5. Kenyataan pahit

Panasnya terik matahari di hari ini mampu membuat seorang wanita bernama Anisa Ahmad melenguh kepanasan, ia pun mengangkat tangannya dan meletakan di atas kepala agar menghalangi sinar matahari tidak dapat menembus langsung ke kulit kepalanya.

Meskipun begitu panas siang ini, ia tetap tabah mengayuh pedal sepedanya sambil menikmati pemandangan kota Jakarta yang penuh dengan jejeran gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Angin berhembus menerpa tububnya sehingga hijab yang ia kenakan berkibar di belakang.

Wanita itu diam dan tidak ada niatan menyapa orang-orang di sekelilingnya yang sedang berjalan di trotoar, meskipun hampir semua pejalan kaki tersebut adalah teman-teman satu kelasnya ia sama sekali tidak mau menyapa satu sama lain. Sehingga orang yang mengenal dirinya yang melihat itu mengejek Nisa bahwa perempuan itu sombong.

Nisa sama sekali tidak terusik dengan perkataan orang-orang tersebut, baginya itu hanyalah sebuah angin lalu yang lewat begitu saja. Terserah orang mau mengatakan dirinya apa, baginya orang hanyalah tau ia dari luar saja dan tidak mau tau bagaimana Nisa yang sesungguhnya.

Meskipun ia diam dan tidak peduli dengan lingkungan, namun pikirannya berbeda. Pikiran tersebut terus melayang mengelilingi otak-otak Nisa sehingga suhu otak perempuan itu menjadi panas. Di otaknya ia sedang memikirkan, bagaimana jikalau orang tuanya tau bahwa ia saat ini sedang berbadan dua. Apakah orang tuanya akan menerima Nisa apa adanya atau malah sebaliknya? Tapi ada yang lebih membuat Nisa sangat takut, yaitu bagaiman jika ayahnya mengetahui bahwa ia tidak suci lagi dan lebih parahnya hasil perbuatan bejat laki-laki itu membuahkan seorang janin.

Ia boleh sekarang ini dapat merahasikan hal besar ini dari ayahnya, abang, serta sang adik, namun pastilah suatu hari nanti lambat laun rahasianya akan terungkap dan ketahuan oleh keluarga besarnya.

Satu pertanyaan timbul dari benak wanita itu. Apa ia harus gugurkan saja anak yang sedang ia kandung di dalam perut nya ini? Agar kehamilannya tidak diketahui oleh masyarakat dan membuat malu keluarganya. Kepala Nisa benar-benar dibuat pusing, ia tidak tau tindakan apa yang harus ia ambil dalam menentukan hal yang baik bagi masa depannya. Otak perempuan itu seolah dibuat buntu hingga menyulitkan ia memilih dan mengambil keputusan yang benar.

Mungkin nanti ia akan mengajak ibunya berbicara atau curhat terlebih dahulu untuk menentukan jalan hidupnya. Apakah janin yang ada di dalam perut Nisa ini akan diaborsi atau dibiarkan saja tetap hidup selamanya. Ini semua akibat malam kelam itu, andai saja ia tidak menerima permintaan tolong ibu Siti kemarin, mungkin ia tidak akan pulang kemalaman dan tidak terjadilah malam yang penuh akan luka dan sejarah buruk.

Ya itu semua hanyalah Andai, yaitu sebuah kata yang semuanya hanyalah angan dan tidak akan pernah mungkin menjadi kenyataan. Bukan hanya Nisa seorang saja yang ingin bisa memutar waktu kembali, tetapi hampir semua manusia di dunia ini ingin melakukannya. Itulah penyesalan, letaknya selalu di belakangan.

Tak terasa waktu telah berjalan dengan cepat seolah tidak membirakan Nisa menikmati setiap detiknnya. Kini perempuan berhijab itu telah sampai di depan  rumah sederhana milik keluarganya. Ia pun turun dari sepeda, lalu menghembuskan napas panjang dan mendorong sepedanya masuk kedalam garasi.

Selepas memarkirkan sepeda, ia keluar dari garasi kecil tersebut dan membuka pintu utama dengan mengucapkan salam terlebih dahulu seraya melangkahkan kaki kanan masuk kedalam.

"Assalamuallaiku bu," ucap Nisa sembari mendorong pintu.

"Waallaikumsallam ka," teriak orang yang berada di dalam rumah yang ternyata merupakan Alsya adik dari Nisa.

"Eh! Alsya kamu udah pulang?" Tanya Nisa berbasa-basi.

"Udah dong kak! Kan duluan Alsya pulang dari pada kaka. Kaka ini gimana sih, gitu aja kok lupa," cemberut Alsya dan memajukan bibirnya. Nisa yang melihat itu pun menjadi gemas lantas menarik bibir Alsya sehingga anak perempuan itu kesakitan dan memukuli kakanya.

"Kaka ini apa-apaan sih, sakit tau," gerutu Alsya yang di tujukan kepada kakanya Nisa.

Nisa sangat suka menggagnggui adiknya yang satu ini, bahkan kesukaannya itu telah menjadi hobi sampingan yang menyenangkan bagi perempuan itu. Jangan salahkan Nisa yang seperti itu, justru adiknya lah yang memulai semuanya. Alsya lah yang dahulu sangat gemar manjahili Nisa waktu itu sehingga sampai-sampai Nisa nangis bombay di dalam kamar.

"Kak! Kenapa beberapa hari ini mata kaka selalu bengkak gitu sih?" Tanya Alsya sambil mengamati bagian mata Nisa yang terlihat sipit dan bengkak.

Nisa jadi gelagapan sendiri, ia harus menjawab apa, masa ia akan menjawab bahwa matanya jadi bengkak begini gara-gara dia yang selalu meratapi penderitaannya. Yang ada nantinya adiknya dalam satu petikan jari langsung berubah menjadi wartawan yang suka mengintrogasi orang demi mendapat keuntungan. Nisa pun menatap kearah lain seperti sedang mencari-cari objek yang menarik agar dapat menenangkan kegelisahannya.

Alsya yang melihat kakanya yang seperti itu mengekerutkan kedua alisnya. Ia bingung dengan kelakuan kakanya ini. Bukankah pertanyaan itu sangat mudah dan jawabannya juga simpel sekali, tidak seperti pertanyaan soal-soal ujian yang memeningkan kepala.

Kini Alsyalah yang menjadi kebingungan plus penasaran dengan kakanya itu. Ia pun menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba saja terasa gatal.

"Kak! Kok diam aja sih, kalau orang nanya tu dijawab dong," kesal Alsya, pasalnya kakanya itu ditanya tapi malah bengong.

"Eh! Iya, iya! Kaka jawab kok. Mata kaka nggak papa dek," ujar Nisa dengan senyuman manisnya untuk membohongi sang adik.

"Apanya nggak papa, mata bengkak kek gitu. Oh iya, Alsya juga sering tuh liat kaka nangis tiap malam di kamar. Emang kaka kenapa? Lagi galau ya, duh kaka ku ini ternyata udah pandai pacaran?" Jahil Alsya sambil menaikan kedua alisnya.

"Ih kamu ini ada-ada aja sih dek, yakali kaka pacaran."

"Terus kaka kenapa nang----." Belum sempat Alsya menyelesaikan pertanyaannya, sebuah suara dari belakang membuat Alsya menghentikan perkataannya tadi.

"Nisa kamu udah pulang?!" tanya ibu Aisyah sembari mendekat kearah Alsya dan Nisa.

Nisa yang melihat ibunya datang itupun langsung meraih tangan sang ibu lalu menciumnya dengan lembut.

"Ma, Nisa mau bilang sesuatu," bisik Nisa di telinga sang ibu.

Aisyah yang paham dengan perkataan anaknya tadi pun langsung melirikan matanya kepada Alsya yang sedang menatap mereka.

"Sya! Kamu masuk kamar lagi, kerjain PR mu dulu."

"Baik ma." Tanpa menunggu lama lagi Alsya langsung pergi dari sana meninggalkan Aisyah dan Nisa di ruang tamu.

"Yaudah kita duduk dulu aja."

Mereka berdua pun duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Tak lama Nisa pun menangis, lantas ia mengeluarkan testpack dari saku seragamnya dan memberikan alat yang bergaris dua tersebut kepada sang mama.

Aisyah pun mengambil benda yang di berikan oleh Nisa tadi. Bagaikan ada ribuan belati yang menusuk hatinya saat melihat benda tersebut bergaris dua terpampang di sana, lantas ia langsung memeluk sang anak yang lebih rapuh dari pada dirinya. Ia pun di dalam pelukan Nisa ikut menangis pilu.

Tak lama Aisyah melepaskan pelukan keduanya. Ia sekali lagi melirik benda itu, hatinya sakit melihat benda yang sialnya menunjukkan dua garis. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Semuanya terjadi begitu saja tanpa diminta. Ia memang menginginkan seorang cucu tapi tidak dengan cara yang seperti ini.

"Mama harus berbuat apa nak? Apa mama akan membawa kasus ini ke jalur hukum? Agar kau senang ia di penjara. Atau perlu mama melakukannya sekarang juga?" Aisyah ingin beranjak dari tempat duduknya, namun sebuah lengan membuat Aisyah kembali kepada tempat duduknya kembali. "Kenapa?"

Nisa menggeleng, "jangan ma! Orangtuanya adalah orang yang berpengaruh di dunia ini. Jadi mama percuma saja melaporkan mereka, yang ada akhirnya kita juga yang kena masalah. Biarkan dia tidak mengetahuinya."

Aisyah menghela napas, anaknya memang aneh. Ya sudahlah ia harus berbuat apa lagi? Memang orang kaya susah dilawan.

"Sudah berapa bulan nak?" tanya sang mama seraya mengusap punggung sang anak untuk menguatinya.

"Nggak tau ma, Nisa belum cek ke dokter." Nisa pun melepaskan pelukan keduanya, "apa Nisa gugurin aja ya ma?"

"Ya Allah sayang, nggak boleh kamu lakuin itu. Kamu udah buat dosa, dan sekarang kamu mau nambahin dosa lagi. Biarkan dia hidup di dalam sini," kata sang mama sambil mengusap perut Nisa yang masih rata. "Cucu nenek baik baik di sana."

"Tapi ma, apa keluarga kita nggak akan malu? Giamana misalnya papa tau?"

"Biar mama nanti yang bicara dengan papa mu itu dan mama nggak akan pernah malu sayang, jika Allah memberikan kita suatu amanat itu hukumya wajib dikerjakan, dan jika kamu memgingkari amanat dari Allah, yang ada nanti kamu mendapatkan dosa. Bukankah menghianati amant itu merupkan ciri-ciri orang munafik! Emang kamu mau jadi orang munafik?" Nasehat sang mama sambil memperbaiki hijab Nisa yang menggenaskan.

Nisa yang mendapat pertanyaan seperti itu dari sang mama spontan langsung menggeleng, "Enggak ma."

"Nah gitu dong sayang," Aisyah pun tersenyum seraya menghapus jejak air mata Nisa.

"Ma! kaka sama papa kapan pulang dari Mesir?"

"Nggak tau sayang. Kata papa mu sih kemaren bilang, dua hari lagi," kata sang mama sambil membawa Nisa kedalam pelukannya.

"Nisa takut Ma," lirih Nisa.

"Jangan takut ada mama sayang!" Tenang sang mama.

Sedangkan tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang sedang mengintip pembicaraan tertutup mereka, lantas orang itu menitikan air mata dan lansung berlari kekamarnya. Orang itu adalah Alsaya. Ya ia tadi tidak langsung masuk kedalam kamar karena ia bukan lah anak yang polos lagi, jadi dia tau bahwa ada rahasia antara mamanya dengan sang kaka.

___________

Tbc

Terpopuler

Comments

Praised94

Praised94

terima kasih 👍👍👍👍👍💪💪💪

2023-11-26

0

Eka Nurmila

Eka Nurmila

kok nanya berapa bulan?

kan sudah tahu kapan kejadiannya.
kan sudah tahu cerita dari awal.


dialog yang tidak pas sekali

2022-09-28

1

EndRu

EndRu

mana terus dukung Nissa yaa maa

2022-09-16

0

lihat semua
Episodes
1 1. Permulaan
2 2.Tangisan kesedihan
3 3.Arsen
4 4.Hamil
5 5. Kenyataan pahit
6 6. Sakit perut
7 7.Terungkap
8 8.Diusir
9 9.Pergi jauh
10 10. Prahara di depan warung Tahu isi
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Info
31 Part 30
32 Part 31
33 Part 32
34 Part 33
35 Part 34
36 Part 35
37 Part 36
38 Part 37
39 Part 38
40 Part 39
41 Part 40
42 Part 41
43 Part 42
44 Part 43
45 Part 44
46 Part 45
47 Part 46
48 Info hiatus
49 Part 47
50 Part 48
51 Part 49
52 Part 50 Flashback 1
53 Part 50 Flashback 2
54 Part 50 Flashback 3
55 Part 51
56 Part 52
57 Part 53
58 Part 54
59 Part 55
60 Part 56
61 Part 57
62 Part 58
63 Part 59
64 Part 60
65 Part 61
66 Part 62
67 Part 63
68 Part 64
69 Part 65
70 Part 66
71 Part 67
72 Part 68
73 Part 69
74 Part 70
75 Sequel Tragedi Malam Itu
76 PDBU (Prolog)
77 PDBU (1)
78 PDBU (2)
79 PDBU (3)
80 PDBU (4)
81 PDBU (5)
82 PDBU (6)
83 PDBU (7)
84 PDBU (8)
85 PDBU (9)
86 PDBU (10)
87 PDBU (11)
88 PDBU (12)
89 PDBU (13)
90 PDBU (14)
91 PDBU (15)
92 PDBU (16)
93 PDBU (17)
94 PDBU (18)
95 PDBU (19)
96 PDBU (20)
97 PDBU (21)
98 PDBU 22
99 PDBU 23
100 PDBU 24
101 PDBU 25
102 INFO
103 PDBU 26
104 PDBU 27
105 PDBU 28
106 PDBU 29
107 PDBU 30
108 PDBU 31
109 PDBU 32
110 PDBU 33
111 PDBU 34
112 PDBU 35
113 PDBU 36
114 PDBU 37
115 PDBU 38
116 PDBU 39
117 PDBU 40
118 PDBU 41
119 PDBU 42
120 PDBU 43
121 PDBU 44
122 PDBU 45
123 PDBU 46
124 PDBU 47
125 PDBU 48
126 PDBU 49
127 PDBU 50
128 PDBU 51
129 Extra Part
130 Cerita Baru
131 DOSA SEORANG PELAYAN KEPADA NONA MUDA
132 TERPAKSA MENIKAHI CALON ADIK IPARKU
133 Namaku Bukan Aku
Episodes

Updated 133 Episodes

1
1. Permulaan
2
2.Tangisan kesedihan
3
3.Arsen
4
4.Hamil
5
5. Kenyataan pahit
6
6. Sakit perut
7
7.Terungkap
8
8.Diusir
9
9.Pergi jauh
10
10. Prahara di depan warung Tahu isi
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Info
31
Part 30
32
Part 31
33
Part 32
34
Part 33
35
Part 34
36
Part 35
37
Part 36
38
Part 37
39
Part 38
40
Part 39
41
Part 40
42
Part 41
43
Part 42
44
Part 43
45
Part 44
46
Part 45
47
Part 46
48
Info hiatus
49
Part 47
50
Part 48
51
Part 49
52
Part 50 Flashback 1
53
Part 50 Flashback 2
54
Part 50 Flashback 3
55
Part 51
56
Part 52
57
Part 53
58
Part 54
59
Part 55
60
Part 56
61
Part 57
62
Part 58
63
Part 59
64
Part 60
65
Part 61
66
Part 62
67
Part 63
68
Part 64
69
Part 65
70
Part 66
71
Part 67
72
Part 68
73
Part 69
74
Part 70
75
Sequel Tragedi Malam Itu
76
PDBU (Prolog)
77
PDBU (1)
78
PDBU (2)
79
PDBU (3)
80
PDBU (4)
81
PDBU (5)
82
PDBU (6)
83
PDBU (7)
84
PDBU (8)
85
PDBU (9)
86
PDBU (10)
87
PDBU (11)
88
PDBU (12)
89
PDBU (13)
90
PDBU (14)
91
PDBU (15)
92
PDBU (16)
93
PDBU (17)
94
PDBU (18)
95
PDBU (19)
96
PDBU (20)
97
PDBU (21)
98
PDBU 22
99
PDBU 23
100
PDBU 24
101
PDBU 25
102
INFO
103
PDBU 26
104
PDBU 27
105
PDBU 28
106
PDBU 29
107
PDBU 30
108
PDBU 31
109
PDBU 32
110
PDBU 33
111
PDBU 34
112
PDBU 35
113
PDBU 36
114
PDBU 37
115
PDBU 38
116
PDBU 39
117
PDBU 40
118
PDBU 41
119
PDBU 42
120
PDBU 43
121
PDBU 44
122
PDBU 45
123
PDBU 46
124
PDBU 47
125
PDBU 48
126
PDBU 49
127
PDBU 50
128
PDBU 51
129
Extra Part
130
Cerita Baru
131
DOSA SEORANG PELAYAN KEPADA NONA MUDA
132
TERPAKSA MENIKAHI CALON ADIK IPARKU
133
Namaku Bukan Aku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!