"Trapped In Another Word"
Permulaan
cerita ini dimulai di tempat yang terlihat aneh dan gelap
Tempat itu begitu luas hingga batasnya tak terlihat, seakan membentang tanpa ujung di tengah kegelapan yang pekat. Cahaya pun enggan singgah, menyisakan bayangan samar yang bergetar di kejauhan, seolah sesuatu bersembunyi di antara kelam yang tak terjamah. Suasana di sana hampa, sunyi, namun terasa ada yang mengintai di balik kesunyian itu.
Elena
"aa kepala ku sakit"
Eleng tersadar dari pingsannya dengan napas tersengal, rasa nyeri berdenyut di kepalanya saat tangannya refleks meraba pelipisnya. Pandangannya masih buram, dan tubuhnya terasa berat seolah baru saja terhempas dari tempat yang tinggi. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba memahami di mana dirinya berada, tetapi yang terlihat hanyalah kegelapan yang seakan menelannya bulat-bulat.
Tiba-tiba, suara seseorang menggema di seluruh ruangan, dalam nada yang datar namun mengandung ketegasan yang menggetarkan. Di saat yang bersamaan, lampu-lampu di langit-langit menyala satu per satu, menciptakan sorotan terang yang menusuk kegelapan.
Elena mengerjapkan matanya, terkejut dengan apa yang kini terpampang di hadapannya. Ia dan enam orang lainnya berada dalam kurungan kaca masing-masing terjebak dalam satu sel transparan yang terlihat begitu kokoh. Dinding kacanya begitu bersih dan mengilap hingga refleksi wajah mereka sendiri terlihat jelas di permukaannya. Napas Elena memburu, kepalanya masih berdenyut, tetapi satu hal yang pasti ini bukan tempat yang ia kenal, dan ia tidak sendirian.
????
Aku adalah pemilik tempat ini, apa kalian menyukainya?
Suara orang itu kembali menggema di seluruh ruangan, tajam dan menusuk, membawa ketegasan yang tak terbantahkan. Dingin, tanpa emosi, dan begitu mendominasi hingga seakan memenuhi setiap sudut ruang, menekan siapa pun yang mendengarnya. Setiap kata yang diucapkan mengandung kekuatan yang tak terlihat, membuat Elena dan yang lainnya merasakan ketidakberdayaan, seolah mereka hanyalah pion dalam permainan yang belum mereka pahami.
Beberapa dari mereka membuka mulut lebar-lebar, panik dan berusaha berteriak, tetapi tak ada satu pun suara yang keluar. Bibir mereka bergerak, wajah mereka menunjukkan ketakutan dan keputusasaan, namun kurungan kaca itu menelan setiap suara, menciptakan keheningan yang mencekam.
Elena merasakan jantungnya berdegup semakin kencang. Ia sendiri ingin berteriak, ingin menuntut jawaban, tetapi sesuatu dalam dirinya mengatakan itu sia-sia. Kurungan ini bukan sekadar perangkap fisik—ini juga penjara bagi suara, bagi harapan.
Novi
Lepaskan.....tolong lepaskan aku.... hiks... hiks....
Beberapa diantara mereka menangis terlihat frustasi, kebingungan dan kehilangan harapan
????
Akan aku katakan kenapa kalian ada disini
????
kalian ada disini untuk aku kirim ke dunia lain
orang-orang mulai kebingungan
Henri
hah dunia lain, apa maksudnya itu
Aiden
Huamm... membosankan
Novi
aku tidak mau tolong lepaskan aku...
Mia
Apa-apaan itu, cih menyebalkan sekali
Laura
Dunia lain? sepertinya itu tempat yang menarik
Comments