Part 2

Setelah suamiku berangkat aku masuk ke dalam kamar, dan bersiap untuk tidur.

Saat aku tidur, tiba-tiba aku merasakan pahaku seperti ada yang menggerayangi, aku

segera terbangun dan membuka mataku lebar-lebar.

Hampir saja aku menjerit sekuat tenaga begitu melihat orang yang sedang menggeluti

tubuhku, ternyata dia adalah ayah mertuaku sendiri. Melihat aku terbangun, pak Hendra berkata.

"Maafkan ayah Nak," ucap beliau sambil beranjak dan pergi keluar dari kamarku.

Setelah ayah mertuaku pergi aku tertegun dan melamun.

"Apa yang di lakukan ayah mertuaku saat aku tidur, kenapa ayah mertuaku sikapnya

berbeda." Gumam ku dalam hati.

Keesokan harinya, ayah mertuaku menghampiriku saat aku memasak di dapur.

"Nak Tuti, maafkan kejadian semalam, ayah minta maaf, Jangan ceritakan kepada siapa-

siapa ya, ayah janji tidak akan mengulanginya lagi," kata ayah mertuaku.

"Iya, Yah," jawabku sambil terus memasak.

Aku sebenarnya ingin menceritakan kejadian semalam kepada suamiku, tapi aku

urungkan, aku tidak mau terjadi apa-apa dengan suami dan ayah mertuaku, aku takut

hubungan mereka jadi renggang karena kejadian itu.

Hampir 3 bulan pak Hendra sudah tidak menggangguku lagi, sikapnya sudah biasa, sama seperti saat aku baru tinggal di rumahnya. Mungkin beliau takut aku menceritakannya kepada suami atau kepada Ibu mertuaku.

...🍄🍄🍄...

Sampai pada suatu ketika, sekitar pukul 21.00 WIB. Tepatnya malam Minggu, suamiku berpamitan untuk pergi. Karena setiap malam Minggu, suamiku memang rutin nongkrong sambil ngopi bersama teman-temannya, biasanya sampai pagi baru pulang.

Saat aku sedang duduk di kursi ruang tamu, suamiku menghampiriku.

"Aku mau ngopi dulu ya, Dik," ujar suamiku berpamitan kepadaku sambil memakai

jaketnya.

"Iya, mas," jawabku melihat ke arah mas Sugeng yang berdiri di hadapanku.

Setelah suamiku berangkat, aku masuk ke kamar untuk bersiap untuk tidur.

Kebetulan aku tidak menutup pintu kamarku, aku pikir ayah mertuaku sudah tidak akan

masuk ke kamarku lagi.

Tapi dugaan ku salah, saat aku terlelap tidur, ayah mertuaku diam-diam masuk ke dalam

kamarku.

Aku kaget saat beliau menggerayangi tubuhku. Melihat aku terbangun, ayah mertuaku hanya tersenyum. Terus saja beliau melanjutkan, sementara daster ku sudah terangkat.

"Ayah, jangan, Yah!" seruku dengan suara tertahan, karena takut terdengar oleh Ibu

mertuaku.

"Maafkan ayah Nak," ucap beliau dengan tatapan tajam ke arahku.

"Ayah tidak boleh begitu, cepat keluar, Tuti mohon," pintaku sedikit mengiba.

Karena aku melihat tatapan mata ayah mertuaku demikian liar, sambil tangannya tak

berhenti menggerayangi ke sekujur tubuhku.

Aku mencoba menggeliat bangun dan buru-buru menurunkan daster untuk menutupi pahaku, aku menjauh dan mepet ke ujung ranjang.

Akan tetapi ayah mertuaku makin mendesak maju menghampiriku dan duduk persis di pangkuan ku. Tubuhnya mepet kepadaku, aku semakin ketakutan.

"Kamu tidak kasihan melihat ayah seperti ini? ayolah Nak, ibumu sudah

tidak mau ayah ajak," desaknya.

"Tuti menantu Ayah, istri mas Sugeng Yah," ucapku mencoba menyadarkan ayah mertuaku.

Aku mencoba menghindar, tapi sudah tidak ada lagi ruang gerak bagiku di sudut tempat ranjang. Ketika aku tatap wajah ayah mertuaku, aku melihat wajahnya yang

nampak nya makin merah karena telah dipenuhi nafsu birahi.

Aku tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk menurunkan hasrat birahi ayah mertuaku yang kelihatan sudah sangat menggebu.

Melihat caranya, aku sadar ayah mertuaku akan berbuat apa pun agar maksudnya kesampaian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!