Chiara sungguh tak betah bergabung bersama yang lain, ia memilih menjauh. Sepertinya, balkon lebih baik. Ia berjalan dengan mengangkat kedua sisi gaunnya agar lebih mudah berjalan. Namun tiba-tiba seseorang menariknya masuk ke dalam sebuah ruangan.
"Kamu ...." Chiara menahan nafasnya kala Rajendra membekap mulutnya, keduanya sama-sama melirik pelayan yang baru saja melewati ruangan dimana keduanya berada. Setelah di pastikan aman, Rajendra baru menarik tangannya dari mulut Chiara.
"Iiiih apaan sih! Geser!" Chiara akan melepaskan diri dari kurungan Rajendra, tapi pria itu justru malah semakin mengurungnya. Tatapan Chiara berubah datar, ia menatap Rajendra yang saat ini menatap lekat ke arahnya.
"Kenala menghindar?" Tanya Rajendra dengan alis yang terangkat satu.
"Siapa yang menghindar? Tidak ada. Bukankah, seperti ini hubungan sepupu itu? Jarak jauh!" Chiara mencoba mendorong Rajendra, tapi pria itu semakin mendekatkan tubuh mereka.
"Nanti ada yang lihat!" Desis Chiara takut, ia melirik pintu yang masih terbuka dan Rajendra tak mencoba menutupnya.
"Biarkan, memangnya kenapa?"
Chiara membuang wajahnya saat Rajendra mencoba mengelusnya. Tatapannya terlihat kesal, kedua tangannya terkepal kuat. Seenaknya Rajendra mendekatinya di saat pria itu sudah memiliki calon istri. Chiara sungguh muak dengan tingkah Rajendra yang sangat sulit di tebak.
"Bagaimana jika orang tua kita tahu kita pernah memiliki hubungan?"
Tatapan Chiara berubah, ia kembali melihat Rajendra yang saat ini menyeringai dalam.
"Jangan sampai mereka tahu, ingat ... hubungan kita sudah berakhir! Sekarang, kamu sudah di miliki orang lain!" Dessi Chiara yakin. Tapi hal itu, justru membuat Rajendra merasa tertantang.
"Hubungan rahasia kita, masih bisa berlanjut bukan, Chiara?"
Chiara tertawa sinis, ia bersedekap d4da sembari menatap ke arah lain. Rajendra masih menunggu apa yang akan Chiara katakan. Hubungan spesial keduanya, tak ada yang mengetahuinya sampai detik ini.
"Bang, bukankah kanu sendiri yang menghancurkannya? Gadis tadi, gadis yang sama saat aku melihatmu berpelukan dengannya. Sudahlah, anggap saja kita tak pernah dekat apalagi sampai memiliki perasaan." Chiara menatap penuh kedua mata Rajendra yang menatapnya dengan tatapan tajam.
Merasa tak ada lagi yang di obrolkan, Chiara berniat akan pergi, tetapi tiba-tiba Rajendra menarik tangannya dan menahannya kembali, "Tapi aku masih dapat melihat jika kamu masih mencintaiku, benar kan?"
Chiara menarik tangannya, satu sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah seringaian. "Pede sekali. Pernah dengar ruang hati? Yah, ruang hatiku ada banyak! Abang itu di ruang hati paling belakang, ruang hati terbengkalai. Hais ... sifat playboy abang ini gak pernah hilang yah. Sudah punya calon istri, tapi masih mencoba mendekati mantan. Aku lagi nunggu duda kaya raya, bukan tunangan orang! Paham?"
Chiara berlalu pergi, meninggalkan Rajendra yang merasakan kekesalan dalam hatinya. Entah mengapa, ia tak terima Chiara mengatakan hal tadi. Ia tidak terima Chiara melupakan cinta untuknya. Rajendra pun kembali mengejar Chiara, tapi langkahnya terpaksa harus berhenti kala melihat Chiara sedang berbincang hangat dengan pria lain.
"Siapa dia? Apa ... dia kekasih Chiara?" Batin Rajendra dengan kedua tangan terkepal kuat.
"Rajendra, kamu disini ternyata." Berlina datang menghampirinya dan merangkul lengannya. Rajendra sedikit tersentak kaget, ia langsung merubah raut wajahnya.
"Aah iya, aku kesulitan mencari toilet." Balas Rajendra, sembari matanya sesekali masih melirik ke arah Chiara dan juga pria yang dirinya tidak ketahui.
"Toilet ada di sana, kenapa kamu malah kesini. Ayo, aku antar. Takutnya nyasar lagi." Berlina membawa Rajendra, sedikit paksa sebenarnya karena tubuh Rajendra seolah menolak di ajak olehnya.
Chiara menangkap kepergian Rajendra bersama Berlina, raut wajahnya terlihat sendu menatap kepergian keduanya. Ia melihat bagaimana Berlina menggandeng mesra lengan Rajendra. Tak seharusnya ia merasa cemburu bukan?
.
.
.
Chiara melamun di taman belakang rumahnya, sambil dirinya duduk santai di kusi taman dengan pandangan ke arah langit malam yang di hiasi banyak bintang. Dirinya kembali teringat akan kejadian di pesta tadi.
"Sedang apa?"
Chiara tersentak kaget melihat keberadaan Dean yang membawa dua gelas coklat panas di tangannya.
"Tidak ada, Papi mengejutkanku." Ucap Chiara singkat dan kembali menatap langit malam.
Dean menggelengkan kepalanya, ia duduk di samping putrinya dan menyodorkan segelas coklat panas. Chiara menerimanya, ia menyesapnya sedikit demi sedikit. Coklat panas ternyata berguna sekali untuk menghangatkan tubuhnya yang terasa dingin saat ini.
"Sedih abang menikah?" Tanya Dean yang berpikir jika Chiara merasa kesepian.
"Bukan, aku hanya bosan saja." Balas Chiara dengan nada suara yang lirih.
"Haaaah ...." Dean menghela nafas pelan, ia bersandar dan menaikkan satu kakinya ke atas pahanya.
"Papi tahu kamu Chia, pasti ada yang sedang kamu pikirkan. Kamu bisa ceritakan dengan papi hm?"
Chiara melirik sekilas Dean, sebelum ia memutuskan menyandarkan kepalanya pada bahu pria itu. Kasih sayang yang Dean dan Serra berikan sama sekali tidaklah kurang. Dean selalu memanjakannya, padahal saat bersekolah dulu Dean selalu mendapat surat panggilan kenakalannya. Namun, pria itu tak pernah memarahinya sama sekali dan hanya menegurnya dengan lembut.
"Pi, apa aku boleh pacaran?" Tanya Chiara sembari melirik ekspresi Dean saat ini.
"Kamu sedang mencintai seorang pria?" Balas Dean santai.
Chiara menggeleng, "Tanya saja,"
Dean kembali menatap ke depan, ia mengusap lembut rambut panjang putrinya yang sangat dia jaga. "Bukan Papi membatasi masa mudamu ... tidak sama sekali. Pacaran, hanya menimbulkan hal negatif. Saat umurmu sudah cukup nanti, baru kamu bisa mencari sosok pria yang kamu rasa cocok untukmu. Seperti Rajendra, sepupumu itu tinggal beberapa tahun di LA dan kembali dengan calon istri."
Chiara cemberut kesal di buatnya, ia menarik kepalanya dari d4da Dean. Lagi-lagi, pria itu yang papi nya bahas. Apalagi, pembahasannya tentang pertunangannya Rajendra.
"Kenapa lagi?" Heran Dean.
Chiara menggeleng, ia tiba-tiba teringat sesuatu. "Kalau ... aku pacaran, dan papi tahu ... apa yang akan papi lakukan?"
Dean menegakkan tubuhnya sebelum menjawab pertanyaan putrinya. Matanya lalu menatap lekat kedua manik mata yang sangat persis seperti miliknya.
"Papi akan sangat kecewa padamu,"
"Kenapa?" Tanya Chiara dengan nada suara yang sedikit pelan.
"Papi sudah memberimu kepercayaan, lalu kamu menghancurkannya. Menurutmu, apa Papi akan bahagia dengan itu? Chia, selama ini apa yang kamu lakukan, Papi maklumi. Tapi satu hal yang perlu kamu ingat, papi paling benci pengkhianatan. Papi benci dengan orang yang di beri kepercayaan dia mengingkarinya. Papi percaya, kamu bisa menjaga kepercayaan papi baik-baik."
Degh!
Raut wajah Chiara mendadak berubah, kedua tangannya saling menggenggam untuk menetralkan degup jantungnya karena rasa takut. Selama ini Dean tak pernah mempermasalahkan soal kenakalannya, tapi soal kepercayaan, tak ada toleransi untuk itu.
"Sudah malam, Papi masuk duluan. Jangan terlalu lama di luar, nanti kamu bisa sakit, Heum?" Dean sempat meng3cup kening putrinya sebelum masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Chiara yang langsung bersandar lemas setelah kepergiannya.
"Bagaimana ini ... jika Papi tahu aku dan Bang Rajendra pernah berpacaran, dia pasti akan marah besar dan akan menggantung bang Sajen di atas pohon jambu." Lirih Chiara dengan tatapan pias.
________
Hayoo kemana Bang Rajen arahnya, ke yang pertama atau yang kedua😆 semoga nda jadi waaalid yang bang Rajen😆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Alistalita
Karakter Rajendra sudah dewasa Kok nyebelin banget ya, malah mirip si Cecep🤭Kalau serius dengan Chiara, harusnya perjuangkan datang langsung temui Dean. Bukan malah menawarkan PERSELINGKUH4N, Mungkin Bang Sajen mau ikutan yang lagi virall. JIN SARIMI banyak Istri dengan dalih agama. Wkwkwk
Mending Chiara dengan yang lain, Toh Rajendra gak gentelman. Kecuali kalau memang serius ya perjuangkan, Selesaikan dulu hubungannya dengan Berliana. Lalu temui keluarga Chiara, Soal pacaran Dean memang melarang, tapi beliau lupa selalu memberi kebebasan dengan Putrinya, Apalagi sudah terlanjur pernah dijalani. Toh sudah jadi mantan juga, Daripada jadi simp4nan sajen mending Chiara nikah sama yang lain saja..
2025-04-07
32
Grey
Chi kamu masih punya satu Om lagi kan? nah suruh dia jadi duda Chi, gapapa lah dulunya musuh bebuyutan si Chio😅
2025-04-07
7
Syifa Azahrasiyah
sayang sih sayang,tp gak menekan anakmu juga dean.memang kita jadi orang tua harus tegas,tp ada kalanya kita jadi teman mereka,mencoba mengerti apa yang mereka rasa dan mau.kasih pengertian jika dia melangkah ke arah yang kurang baik jangan lgsg kasih ulti karena kita tidak tau apa yang mereka rasa
2025-04-07
3