Sebria tersenyum tipis mengangguk saat berhadapan dengan sosok tinggi yang merupakan kepala departemen nya.
“Iya Pak.”
“Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik.” Ucapnya sambil berlalu.
Kanaga Argatama. Kepala departemen pemasaran. Banyak ide yang sudah dia berikan untuk meraih pemasaran yang fantastis. Kadang Naga begitu orang memanggilnya melakukan riset di lapangan. Kemungkinan kedepannya Naga akan membawa Sebria mengatur strategi dalam pemasaran baik lewat media maupun yang lain. Setelah dia membuka profil gadis itu banyak pencapaian kecil yang Naga yakini bisa menjadi sesuatu yang besar.
Satu jam kemudian seluruh staf pemasaran berkumpul dalam satu ruangan. Mereka membahas apa saja bentuk pemasaran kali ini. Tidak tanggung-tanggung. Sebria mengusulkan untuk memakai jasa beberapa model papan atas pada event yang diselenggarakan oleh perusahaan.
“Bagaimana?”
Kanaga berpikir sejenak lalu bersuara. “Akan saya diskusikan dengan presdir kita. Tunggu saja kabar selanjutnya. Ingat jangan sampai bocor hasil dari meeting ini kalau nggak mau gagal dalam pemasaran produk. Selama perusahaan berdiri dan merintis usaha di bidang ini belum ada produk yang gagal. Semuanya terjual habis.”
Usai meeting Sebria kembali ke mejanya berselancar dalam dunia sosial media. Dia mempelajari beberapa iklan dan melakukan riset beberapa model papan atas. Sebria tidak mau ide pertamanya gagal. Sebab yang dia tahu perusahaan ini selalu memakai model dari perusahaan saja. Sebria ingin gebrakan baru agar semakin pecah di pasaran internasional.
...----------------...
“Taraaaa…”
Sebria tersentak kaget saat membuka pintu Ayusa langsung bersuara nyaring. Bibirnya tertarik lebar melihat sang sahabat masuk dengan tampilan berbeda. “Kamu ngagetin aku.”
“Gimana?” Ayusa berputar-putar sambil mengibaskan rambutnya.
“Cantik, model rambutnya cocok banget sama kamu.” Puji Sebria mengamati dengan baik. “Kita hampir mirip cuma beda beberapa senti saja tinggi badan nya.”
“Kepala aku ringan banget deh rasa nya.” Ayusa menarik nafas puas. “Aku nggak jelek, ‘kan?” Tanya nya memastikan sambil menjatuhkan tubuh di sofa.
“Nggak kamu cantik kok.” Sebria juga mendaratkan tubuh nya. “Habis pulang kerja kamu langsung ke salon.”
“Iya.”
“Makan malam disini?” Sebria beranjak dari posisi nya melangkah mengecek isi kulkas.
“Nggak deh, aku mau pulang nanti orang rumah cemas.”
Sebria mengantarkan sahabatnya itu keluar. Ia masih memperhatikan tampilan Ayusa yang terlihat menggemaskan. Tinggi tubuh yang tidak kentara menjadikan mereka sedikit mirip.
“Sayang.” Jehan terkejut. “Maaf aku kira Sebria.” Ucapnya lagi.
Ayusa terkekeh. “Kenapa kamu kira aku Sebria.”
“Iya rambut kalian sama.” Jehan terlihat canggung.
“Dia sudah bosan rambut panjang jadi potong rambut tapi malah pakai gaya rambut aku.” Jelas Sebria melangkah mendekati kekasihnya.
“Kamu sudah makan?” Jehan bertanya sangat lembut.
“Belum.”
“Sebagai ganti tadi siang kita nggak bisa makan siang bersama ayo makan sekarang di luar.”
“Duh kalian membuat aku iri deh, aku pulang dulu ya…” Ayusa mengayunkan langkahnya.
“Masuk dulu aku mau siap-siap.” Sebria menarik tangan kekasihnya itu ke dalam.
Malam itu terasa damai untuk sejoli yang kini menikmati makan malamnya di rumah makan berkonsep outdoor. Jehan sengaja memilih tempat favorit mereka itu untuk menghabiskan waktu. Ya, hanya malam mereka memiliki waktu agak banyak untuk bersama. Obrolan mereka mulai merembet kemana-mana tentang masa depan hubungan yang sudah mereka jalani. Makan malam itu selesai kini mereka mencari tempat untuk bersantai.
“Kamu mau konsep seperti apa jika suatu hari nanti kita menikah?” Jehan bertanya sambil menatap penuh cinta.
“Nggak yang muluk-muluk dihadiri beberapa orang terdekat saja. Aku nggak punya pesta pernikahan impian cukup mengikuti saja apa yang sudah kamu tentukan.” Manik mata Sebria terlihat tulus diiringi kalimatnya. “Kadang aku merasa kurang pantas berdiri di samping kamu, Je…”
“Kamu pantas dan sangat pantas.” Jehan sangat mengerti kenapa kekasihnya ini bisa merasa seperti itu.
Sudut hati Sebria menghangat sejak dulu Jehan tidak mempermasalahkan latar belakang kehidupannya. “Selain kamu dan Ayusa, apa ada orang lain yang bisa melihat hal baik dari hidupku?”
“Banyak kita saja nggak tahu.” Jehan menggenggam lembut jari-jari Sebria. “Kamu berharga terlepas dari asal usul mu. Semua manusia itu berharga.”
Sebria memiringkan kepala di atas bahu Jehan. Bahu itu yang menjadi tempat ternyaman nya disaat perasaan tidak baik-baik saja. Genggaman di jarinya adalah kekuatan disaat dia merasa rapuh oleh keadaan. Kata-kata positif yang lahir dari bibir Jehan adalah motivasi untuk Sebria bangkit ketika terjatuh. Jehan adalah pasangan yang nyaris sempurna. Sebria sangat mencintainya.
“Bagaimana pekerjaanmu?”
“Sejauh ini lancar dan baik.” Jehan merangkul pundak Sebria agar semakin rapat. Tidak dipungkiri tamparan angin malam sedikit memberi efek dingin.
“Syukurlah, kalau capek istirahat jangan memaksakan tubuh.”
Jehan tersenyum. “Itu berlaku juga buat kamu, apalagi baru bekerja kantoran semangatnya masih tinggi jadi kadang lupa waktu. Nanti semakin lama tekanannya semakin besar saat itu kita baru sadar kalau menyisihkan waktu istirahat itu penting.”
“Siap pak CEO.”
“Sudah malam ayo pulang.”
...----------------...
Pantulan sepatu di atas lantai menunjukan betapa sibuk itu sudah menyerang. Para pekerja kantoran masing-masing dengan pekerjaan nya. Begitupun dengan Sebria. Dia hanya sesekali berdiri dari tempatnya duduk mengambil air dan membuat kopi.
“Sebria, ikut saya keluar untuk riset lapangan.”
“Baik Pak.”
“Untuk yang lainnya kerjakan bagian yang belum di kita bahas. Sebelum pulang meeting lagi dan saya akan menyampaikan hasilnya kepada atasan besok baru kita dengar keputusannya hasil meeting sebelumnya.”
Siang hingga sore menjelang, Sebria dan Kanaga baru kembali ke kantor. Wajah kedua kentara sekali lelah. Satu cup americano dingin di genggaman masing-masing. Beristirahat sejenak dilanjutkan meeting seperti yang terjadwal.
“Ide kalian disetujui.” Ujar Kanaga di akhir rapat.
Semua staf departemen sumringah mereka berharap ini tidak gagal. Sebria merasa ini adalah tantangan yang memacu semangatnya. Seluruh pekerja sudah menuju rumah masing-masing begitupun Sebria. Di apartemennya yang tidak berjarak jauh. Ia sudah tiba beberapa menit lalu. Menikmati angin senja di balkon apartemennya. Rasanya sejuk, nyaman dan damai. Sebria tidak mau itu cepat berakhir. Dalam jauh tatapannya, dia masih seolah bermimpi bisa melepaskan beberapa kerja paruh waktunya dari sejak SMA sampai lulus kuliah. Dan pada akhirnya mendapatkan pekerjaan tetap saat ini.
...----------------...
“Je, apa yang kamu lihat dari dia ? Gadis itu nggak bisa kasih kamu keuntungan apa-apa. Lihat, dia malah bekerja di perusahaan lain ketimbang di kantor kamu.” Seorang wanita terlihat marah.
“Ma, Sebria punya alasan kenapa nggak mau masuk di kantor aku. Dia nggak mau disebut memanfaatkan aku.”
“Alasan saja ! Pokok nya Mama nggak suka kamu berhubungan sama dia ! Selama ini dia juga memanfaatkan kamu. Dari mana uang yang selama ini dia dapat buat hidup kalau nggak dari kamu.”
“Sebria kerja, Ma. Aku sendiri yang mau ngasih dia barang-barang branded. Bukan dia yang minta.” Jehan sangat kecewa dengan tanggapan sang mama saat dia mulai ingin mendekatkan pada Sebria. Ini lah alasan kenapa Sebria tidak pernah dipertemukan dengan keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Ayuwidia
Berada di tengah2 sepasang kekasih seperti obat nyamuk ya, Yus 😄
2025-08-16
0
Ayuwidia
Cinta yang terhalang restu. Semoga mereka tetap berjodoh
2025-08-16
0