur. Semua itu membekas dalam ingatan Leon.
“Anak ini milikmu.”
Kalimat itu terus terngiang di telinganya.
Awalnya Leon mengira rasa terusik itu hanya rasa bersalah sesaat. Tapi hari-hari berlalu, dan bukannya menghilang, bayangan Sharon justru semakin mengakar kuat dalam ingatannya.
Dan yang lebih membuatnya jengkel, hasratnya ... hilang.
Sesuatu yang tak pernah terjadi seumur hidupnya. Terlebih ia dicap sebagai seorang Cassanova. Sudah bisa dipastikan, kegiatan apa yang kerap ia lakukan, bukan. Apalagi kalau bukan bercinta dengan wanita-wanita cantik dan seksi.
Biasanya, jika ia merasa suntuk, ia akan menelepon salah satu dari wanita-wanita cantik yang selalu bersedia menemaninya semalaman dengan bermandikan peluh dan gairah, mulai dari model, sosialita, hingga aktris, dan bangun keesokan paginya dengan kepala jernih dan tubuh yang segar.
Tapi malam itu, saat seorang model Victoria Secret yang kebetulan sedang berada di Jakarta datang ke penthouse-nya, mengenakan lingerie hitam dan parfum mahal, Leon hanya duduk memandangi gelas wine-nya.
Wanita itu mendekat, mencium lehernya, tangannya mengelus dada Leon yang terbuka.
Tapi Leon justru mendorongnya pelan dan berkata, “Aku lelah."
Leon tampak tidak berminat sama sekali. Tak ada ketertarikan sedikit saja pada wanita seksi tersebut meskipun kini ia sudah melepaskan seluruh benang yang melapisi tubuhnya. Berlenggak lenggok di hadapannya dengan gerakan seduktif, berharap ia segera bereaksi hingga terciptalah malam panas penuh gairah.
Namun, tetap saja, Leon tak tertarik. Senjatanya tak bergeming, seakan mati suri.
Leon tidak bisa membohongi dirinya sendiri lagi. Ada sesuatu dalam diri Sharon yang mengganggunya lebih dari yang ia mau akui.
Ia tidak percaya cinta. Tidak pernah.
Tapi keteguhan dan keberanian wanita itu, keputusannya untuk berdiri melawan dirinya yang bisa saja menghancurkannya dalam sekali tekan membuat Leon merasa ... terguncang.
Sharon berbeda.
Ia bukan perempuan yang mendekatinya karena harta. Bahkan tidak sekalipun Sharon menyebut soal uang atau tanggung jawab hukum. Ia hanya ingin Leon tahu. Kemudian pergi. Bagaimana angin yang berhembus kemudian berlalu, menghilang, tanpa jejak.
Leon memijat pelipisnya.
Rasa penasaran semakin besar. Ia harus tahu lebih banyak tentang wanita itu.
Sharon. Siapa wanita itu sebenarnya?
---
Keesokan harinya, Leon tetap bekerja seperti biasa. Ia tetap bersikap profesional. Raut wajahnya yang datar, tak pernah berubah, membuat tak seorang pun bisa menebak apa yang sedang ia pikirkan.
Hingga malam menjelang, bayangan Sharon semakin jelas dan nyata. Leon pun segera memanggil asisten pribadinya, Eric, laki-laki yang merupakan sahabat Leon sejak kecil yang juga sudah bersamanya sejak ia memimpin LXR Holdings.
"Ada apa lagi? Kau ingin wanita lagi? Sudah lima, Leon. Sudah lima wanita yang aku bawa malam ini, tapi semuanya berakhir kau usir seperti hama. Ada apa denganmu? Kau bertingkah laku aneh akhir-akhir ini," ujar Eric seraya mendudukkan bokongnya di sofa berhadapan dengan Leon sambil menyantap kacang kulit yang selalu ia bawa ke mana-mana.
Leon melirik tajam. "Siapa yang memintamu mencari wanita?"
"Lantas?" Bukankah bila Leon memanggilnya di malam hari, urusannya tak jauh dari "wanita".
“Cari tahu semua yang kau bisa tentang wanita bernama Sharon Patricia,” perintah Leon sambil menyerahkan hasil USG yang masih tersimpan dalam amplop.
Eric mengangguk. “Sharon? Siapa dia?” tanya Eric. Kebetulan beberapa waktu ini ia tidak mendampingi Leon karena ia ada tugas di luar kota yang memakan waktu cukup lama. Ia baru pulang seminggu ini jadi ia sama sekali tidak tahu tentang siapa itu Sharon.
“Dia ... wanita yang menghabiskan malam denganku hampir dua bulan yang lalu. Ia mengatakan bahwa dia mengandung anakku.”
Alis Eric terangkat. "Apa? Hamil anakmu? Lalu? Apa kau mengusirnya sama seperti para jalang yang biasa mengaku-ngaku hamil anakmu?"
Leon mengangguk.
"Memangnya kenapa kau tiba-tiba mencarinya? Tidak biasanya kau mencari lagi jalang yang mengaku hamil anakmu."
"Dia bukan jalang," sergah Leon membuat alis Eric berkerut. " ... karena akulah laki-laki pertama yang menyentuhnya."
"Seriously? Kau dapat ... perawan? You're so lucky," seru Eric kagum sebab selama ini, Leon tak pernah mendapatkan wanita yang masih virgin. Meskipun Leon tak pernah mempermasalahkan sebab yang ia butuhkan hanyalah pelampiasan, tetapi bila memang Leon berhasil mendapatkan seorang wanita yang masih terjaga kesuciannya, bukankah itu sebuah anugerah?
Leon menatap tajam. “Diamlah. Suaramu hanya membuat kepalaku semakin sakit," ucapnya. "Segera lakukan perintahku tadi secara halus. Jangan membuat keributan. Jangan biarkan dia tau kalau kita mengawasinya.”
“Baik, Bos," jawab Eric seraya terkekeh. Diam-diam, Eric pun penasaran dengan wanita yang berhasil membuat si manusia kulkas itu penasaran.
...***...
Dua hari kemudian, Eric kembali dengan laporan setebal lima belas halaman.
Leon membacanya dengan teliti.
Sharon Patricia. 26 tahun. Lulusan Universitas ternama di Indonesia, jurusan Komunikasi. Bekerja sebagai manajer PR di sebuah perusahaan fashion lokal bernama Elira Mode. Tinggal di apartemen kecil di daerah Kemang.
Ibunya, Asma Nadira, mantan guru SMA, saat ini menjalani terapi penyembuhan kanker stadium awal. Ayahnya telah meninggalkan mereka sejak Sharon berusia tujuh belas tahun, dikabarkan pergi bersama seorang wanita muda bernama Ivana. Wanita yang saat itu juga seusia Sharon.
Laporan itu lengkap. Termasuk foto-foto apartemen, tempat kerja, dan daftar beberapa teman dekat Sharon.
Namun, ada satu hal yang mengejutkan Leon.
“Sharon telah mengundurkan diri dari pekerjaannya dua Minggu yang lalu dan mengosongkan apartemennya. Tidak ada yang tahu ke mana ia pergi,” kata Eric pelan. “Salah satu temannya menyebut bahwa Sharon ‘butuh waktu untuk menyendiri’, tapi tidak ada yang tahu lokasi pasti," lapor Eric.
Leon memutar kursinya, menatap jendela kantornya yang memperlihatkan pemandangan kota Jakarta dari ketinggian. Rasanya seperti seseorang membentangkan kabut di depan wajahnya. Ia tidak bisa melihat ke depan, karena bayangan masa lalu begitu tebal menutupi.
“Dia hilang,” gumamnya tak percaya atau lebih tepatnya terguncang.
“Ya. Seperti menghilang ditelan bumi. Tidak ada aktivitas di rekening banknya, tidak ada transaksi kartu kredit, tidak ada sinyal ponsel. Seperti ... disengaja.”
Leon tidak menjawab.
Sharon pergi karena tidak ingin dicari.
Tapi mengapa hal itu justru membuat Leon semakin terobsesi?
Bersambung
...***...
Pingin double up cuma yg mampir sepi. Yg like dan komen pun sedikit. 🤧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Chrysant
Yah makanya tidak semua wanita itu sama, jangan bandingkan Sharon sama wanita lainnya. Dia berbuat kayak gitu juga karna frustasi. Sekarang tau rasa kan rasanya menikmati yg masih tersegel sama enggak, apalagi ada benih yg kamu tanam. Emang semua butuh uang tapi tak semuanya dapat diselesaikan dengan uang.
Sekarang pusing2 kamu nyari Sharon n anaknya, juga nyari pawang perkutut mu biar bisa mengepakan sayapnya lagi biar sampai ke sarangnya 😜
2025-04-15
0
Kar Genjreng
bukan ga baca jadi sepi sayang ,,, Anak ga enak badan,,, double dong ya pasti di baca ko,,,karena lagi penasaran kemana pergi Sharon,,,ha kapok biar si burung Leon tanpa sarang yang menampung ,,,,karena menyepelekan dan menyamaratakan Dangan wanita yang sering di pakai nya,,,Sharon masih Virgin hanya kamu yang pertama menanam benihnya,,, sekarang pergi entah di mana padahall lagi patah hati,,,😭😭🤰🤰hamil tanpa suami ,,,sedang berjuang membiayai ibunya sedih pacar di ambil istri mudanya papa gila memang tu wanita jahat kasian Sharon,
2025-04-16
0
resna maydila
mohon maaf kakak, aku sibuk jadi baru sempat baca dan belum bisa berkomentar banyak juga 🥺
tetap semangat ya kak, semoga kakak masih bertahan disini 🥰
2025-04-15
1