“Tidak ada gunanya meratapi masa lalu. Aku harus hidup dan menemukan kebahagiaanku.” Nagato menatap Roh Dewa Kematian yang seperti biasa selalu menatap dirinya penuh tatapan intimidasi.
“Kali ini maksud kedatanganmu karena apa?” Roh Dewa Kematian bertanya. Terlihat jelas jika makhluk itu penasaran dengan tindakan Nagato. Sudah dua kali pemuda didepannya melihat neraka dunia, tetapi tatapan Nagato bukanlah keputusasaan melainkan orang yang memiliki tekad dan keinginan.
“Kau sudah menetap di dalam tubuhku saat aku lahir, mungkin sebelum aku dilahirkan. Kuharap aku dapat mengenalmu. Bagaimanapun juga kau adalah bagian diriku. Setidaknya kita harus saling mengenal dan berbicara.” Nagato berkata dengan tulus. Kali ini tidak ada emosi kemarahan ataupun kekesalan seperti biasa yang ditunjukkan Nagato.
“Apa kau yakin? Menguasai kemampuan dari seorang Roh Dewa Kematian membutuhkan energi kehidupan yang besar. Kupikir kau tidak sanggup berlatih di bawah bimbinganku.” Roh Dewa Kematian tanpa sadar mengikuti alur perkataan Nagato. Setelah sadar, makhluk itu justru tertarik dan ingin melihat sendiri masa depan yang akan dilalui Nagato.
“Tidak kusangka, kau akan berkata seperti itu. Baiklah, aku akan menjadi muridmu.” Nagato menjawab sembari menatap tajam Roh Dewa Kematian.
“Shinigami. Apakah kau mengetahui orang bernama Kagutsuchi Mugen. Aku sedikit penasaran tentang orang itu?” Nagato bertanya ketika melihat wajah mengerikan Roh Dewa Kematian, Shinigami.
“Dia adalah wadahku. Manusia yang telah membunuh jutaan manusia di bawah kendaliku. Setelah mengetahui kebenaran tentang Eden, dia justru membenci manusia, walau secara fakta dia sendiri adalah manusia.” Roh Dewa Kematian menjawab pertanyaan Nagato sebelum mengayunkan pedangnya yang besar.
Angin berhembus kencang. Nagato menyipitkan matanya menatap Roh Dewa Kematian yang enggan menceritakan tentang Kagutsuchi Mugen.
“Ingat, berkat perempuan sialan itu, kau dapat melihat kebaikanku. Tetapi kontrak darah ini adalah pedang bermata dua. Memang kau dapat bertahan hidup dengan pernapasan Klan Kagutsuchi. Tetapi saat kau biarkan kebencian menguasai dirimu, maka saat itu kau tidak akan bertahan hidup lebih lama.” Roh Dewa Kematian menjelaskan kondisi tubuh Nagato. Ada beberapa cara untuk menyembuhkan penyakit jantungnya dan kutukan yang menggerogoti tubuhnya.
“Dua perempuan yang memiliki Tubuh Jelmaan Dewi dapat menyembuhkanmu. Ketika dewasa kau akan menikah, bukankah salah satu dari mereka menyukaimu?” Roh Dewa Kematian kembali menjelaskan jika Nagato dapat sembuh dari kutukan maupun penyakit jantung jika berhubungan badan dengan Fuyumi Iris ataupun Novelitha Von Azbec.
Nagato menarik napas dalam sebelum menghembuskannya, “Litha adalah adik sepupuku. Mana mungkin aku melakukan itu dengannya.” Nagato berkata dengan tenang seolah-olah dia menerima penjelasan Roh Dewa Kematian.
“Kalau begitu cukup basa-basinya. Berikan darahmu padaku. Beberapa bulan kedepan, kau akan berlatih di alam bawah sadarmu.”
Setelah berkata demikian, Roh Dewa Kematian menekan aura berwarna hitam pekat. Sementara Nagato menggigit jari jempolnya hingga berdarah sebelum meneteskan darahnya pada formasi yang melingkari tubuhnya.
Saat darahnya menyentuh air berwarna hitam. Aura hitam pekat menyebar di dalam tubuh Nagato. Saat membuka matanya, Nagato melihat tumbuhan layu bahkan pepohonan disekitarnya juga kering.
“Ini...” Bukan itu saja. Nagato melihat ikan-ikan yang ada kolam air terjun mati terkena aura hitam pekat dari dalam tubuhnya.
‘Ini adalah kekuatanku. Dapat membunuh makhluk hidup bahkan manusia sekalipun hanya dengan aura. Dahulu ada beberapa orang yang dapat menahan auraku ini. Pelajari tentang dunia, maka kau akan sadar tentang leluhurmu dan alasan mengapa Kagutsuchi Mugen memiliki ambisi menjadi raja dunia.’
Nagato mendengar perkataan Roh Dewa Kematian sebelum menekan aura tubuhnya. Saat aura hitam pekat menyatu dengan tubuhnya. Nagato merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Proses penyerapan aura itu berlangsung lama. Nagato hampir tujuh hari melakukan meditasi. Tubuh Nagato sedang menyesuaikan aura hitam pekat Dewa Kematian. Tanda Shinigami muncul di bagian kiri tubuh Nagato sebelum proses penyerapan rampung.
“Tidak kusangka. Tubuhku akan seperti ini.” Nagato menghela napas panjang memandang setiap luka di bagian depan tubuhnya. Kebanyakan luka itu didapat karena kelemahannya.
“Hound-San...” Nagato menggumam pelan mengingat Hound yang mencegahnya untuk melakukan bunuh diri.
Selama satu tahun belakangan ini, Nagato terus berlatih secara bergantian. Sura menurunkan semua ilmu Klan Kagutsuchi pada Nagato, dan Nagato sendiri mencoba mengendalikan Kutukan Kuno Dewa Kematian.
Saat Nagato dapat membentuk sebuah tengkorak berwarna hitam pekat. Sura tersenyum karena cucunya dapat mengendalikan Kutukan Kuno Dewa Kematian sedikit demi sedikit.
“Sesuai janji, aku berikan Pedang Kusanagi ini padamu.” Sura memberikan Pedang Kusanagi pada Nagato.
“Apakah pedang ini dapat memotong ular berkepala delapan? Tidak, aku harap pedang ini dapat membunuh makhluk itu!” Nagato menerima Pedang Kusanagi dan mencoba mengayunkannya.
“Tidak, kurasa.” Sura menjawab dan memperhatikan permainan pedang Nagato.
Tanpa terasa satu tahun telah berlalu. Umur Nagato sekarang enam belas tahun. Nagato melihat Sura yang selalu bermeditasi belakangan ini. Akhir-akhir ini Sura terlihat lebih lemah dari biasanya.
“Umurku tidak akan bertahan lebih lama. Aku bertahan hidup sampai saat ini hanya untuk menurunkan ilmu ini padamu. Dan tujuanku telah selesai.” Ucap Sura sambil membuka matanya secara bertahap ketika melihat Nagato memandangnya.
“Saat aku mati, tolong kuburkan aku di tanah kelahirannku, Klan Kagutsuchi.” Selepas berkata demikian, Sura membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya.
Nagato panik dan memegang tubuh Sura. Dengan cepat dia memeriksa denyut nadi kakeknya, “Jangan mati!” Walau telah hidup bersama Sura selama dua tahun, Nagato masih tetap sinis.
“Aku hanya ingin tidur. Kau pergilah berkelana. Setahun sekali di Kerajaan Sihir Azbec ada Festival Sihir. Bukankah kau ingin melihatnya? Pergilah sendiri bagaimana kondisi tanah kelahiran mendiang ibumu sekarang!”
Nagato membaringkan tubuh Sura dengan pelan sebelum memakai jaket pemberian Hound dan memegang Pedang Kusanagi, lalu bergegas pergi menuju Kerajaan Sihir Azbec.
“Chibi, ikut aku!” Nagato berkata pada Chibi yang seperti biasa sedang makan ikan mentah.
“Kemana, Nagato?” Suara Chibi terdengar menggemaskan, Nagato tidak menjawabnya dan hanya menatap kucing betina dengan bulu-bulu putih yang halus itu.
“Jangan mengamuk! Aku sarankan besok kau harus kembali kesini! Jika tidak, aku akan mati!” Perkataan Sura membuat Nagato mengernyitkan dahinya.
“Aku mengerti. Aku hanya ingin melihat situasi disana. Lagipula saat ini aku lebih penasaran dengan pengkhianat itu. Kuharap takdir tidak meremehkanku kali ini.” Nagato menutup pintu rumah yang lapuk sebelum berlari menuju Kerajaan Sihir Azbec.
Dalam perjalanan Nagato mengingat saat penduduk di Kota Sugar hendak membunuhnya. Dia berdiri di atas tebing dan menatap Hutan Kematian. Sementara Chibi terus mengikutinya dengan mengendus bau badannya.
Menurut Sura, Hutan Kematian akan menghilang setelah dirinya mati. Semua tumbuh-tumbuhan yang ada di Hutan Kematian adalah kekuatan Sura. Berbeda dengan Nagato yang memiliki kekuatan api, Sura dapat memanipulasi tumbuhan dan api.
Nagato terus berlari tanpa henti dan tidak terasa di sampai di sebuah tempat yang cukup ramai. Tempat yang dikenal dengan Tanjung Missique telah menjadi hamparan dataran dengan rumah penduduk kaya yang mampu membayar pajak ke Black Madia.
Nagato berjalan menyusuri Tanjung Missique penuh kehati-hatian. Dalam setiap langkah kakinya, Nagato mengingat saat-saat perjuangan Hound yang hendak mengobati penyakit jantungnya dengan mencari Air Mata Phoenix.
Ketika Nagato menoleh melihat masa lalu sejenak, dirinya sampai di sebuah toko yang dekat pantai. Tempat itu begitu ramai dan dalam kerumunan orang terlihat seekor hewan yang sedang dilempari batu oleh penduduk Tanjung Missique.
“Berhenti! Tolong jangan melempar batu itu padaku!”
Nagato tersentak, tetapi orang-orang lain yang mendengarnya justru melempari hewan itu dengan batu yang lebih besar.
‘Beruang hitam putih dapat berbicara? Seharusnya tidak ada hewan yang dapat berbicara. Tetapi Chibi dapat berbicara setelah meminum Air Suci Kehidupan. Hanya satu hal yang kutahu. Pemandangan yang memuakkan ini...’
Pemandangan didepannya sangat tidak menyenangkan sehingga Nagato mendecakkan lidahnya dan bergerak cepat menarik pedang membuat pusaran angin yang dipenuhi aura berwarna putih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
wiralesmana1234567
mantap
2020-09-12
1