Suasana yang kini dirasakan Doris benar-benar sangat menegangkan, berbeda dengan Houdynn yang kini dirasakannya adalah semakin bertanya-tanya, dan dia kini telah sampai di rumah ayah Doris, karena kini yang ada di benaknya, Doris hanya duduk terdiam membelalakkan kedua matanya. Dan hal itu memang benar adanya.
Lama Doris terdiam dalam kekosongan, pikirannya begitu kalut hingga tak tahu harus memikirkan apa lagi. Tak lagi pula dia ingin memutar memori masa lalu. Pikirannya benar-benar kalut, dan lamunannya hanyalah lamunan kosong tanpa arah.
"Adakah yang bernama Doris??"
Tiba-tiba terdengar pertanyaan dari seorang Dokter yang tengah memeriksa keadaan Uzda, dan kini Dokter itu berdiri menoleh kanan kiri di depan pintu ruangan Uzda dirawat, mencari sosok Doris.
Sedangkan seketika itu Doris begitu tersentak, dia langsung berdiri dari duduknya. Dan menatap Dokter itu,
"Saya, Dok!" jawab Doris.
Lalu Dokter itu pun mengedipkan mata dan mengisyaratkan kepada Doris dengan tangannya, sehingga Doris pun langsung berjalan mendekati Dokter itu.
"Dia terus menyebut-nyebut nama Doris, dan saya telah benar-benar berusaha semaksimal mungkin...." dan tiba-tiba Dokter itu menelungkupkan kedua tangannya membuat semua orang yang ada disana pun langsung ikut menoleh, terkejut dengan apa yang Dokter itu lakukan. Dan seketika pula Doris begitu khawatir, pintu pun langsung dibukanya. Dan saat itu pula Dokter melanjutkan kata-katanya.
"Kini dia masih koma ..dan satu-satunya jalan adalah dengan izinNya...."
Yang seketika membuat Doris menghentikan langkah, dan langsung menoleh pada Dokter itu dengan menatap sayu.
"Mungkin dengan menghadirkan orang yang selalu disebut dalam ketidaksadarannya... Itu akan sedikit membantu...." ucap Dokter. Sambil menurunkan kedua tangannya. Setelah itu berlalu dari hadapan Doris.
Sedangkan Doris dengan sejuta keterkejutannya, yang disisi lain sedih melihat Uzda, tapi disisi lain dia begitu kagum dengan ucapan Dokter itu.
Dan tanpa membuang-buang waktu lagi, setelah itu pun Doris langsung berlari mendekati tempat pembaringan Uzda. Mencoba mendekat, sedekat mungkin.
Namun tiba-tiba...
"Em...Doris ...Doris...." Uzda memanggil manggil namanya tiada henti. Dan Doris semakin dibuat khawatir yang teramat sangat. Dia menjadi serba salah, tak tahu harus berbuat apa.
Namun tiba-tiba pula, perlahan dia raih jemari Uzda, menggenggam telapak tangan Uzda dengan sejuta kelembutan. Meski disisi lain dia tak ingin menyentuh Uzda, dia masih belum halal baginya, tapi demi keselamatan Uzda, terpaksa dia melakukannya, dan meski saat itu pula dia semakin merasakan kekhawatiran.
Doris pun mencoba menenangkan Uzda yang terus saja memanggil namanya. "Aku ada disini. . Aku ada disini, disampingmu, Uzda ..." ucapnya begitu lirihnya, tepat di telinga kanan Uzda.
Disaat yang bersamaan, Uzda mulai tenang Doris pun merasa sedikit tenang. Namun tepat saat Doris menidurkan kepalanya ditempat Uzda berbaring. Tiba-tiba tangan kanan Uzda bergerak.
Dan seketika Doris pun terkejut. Saat dia lihat Uzda, kedua matanya langsung berbinar. Karena kini yang dilihatnya, Uzda sedang membuka perlahan kedua matanya.
Doris langsung mendekati Uzda, dan perlahan tangannya bergerak menyentuh kelopak mata Uzda. Ingin sekali rasanya dia menciumi kedua mata itu, yang sekian lama tak dia temukan pengganti keindahan kedua mata itu, selama dia tahu bahwa pemiliknya menghilang lagi.
Sedangkan Uzda, dia berusaha melihati sekitarnya. Yang saat dia awal membuka kedua mata, sekitarnya terlihat begitu nanar, tidak jelas. Namun saat ada jemari yang menyentuh kelopak matanya, seketika itu tatapannya beralih pada siapa gerangan yang telah menyentuh kelopak matanya.
Dan saat tatapannya tepat, bibirnya langsung bergerak. Perlahan dia berucap lirih, "Do...ris?...." memanggil nama seseorang yang kini berada begitu dekat dengannya, seseorang yang tak asing lagi untuk tatapan kedua matanya, seseorang yang telah menjadi penyebab kecelakaan yang dialaminya.
Saat itu pula, Doris langsung menarik kursi yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri, lalu dia duduki. Dimana membuatnya berada semakin dekat dengan Uzda yang sedang terbaring tak berdaya. Dan tangannya seketika langsung ditariknya, saat tahu Uzda terus menatapnya. Namun Doris tetap tersenyum.
Dan setelah lama keduanya saling terdiam, tiba-tiba secara bersamaan keduanya pun berkata.
"Kemana kau selama ini....?"
"Kemana kau selama ini ....?"
Seketika membuat keduanya tersipu dan langsung menundukkan pandangan.
Tapi Doris setelah itu berkata, "Apakah kau membenciku?" Sedangkan Uzda mendengar pertanyaan Doris, seketika dia begitu terkejut, dan kepala terasa akan pecah.
"Apa maksudmu bertanya seperti itu?" akhirnya Uzda bertanya.
Tapi Doris semakin menekan pertanyaannya, "Kalau tidak, mengapa kau harus menghilang lagi, Uzda?!"
Dan seketika itu, setelah mendengar ucapan Doris, Uzda langsung bernapas naik turun tak menentu, dia merasa begitu sulit untuk bernapas. Dan disaat yang bersamaan, kekhawatiran kembali menyelimuti Doris, karena kini yang dilihatnya Uzda bernapas dan membelalakkan kedua matanya.
Tapi Doris tetap merasa itu semua hanya sejenak, dalam hati dia terus berkata, "Uzda pasti baik-baik saja...." dan untuk menghilangkan kekhawatirannya, Doris mengulangi pertanyaannya, "Mengapa, Uzda?"
Dan beberapa detik kemudian, setelah Doris bertanya untuk yang kedua kalinya, Uzda kembali pulih. Dia kembali bernapas teratur. Dan saat itu pula, perlahan dia tatap Doris, kini bibirnya mulai bergerak.
"Bila kau kini bertanya mengapa ..." sambil menarik lembur napasnya yang masih sedikit merasakan sesak.
"Aku pun akan bertanya mengapa..." Uzda kembali berhenti sejenak. Dia membalikkan tubuh membelakangi Doris. Lalu melanjutkan.
"Dan.... kamu telah salah besar bila bertanya seperti itu padaku, bertanya tentang menghilangnya aku...."
Uzda menarik napas panjang, menghembuskan paksa, lalu melanjutkan, "Kini aku yang bertanya, mengapa juga kau menghilang dahulu? padahal baru paginya kita bertemu....."
Tiba-tiba terdengar Isak tangis oleh Doris, dan semakin tersedu saat Uzda berkata, "Tak tahukah kau, aku seolah kau permainkan, apakah kau sengaja?"
Uzda semakin tersedu, "Sengaja membalaskan dendam karena sebelumnya aku pernah meninggalkanmu..." Uzda semakin merasa tak sanggup lagi bernapas. Dia tetap membelakangi Doris. Lalu Uzda melanjutkan.
"Bukankah setiap menghilangnya aku selalu ada alasannya? Sedangkan kamu." dan kini Uzda benar-benar merasakan sesak, tak sanggup lagi melanjutkan kata-katanya.
Dan bersamaan dengan itu air mata Doris kini jatuh di pipinya. Mengalir lembut membasahi pipi. Dan saat perlahan tangannya bergerak ingin menyentuh pundak Uzda, mencoba menghibur. Tiba-tiba Uzda semakin tersedu. Membuat Doris seketika mengurungkan niatnya. Sedangkan Doris semakin tak sanggup mendengar Isak tangis kekasihnya itu. Dia pun cepat menyekahi air matanya. Dan mulai bercerita, setelah menarik napas dalam-dalam.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Sholahuddin Bara
sangat bagus author👍
2025-03-15
0
𝑩𝒆𝒓𝒍𝒊𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒓𝒎𝒂𝒕𝒂
lanjut author 👍🏻👍🏻👍🏻😊
2025-03-12
0