Alan kembali menghela napasnya. “Saya sengaja hanya mengumpulkan dokter umum, dokter bedah, dan dokter anestesi, karena di sana yang dibutuhkan itu kalian. Jadi, sebelum saya menunjuk siapa yang harus berangkat ke sana, apa ada yang dengan senang hati ingin mengabdikan dirinya untuk Bangsa dan Negara?” ucap Dr.Alan.
“Aduh, mudah-mudahan aku tidak terpilih, aku masih bujangan belum siap untuk mati karena aku ingin menikah dulu,” bisik Hugo.
“Apaan sih, lebay banget,” sahut Lucy.
Setelah menunggu beberapa saat, ternyata tidak ada satu pun dokter yang mengangkat tangannya untuk bersedia berangkat ke kota A. Mereka berpikir, biarlah dipilih saja dan tetap mereka berdo'a di dalam hati supaya bukan dirinya yang terpilih. Alan lagi-lagi menghela napasnya, sudah dia duga pasti tidak akan ada dokter yang sukarela menawarkan dirinya sendiri.
“Baiklah, karena tidak ada yang bersedia menawarkan dirinya sendiri maka saya akan pilih tujuh orang dokter yang akan berangkat ke kota A bersama dokter-dokter lain dari berbagai rumah sakit. Dari dokter umum yang berangkat adalah Dr.Hugo, Dr.Patricia, dan Dr. Roy, dari dokter Anestesi yang berangkat adalah Dr.Lucyana dan Dr.Benny. Yang terakhir dari dokter bedah yang berangkat adalah Dr.Agatha dan Dr.Cinta,” seru Dr.Alan.
“Sudah kuduga,” batin Cinta.
Cinta terlihat biasa saja karena dia sudah tahu jika dia akan dikirim ke kota A. Begitu pun dengan Lucy yang merasa sangat lega karena sudah terpilih untuk berangkat, setidaknya dia tidak akan bertemu dulu dengan kedua orang tuanya yang sangat egois itu. Berbeda dengan kedua sahabatnya, Hugo justru terlihat harap-harap cemas.
“Ya, Allah lindungi Hugo jangan sampai Hugo kenapa-napa karena Hugo masih betah di dunia ini, masih banyak keinginan yang belum Hugo capai jadi Hugo mohon lindungi Hugo,” batin Hugo.
Alan pun menutup rapat dan mempersilakan semua dokter untuk kembali bekerja. Hugo dan Lucy pun keluar dari ruangan rapat hanya Cinta yang masih duduk di sana bersama Papinya. “Kenapa tidak ikut keluar? Memangnya kamu tidak ada pasien hari ini?” tanya Dr.Alan santai.
“Tidak, jadwal operasi nanti siang habis jam istirahat,” sahut Cinta.
“Terus, kenapa masih di sini? Kamu mau protes atau apa?” tanya Dr.Alan dengan senyumannya.
“Tidak juga, Cinta hanya ingin tanya sama Papi, kok Papi mengirim Cinta ke kota A? Memangnya Papi tidak takut jika nanti Cinta kenapa-napa?” tanya Cinta.
“Sayang, kamu tahu ‘kan jika dokter itu sudah disumpah? Mau dimana pun dan dalam kondisi apa pun, seorang dokter itu harus siap. Papi bukannya tidak takut, kalau masalah takut pasti ada namanya juga orang tua apalagi kamu adalah putri satu-satunya Papi, tapi balik lagi kita adalah seorang dokter dan seorang dokter itu tugasnya mengobati orang jadi dimana pun itu berada kita harus siap apalagi ini menyangkut nyawa ratusan orang. Pemerintah sudah memberikan kesempatan bagi kita untuk bisa mengabdi pada Bangsa dan Negara dan sekarang adalah saatnya,” sahut Dr.Alan.
“Cinta siap kok Pi, di tempatkan di mana pun maka dari itu barusan Cinta yakin jika Papi akan menunjuk Cinta jadi Cinta santai saja dan tidak merasa kaget sama sekali,” ucap Cinta dengan senyumannya.
Alan bangkit dari duduknya dan menghampiri putrinya itu. Diusapnya kepala Cinta lalu Alan mencium kepala Cinta dengan penuh kasih sayang. “Putri Papi memang hebat, kamu selalu membuat Papi dan Mami bangga. Papi yakin, kamu bisa melalui tugas berat ini dan Papi akan selalu mendo'akan kamu,” ucap Dr.Alan.
“Siap, Pi,” sahut Cinta dengan memberikan hormat kepada Alan membuat Alan terkekeh.
“Lagi pula kamu dan yang lainnya jangan khawatir karena tentara kita akan sigap melindungi kalian,” ucap Dr.Alan kembali.
“Iya, Pi.”
Meskipun Cinta seorang putri tinggal, tapi Alan dan Dewi tidak pernah memanjakan Cinta. Maka dari itu tidak heran jika Cinta tumbuh menjadi wanita yang mandiri dan tidak cengeng. Bahkan Alan dan Dewi juga selalu menanamkan di hati Cinta untuk memiliki rasa peduli kepada semua orang oleh karena itu keluarga Cinta terkenal sebagai keluarga yang dermawan.
Waktu pun berjalan dengan sangat cepat, setelah selesai makan siang Cinta pun segera mengganti bajunya dengan baju scrubs karena sebentar lagi dia akan melakukan operasi kepada salah satu pasien. Begitu pun dengan Lucy yang akan ikut masuk ke dalam ruangan operasi karena dia yang nantinya akan memberikan suntikan anestesi kepada pasien. “Semangat istri-istriku!” teriak Hugo dengan mengangkat tangan sembari dikepalkan.
Cinta dan Lucy serempak mendelikan matanya ke arah Hugo membuat Hugo terkekeh. Diluar jam kerja, Cinta memang centil dan petakilan tapi jika sudah menangani pasien, Cinta tidak pernah main-main. Bahkan Cinta sangat profesional dan tidak mau istirahat jika pasiennya belum selesai ditangani.
***
2 hari kemudian....
Cinta, Lucy, dan Hugo saat ini sudah berada di Bandara. Mereka bergabung dengan para dokter yang tergabung dalam satu tim itu di Pangkalan udara tentara karena mereka akan berangkat menggunakan pesawat milik tentara. Hugo tidak bisa diam, dia begitu sangat gugup dan takut.
“Astaga, kamu bisa diam tidak? Pusing tahu aku lihat kamu dari tadi mondar-mandir terus!” kesal Lucy.
“Aku takut, di sana ‘kan lagi perang bagaimana jika pesawat kita nanti di tembak pakai rudal, mana aku belum nulis surat wasiat lagi,” sahut Hugo.
Cinta dengan gemasnya memukul kepala Hugo dengan map yang dia bawa. “Kalau ngomong jangan sembarangan. Kota A memang sedang terjadi konflik tapi konfliknya gak seberat Pa***tina, ini masih bisa diatasi oleh tentara di sana bahkan tentara kita juga ikut membantu kita hanya diutus untuk ikut mengobati para pasien saja,” kesal Cinta.
“Oh, bukan perang hebat kaya di Pa***tina sana?” tanya Hugo.
“Bukan, makanya kita berdo'a saja semoga semuanya selamat dan bisa kembali lagi ke tanah air dengan kondisi sehat wal'afiat,” ucap Cinta.
“Amiinn.”
Tidak lama kemudian terdengar suara instruksi dari Panglima Tentara. Beliau memberikan nasihat mengenai tinggal di sana dan larangan apa saja yang tidak boleh mereka lakukan. Di kota A, para dokter akan tinggal di basecamnya Tentara.
Setelah mendengarkan nasihat dari Panglima Tentara, para dokter pilihan pun masuk ke dalam pesawat. Tidak dipungkiri jika dalam hati kecil Cinta, dia juga merasakan ketakutan yang luar biasa. Namun Cinta selalu ingat pesan dari ke dua orang tuanya, jika seorang dokter itu harus mengabdi kepada Bangsa dan Negara jangan pernah takut dengan apa pun karena Allah akan selalu bersama kita.
“Bismillah, semoga semuanya berjalan dengan lancar dan semua tim selamat sampai nanti pulang lagi ke tanah air,” batin Cinta.
Berbeda dengan Cinta yang was-was akan keselamatannya, Patricia justru merasa tidak tenang karena Reynold juga saat ini sedang di tugaskan di sana. "Astaga, aku bakalan ketemu sama Reynold lagi dong," batin Patricia merasa tidak bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
🏠⃟🌻͜͡ᴀs🍁Bila❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
Bagus dong kalau bertemu lagi dengan begitu kebohongan mu selama ini bakal terbongkar
2025-04-11
0
Naysila mom's arga
si ulat bulu berulah apa lagi ya
2025-04-11
0
ꪶꫝNOVI HI
ya ketemu lah pat sama rey
2025-04-11
0