Bab 4

Stella ketakutan, dengan muka merah padam ia berbalik dan berjalan ke sudut lainnya. Nadia mengikuti dengan pandangannya, lalu ia segera menangkap sosok pelaku sebenarnya. Dengan wajah dingin ia mengangkat dagunya memandang Rizka dari jauh.

"Nadia, duduklah. Orang orang melihat kita," ujar Nero mencoba meredakan emosi Nadia.

Nadia menarik kursinya dan duduk lagi, napasnya tidak beraturan. Ia meneguk sebagian isi gelasnya dan menoleh kepada Aaron.

Nadia dengan cepat menjelaskan semua kejadian kemaren antara Nero dan Rizka, Aaron hanya mendengarkan dan sesekali memandang ke kejauhan di mana Rizka duduk dengan gerombolannya.

Nero diam mendengarkan, ia tidak ingin melibatkan siapa-siapa dalam masalahnya, namun sekarang Aaron juga ikut terlibat. Hatinya menjadi tidak enak dan pikirannya hanya ingin segera pulang untuk melihat kondisi gadis aneh tadi malam.

"Nanti siang ada pertandingan di dojo klub tekwondo, kenapa kamu tidak ikut saja menonton bersama kami, Nero?" Aaron menyentakkan lamunan Nero.

"Aku dan Nadia juga ikut bertanding," tambah Aaron tersenyum, terselip nada bangga dalam suaranya.

Aaron dan Nadia sama sama anggota klub taekwondo, klub yang sangat bergengsi dan ditakuti. Hal ini juga yang membuat Stella takut kepada Nadia, karena Nadia pemilik sabuk hitam Yi Dan taekwondo, Nero tidak tau Aaron sabuk apa namun ia menebak tidak bisa lebih rendah dari Dan dua Nadia, ia jarang pergi ke aula untuk menonton acara acara seperti itu. Pembagian tingkatan Dan sabuk hitam hanya berlaku di sekolah, jika di luar sekolah seluruhnya hanya tingkat awal sabuk hitam.

"Sayang sekali aku tidak bisa ikut menonton kalian, karena hari ini ada yang harus aku lakukan, lain kali aku pasti akan datang," Nero menolak dengan sopan.

Nadia yang dari tadi diam mengernyit, "Kamu mau kemana?" Ia terlihat agak keberatan Nero tidak ikut menontonnya bertanding. Sebenarnya ia telah berniat mengajak Nero ke aula pertandingan sebelumnya.

"Ada sedikit pekerjaan," kilah Nero.

Nadia merengut kecewa, namun ia tau Nero kadang bekerja sambilan untuk menutupi biayanya sendiri.

Aaron mendesah ringan, diam-diam memperhatikan sikap Nadia dengan beberapa pemikiran.

...

Usai jam sekolah Nero berjalan ke parkiran mengambil sepedanya, hatinya tidak sabar untuk segera sampai dirumah, namun saat menaiki sepedanya ia merasakan ada sesuatu yang salah.

"Aih, sial. Kenapa bannya kempes," Nero mengutuk dalam hati. Menunduk ia memeriksa roda sepedanya, ada irisan panjang merobek di satu bagian, hatinya menjadi masygul, dengan terpaksa ia menggiring sepedanya keluar sekolah.

Nero menggiring sepedanya di jalanan sepi, keringat bercucuran di dahinya. Ia memaksa langkah dan terkadang menutup mulut dengan kerah bajunya ketika satu dua kendaraan yang lewat meninggalkan debu di belakangnya.

Tiba-tiba sebuah mobil land cruiser mendekati dari arah belakang, berhenti tepat disamping Nero yang sedang berjalan dengan sepedanya.

Beberapa anak muda berseragam SMA yang sama dengannya turun dari mobil itu.

Deg...!

Nero merasakan firasat buruk, ia segera menangkap wajah wajah yang dikenalinya. Igor yang kemaren mendorongnya hingga hampir terjengkang di kelas, tak ketinggalan dua tukang pukul nya. Mereka dengan wajah marah mendekati Nero.

Nero melirik ke dalam mobil, ia melihat ada Rizka di dalamnya, matanya teralihkan ketika pintu kiri depan terbuka, sepasang kaki ramping terulur kemudian mengungkap sosok Stella yang melompat keluar, ia langsung mendekati Nero.

"Nero, apa kamu pikir bisa lepas begitu saja setelah mempermalukan ku?" Stella berteriak dengan kedua tangan di pinggangnya.

"Sekarang tanpa gadis itu tidak ada yang akan melindungi mu," geram Stella marah, lalu ia memberi isyarat kepada Igor.

Igor yang berbadan tegap dan tinggi besar segera mendekati, dua temannya segera menutup jalan agar Nero tidak bisa lari, mengepalkan tangan mereka perlahan mendekat.

Nero memandang igor dengan ketakutan, "Apa yang kalian inginkan?" Nero bertanya ketakutan, wajahnya pucat.

Namun kepalan tangan Igor yang besar langsung menghunjam perutnya.

Buughh!!!

Tubuh Nero menjadi bengkok, dipukul di bagian perut seperti itu sungguh sangat menyakitkan, belum pulih dari terkejutnya tiba tiba sebuah tendangan mendarat di bahu kanannya. Nero terlempar jauh sambil melilit menahan sakit diperutnya, lengannya terasa ngilu.

Stella mengawasi dengan mata penuh dendam, rasa sakit ditampar Nadia akhirnya akan terlampiaskan dengan memukuli Nero, tidak ada apa-apa yang bisa dilakukannya kepada Nadia, namun berbeda jika itu hanya Nero.

Nero terbaring ditanah, ia merasakan tubuhnya terasa remuk, Igor dan kedua temannya terus memukul dan menendangnya, bajunya acak-acakan penuh debu, beberapa kancingnya terlepas.

Igor menunduk dan memegang kasar kerah baju Nero, ia menarik hingga tubuh Nero terangkat sedikit.

"Aa.. aku tidak melakukan apa apa kepada kalian..."

Nero berusaha membela diri, bibirnya pecah dan luka-luka, napasnya megap-megap.

"Ada tidaknya kau melakukan apa pun, kami hanya tidak senang melihatmu, pecundang!" teriak Igor.

Nero bergidik, ia tahu Igor mencoba mendekati Rizka, dan nampaknya ia akan melakukan apa saja yang disuruh Rizka untuk membuatnya senang.

"Jangan pukul lagi!" Nero memohon, namun sebuah bogem mentah langsung menghantam pelipis Nero hingga kepalanya menyamping.

Pandangan Nero menjadi kabur, ia memegang pipinya ketika banyak lagi tendangan bertubi-tubi datang menghantam tubuhnya, terbaring lemah dan tendangan tendangan itu masih menghajarnya.

"Cukup...! Apa kalian mau bunuh orang?" Teriak Rizka dari dalam mobil.

Mendengar suara itu para anak laki-laki yang kini terlihat seperti preman itu berhenti. Nero terbaring di tanah tidak bergerak, hanya gerak dadanya yang turun naik menandakan dia masih hidup. Matanya terpejam, pakaian sekolahnya robek dan keadaannya terlihat begitu menyedihkan.

"Ayo cepat pergi sebelum ada yang datang!" teriak Stella mulai cemas. Bergegas semua anak-anak itu berlari masuk kedalam mobil. Melihat keadaan Nero, mereka berpikir ini memang berlebihan.

Land Cruiser itupun meraung dan menjauh dari sana, meninggalkan Nero yang terbaring lemah, sekujur tubuhnya terasa hancur.

Selang beberapa saat seorang pengendara motor melewati tempat itu. Ia terkejut melihat seorang siswa tergolek di pinggir jalan, kondisinya berantakan.

Menepikan motornya ia mendekati.

"Apa yang terjadi padamu?" tanya si pengendara ingin tahu.

Nero ingin menjawab namun bibirnya hanya bergerak, tidak satu pun kata keluar dari mulutnya, napasnya tersengal dan sesak.

Pengendara itu mengambil botol air mineral dari motornya, memberikannya kepada Nero yang segera meminumnya dengan tegukan besar.

"Aku.. aku terjatuh..." jawab Nero meringis menahan sakit ditubuhnya.

Pinggangnya serasa putus, perutnya kram, rusuknya remuk dan pandangannya berkunang kunang. Adalah keajaiban ia tidak pingsan setelah dipukuli sedemikian rupa.

Melihat kondisi Nero yang seperti itu, si pengendara berpikir tidak mungkin untuk meninggalkannya. Ia menawarkan untuk mengantarkan ke rumah, Nero mengangguk, orang itu membantunya berdiri, lalu dengan hati hati membawanya naik keatas motor.

Nero memejamkan mata ketika angin berhembus meniup telinganya diatas motor, ia memegang sepeda BMX nya di tengah antara dirinya dan penolongnya itu.

Aku akan membalaskan nya seratus kali lipat, jeritnya dalam hati, tidak saja hatinya terluka, namun tubuhnya juga dipukuli.

Sakit hati dan amarah membuat dadanya terasa sesak, air mata bergulir di sudut matanya. Kesedihan tak terhingga karena tidak berdaya diperlakukan seperti itu oleh mereka.

Sesampai di rumah mama Nero kaget melihat kondisinya anaknya yang babak belur. Dengan singkat Nero hanya menjelaskan kepada mamanya ia terjatuh dan terluka, Nero merogoh kantong celana dan mengambil uang di sakunya lalu memberikan kepada si pengendara, namun penolongnya itu menolak dengan halus, dan pamit pergi setelah juga menolak ajakan mama Nero untuk masuk rumah terlebih dahulu.

Dengan susah payah Nero masuk kedalam rumah dibantu mamanya, terus ke kamar dan berbaring di tempat tidur. Mamanya terlihat sangat khawatir saat mengompres badannya yang hitam dan biru.

Ia melihat air mata menggenang di sudut mata mama, hatinya menjadi sangat sakit. Ia sangat menyayangi mama nya, satu-satunya orang yang begitu sangat dekat dengan dirinya. Kemarahan kepada mereka yang memukulinya menyeruak hebat didalam hatinya hingga ia menjadi tersengal.

...

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 Bab 138
139 Bab 139
140 Bab 140
Episodes

Updated 140 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
Bab 138
139
Bab 139
140
Bab 140

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!