BAB 4: Maafkan Aku

"Udahlah, cukup! Gue bosen!!"

Suara Arka menggema di sana , penuh dengan kebosanan. Setelah semua yang Raya alami bersama para kakak kelasnya itu, akhirnya bully-an yang ia terima berakhir. Entah apa yang telah Raya lakukan hingga mereka melakukannya padanya. Padahal, dia tidak pernah mencari masalah sama sekali.

"Gue juga bosen!!" sahut seorang pria yang ikut-ikutan membuli Raya, Arif. Wajahnya yang biasa santai kini terlihat jenuh.

"Huh, sama gue juga! Kenapa sih cewek bodoh ini gak pernah ngelawan? Gila, setakut itu ya sama kita?" celetuk seorang wanita yang ada di circle mereka, namanya Anna, dengan nada kasar.

"Apa salahku, Kak? Kalau aku ada salah, tolong maafkan aku. Aku nggak tau dimana letak kesalahanku, tapi tolong maafkan aku. Aku udah nggak kuat..." ujar Raya dengan suara lemah, matanya yang memerah mencoba untuk menahan air mata. Dia sudah pasrah, tak ada lagi yang bisa dilakukan.

"Ahhh... dasar cewek bego!" umpatan keras terdengar dari pria yang sejak tadi cuma nonton, tidak ikut campur. Dia menatap Raya dengan jijik.

"Kenapa, Ar?" tanya Anna, yang mendengar sahabatnya mengumpat.

"Jangan ganggu cewek bodoh ini lagi, percuma buang-buang waktu aja. Mending kita cari orang lain buat diajak bersenang-senang," jawab Arka, dengan nada datar sambil melirik Raya yang masih terduduk lemas di lantai kasar, roof top tersebut.

"Eh, Arka, kenapa lo tiba-tiba ngomong kayak gitu? Biasanya lo nggak pernah kayak gini sama kita. Dia tuh cukup menarik buat jadi mainan kita, kenapa tiba-tiba lo jadi kayak gini? Lo nggak bisa seenaknya lepasin dia cuma karena lo nggak suka!" protes wanita itu, yang jelas tidak terima dengan keputusan Arka.

"Disini gue yang jadi ketua. Apa yang udah gue putusin, mau atau nggak, kalian harus terima!" Arka berkata dengan tegas, matanya melotot ke arah Anna dan yang lainnya.

"Alasannya apa, bro? Lo ketua, gue tau, tapi ini nggak kayak lo biasanya. Kita selalu ngikutin prinsip kita: yang udah kita targetin, ya harus selesai. Tapi kenapa lo tiba-tiba jadi lembek kayak gini?" tanya Arif, merasa bingung dengan perubahan sikap Arka yang tiba-tiba berubah 180 derajat.

"Dia bukan mainan yang cocok, Arif," { Arka menjawab dengan nada agak jengkel } "Kita butuh kesenangan, bukan cewek lembek kayak dia. Cari aja mahasiswa lain yang bisa kita jadikan mainan, tapi bukan dia," tambah Arka sambil menunjuk Raya yang masih terkulai di lantai.

"Jangan gitu juga! Kita harus nyelesain ini, bro. Nggak bisa gitu aja!" sahut Arif, yang mulai tidak terima dengan keputusan Arka.

"Bisa nggak sih kalian denger dan hargai keputusan gue?! Bisa nggak?!" Arka mulai kesal, suara tingginya makin jelas terdengar. Dia bahkan dia tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba jadi ingin berhenti dengan semua ini. Dulu dia tidak pernah peduli pada siapa pun, tapi sekarang... entah kenapa dia jadi ingin berhenti , ada rasa iba yang tiba-tiba muncul dalam hati nya.

"Ok, fine, Ar," {Anna akhirnya mengalah, meskipun wajahnya masih terlihat tidak puas} "Tapi gimana kalau dia ngelaporin ini ke pihak kampus? Apa lo nggak mikirin risiko buat keluarga kita? Selama ini, kita nggak pernah ketahuan sama siapa pun, karena kita beresin semua yang udah kita mainin. Tapi dia? Lo malah bebaskan dia dalam kondisi kayak gini! Lo nggak mikir panjang, Ar?!" teriak Anna, suara marahnya makin nyaring.

"Siapa bilang gue bakal lepasin dia gitu aja?" ujar Arka, yang langsung membuat semua orang di sana bingung dengan ucapannya.

"Maksud lo apa sih, Ar? Tadi lo sendiri yang bilang kalau kita harus lepasin cewek itu, dan sekarang lo bilang nggak bakal lepasin dia?!" ujar Arif, yang juga dibuat nggak mengerti.

"Maksud gue, kita lepasin dia, stop nyiksa dia, tapi bukan berarti kita harus biarin dia buka mulut ke orang lain," ujar Arka tegas.

"Maksud lo apa? Kita bikin dia bisu gitu?" tanya Citra, yang sedari tadi hanya diam dan memperhatikan perdebatan teman-temannya.

"Jangan berbelit-belit, Ar." Sambung citra, kesal dengan ucapan Arka yang terkesan sangat berbelit belit.

"Jadikan dia bagian dari kita. Biarin dia jadi pelayan di antara kita. Kalau kita lakukan itu, rahasia kita aman, dan kita punya pelayan baru tanpa harus bayar," ujar Arka, sambil melirik sekilas ke arah Raya yang masih terduduk lemas di lantai.

"Pelayan? Tapi apa lo yakin dia bisa tutup mulut?" tanya Arif, masih berdiri dan menentang ucapan Arka.

"Gue sendiri yang akan bunuh dia kalau sampai berani main-main sama kita," jawab Arka dengan nada serius, membuat suasana semakin mencekam.

"Hemm... gue setuju kalau gitu sama usulannya Arka," {ujar Anna yang akhirnya menimpali} "Itung-itung cari orang yang bisa disuruh-suruh, plus kita bisa awasi dia supaya nggak macam-macam." Lanjut Anna.

"Ok lah, gue setuju. Anggap aja kita beruntung, karena sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui," ujar Arif, yang tadinya ngotot, akhirnya diam juga setelah mendengar usulan itu.

"Oke, gue juga setuju," ujar Citra, yang sedari tadi diam, akhirnya memberikan persetujuannya juga. Arka tersenyum tipis, hampir tak terlihat. Dia langsung berkata dengan nada dingin, menghadap ke arah Raya.

"Lo denger?! Mulai sekarang, lo budak kita, dan lo harus patuh pada tuan dan nyonya lo. Sekali aja lo melakukan kesalahan, akibatnya mungkin nggak bakal lo bayangin," ujar Arka dengan suara datar, namun penuh ancaman.

Raya hanya mengangguk pasrah, tak mengucapkan sepatah kata pun. Semua yang dia rasakan sekarang hanya rasa sakit yang menyeluruh di tubuhnya, ditambah lagi tenggorokannya terasa seperti tercekat. Dia merasa sangat beruntung karena masih diberikan kesempatan, meskipun dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya ke depannya.

"Lo boleh pergi, dan ingat, jangan macam-macam. Pulang sekolah, temui kita di belakang kampus. Kita nggak terima alasan keterlambatan," ujar Arka lagi dengan nada dingin.

Raya sekali lagi hanya bisa mengangguk, mengiyakan apa yang baru saja dikatakan oleh Arka. Seluruh tubuhnya terasa lemas dan sakit, langkahnya terseok-seok saat ia beranjak dari tempat itu. Dengan susah payah, dia meninggalkan atap bangunan kampus, berusaha menahan air mata yang ingin tumpah, meskipun setiap langkahnya terasa seperti beban yang semakin berat.

Raya langsung berjalan menuju toilet untuk merapikan penampilannya. Dia sudah yakin kalau kelasnya sudah dimulai. Karena ulah para kakak tingkatnya itu, dia harus terlambat, padahal dari pagi dia sudah berusaha datang lebih awal demi kelas yang sangat dia harapkan ini. Namun, semua itu harus gagal karena mereka.

"Yatuhan..." ungkap Raya, merasa sangat sedih dengan keadaannya sekarang. Penampilannya berantakan tak karuan, dengan sudut bibir yang terluka akibat tamparan para kakak kelasnya. Padahal, tadi pagi, dia juga sudah menerima tamparan dari sang ibu. Seolah-olah dunia belum puas menghukumnya, kini dia kembali mendapat cobaan, bahkan tanpa tahu apa kesalahan yang telah dia perbuat.

"Sekarang aku harus bagaimana? Bajuku sudah kotor seperti ini, penampilanku juga tidak jelas. Dan yang paling penting, aku pasti sudah terlambat untuk masuk kelas. Ini sudah siang..." ujar Raya lirih, sambil menatap pantulan wajahnya di cermin wastafel di hadapannya. Begitu menyedihkan, begitulah gambaran tentang kondisi Raya saat ini.

"Tunggu dulu, ganti baju lo dan ikut sama gue!!" tiba-tiba, suara Arka terdengar di belakang Raya. Raya yang mendengarnya langsung berbalik.

"Ka...mu..." ujar Raya, terkejut melihat pria yang ada di belakangnya.

"Jangan banyak bicara, cepat ganti baju," ujar Arka, sembari melemparkan sebuah paper bag ke arah Raya. Raya dengan sigap menangkap paper bag tersebut, lalu kembali menatap Arka.

"Turunkan pandangan lo dari gue," ujar Arka dingin.

"Ya, maafkan aku, Kak," ujar Raya, yang langsung berlalu pergi ke dalam toilet untuk mengganti pakaian dengan yang diberikan Arka.

Entah apa yang membuat hati Arka tiba-tiba tergerak untuk membantu Raya. Sejak pertama kali melihat wajah Raya yang terkulai lemas, dia merasa iba, seolah-olah dia sedang melihat seseorang yang pernah dia kenal, padahal mereka tidak pernah bertemu sebelumnya.

Itulah sebabnya, saat pertama kali melihat Raya, dia sempat terdiam sejenak. Setelah itu, dia memutuskan untuk membantu Raya dengan alasan menjadikannya sebagai pelayan mereka. Padahal, sebelumnya mereka tidak pernah melepaskan orang yang sudah mereka bully, kecuali orang itu meninggal dunia atau terluka parah. Namun, hal itu tidak berlaku untuk Raya, yang menyebabkan perdebatan di antara teman-temannya. Terdengar seperti pembunuhan berencana, bukan? Tapi begitulah kenyataannya.

Beruntungnya, semuanya sudah diatasi, dan kini semuanya baik-baik saja.

Beberapa menit kemudian, Raya keluar dengan penampilan yang sudah sedikit lebih rapi daripada sebelumnya. Arka yang melihatnya sedikit terkejut. Penampilan Raya terlihat begitu menawan dengan pakaian sederhana yang dia berikan.

"Cantik..." gumam Arka pelan.

"Hah...?" ujar Raya, yang ingin memastikan apa yang baru saja dia dengar. Arka yang mendengar hal itu langsung mengalihkan pembicaraan, takut jika Raya akan mendengar apa yang dia ucapkan barusan.

"Cepet bersihin muka lo, jangan banyak bicara!!" ujar Arka dingin.

Raya tanpa menunggu ucapan Arka selanjutnya langsung mencuci wajahnya. Sesekali, dia meringis saat air itu menyentuh luka di wajahnya. Namun, jika dibandingkan dengan penderitaannya, luka itu seakan tidak terasa apa-apa. Oleh karena itu, dia tidak melawan saat diperlakukan sekejam itu oleh para kakak tingkatnya.

"Sudah, Kak," ujar Raya, sembari menatap Arka yang diam mematung, menatapnya.

"Kak..." ujar Raya lagi, yang kali ini berhasil membuat Arka tersadar.

"Lama sekali... Ayo, ikuti gue, lo mau masuk kelas kan?" ujar Arka yang tiba-tiba menuntun tangan Raya menuju ruang kelasnya. Tak ada yang Raya ucapkan selama perjalanan menuju kelas. Tiga menit kemudian, mereka sampai di ruang kelas Raya.

"Lo ingat... Jangan ngelakuin hal bodoh. Lo bisa masuk tanpa hambatan hari ini karena gue. Gue udah urus semuanya. Kalau lo mau baik-baik saja, ikuti perintah kami. Kalau lo berani macam-macam, gue nggak segan-segan buat bunuh lo seperti yang lain. LO PAHAM MAKSUD GUE?!" ujar Arka, dengan penekanan di setiap kata.

"Iya..." ujar Raya, mengangguk mengiyakan ucapan kakak tingkatnya itu.

"Yaudah, lo masuk sana. Ingat, pulang sekolah di belakang kampus," ujar Arka, sebelum berlalu pergi meninggalkan Raya di ambang pintu.

Raya masuk sesuai perintah Arka, dan benar saja, dosen yang biasanya kasar padanya tiba-tiba malah tersenyum ramah saat melihatnya datang kesiangan.

"Maaf, Pak, saya terlambat," ujar Raya sambil menunduk.

Hal yang tidak lazim terjadi biasanya, malah terjadi hari ini. Dosen yang biasanya akan mengomel dan mengumpatnya dengan kata-kata kasar, kali ini hanya tersenyum sambil berkata.

"Tidak apa-apa. Duduklah, kamu sudah tertinggal setengah penjelasan saya."

Setelah mendapat persetujuan dari dosen tersebut, Raya langsung mengambil tempat duduk di kursinya, dan mulai mendengarkan dengan teliti penjelasan dari dosennya. Dia tahu semua yang terjadi pasti sudah diatur oleh Arka, karena dia tahu pria itu punya koneksi.

Episodes
1 BAB 1: PROLOG
2 BAB 2: Raden Ryan Andriano Eza Sudradjat
3 BAB 3: Bullying
4 BAB 4: Maafkan Aku
5 BAB 5: Tidak ada pilihan
6 BAB 6: Tidak di anggap
7 BAB 7: Sakit kak (Arka)
8 BAB 8: Villa Pribadi
9 BAB 9: Tawaran Arka
10 BAB 10: Wanita murahan
11 BAB 11: Raya pingsan
12 BAB 12: Nyonya Sudradjat.
13 BAB 13: Aku Bukan Pelacur
14 BAB 14: Kau Jahat Kak (Arka)
15 BAB 15: Di bawa Kemana?
16 BAB 16: Pertemuan
17 BAB 17: Sikap Nekat Arka
18 BAB 18: Menurut &Pertunangan
19 BAB 19: Tuan Muda Sudradjat
20 BAB 20: Pertemuan ke-dua
21 BAB 21: Flashback Malam itu.
22 BAB 22: Sahabat baru
23 BAB 23:Arka atau Ryan?
24 BAB 24: Pertunangan Ryan & Raya
25 BAB 25: Kontrak pernikahan
26 BAB 26: Semakin Rumit
27 BAB 27: Rumah sakit
28 BAB 28: Menjadi sahabat
29 BAB 29: Pengakuan
30 BAB 30: Kekecewaan Liu
31 BAB 31: Di jemput Ryan
32 BAB 32: Hukuman
33 BAB 33: Pembahasan Ringan
34 BAB 34: Kebahagiaan kecil
35 BAB 35: Di jemput Liu
36 BAB 36: Serumah
37 BAB 37: Fitting Gaun Pengantin
38 BAB 38: Olivia Aylint
39 BAB 39: Kebohongan Ryan
40 BAB 40: Drama Ryan
41 BAB 41: The wedding \1 (Keluarga)
42 BAB 42: The wedding \2 (Sah)
43 BAB 43: Kontrak pernikahan
44 BAB 44: Keluarga harmonis
45 BAB 45: Sebuah mimpi
46 BAB 46: Arka Dan Raya
47 BAB 47: Sehina itukah aku di matamu?
48 BAB 48: Lupakan saja
49 BAB 49: Kunjungan mertua
50 BAB 50: Tiket pesawat.
51 BAB 51: Makan Malam Bersama.
52 BAB 52: Aku tidak mencuri
53 BAB 53: Kenyataan
54 BAB 54: Sebatas iba
55 BAB 55: Pekerjaan bunuh diri
56 BAB 56: Kemarahan Ryan
57 BAB 57: Kembali ke jakarta
58 Bab 58: Cinta yang terlambat
59 BAB 60: Dunia dan orang berkuasa
60 BAB 61: Ryan dan citra
61 BAB 61: Mimpi itu
62 BAB 62: Sebuah janji
63 BAB 63: Di permalukan
64 BAB 64: Sebuah setatus
Episodes

Updated 64 Episodes

1
BAB 1: PROLOG
2
BAB 2: Raden Ryan Andriano Eza Sudradjat
3
BAB 3: Bullying
4
BAB 4: Maafkan Aku
5
BAB 5: Tidak ada pilihan
6
BAB 6: Tidak di anggap
7
BAB 7: Sakit kak (Arka)
8
BAB 8: Villa Pribadi
9
BAB 9: Tawaran Arka
10
BAB 10: Wanita murahan
11
BAB 11: Raya pingsan
12
BAB 12: Nyonya Sudradjat.
13
BAB 13: Aku Bukan Pelacur
14
BAB 14: Kau Jahat Kak (Arka)
15
BAB 15: Di bawa Kemana?
16
BAB 16: Pertemuan
17
BAB 17: Sikap Nekat Arka
18
BAB 18: Menurut &Pertunangan
19
BAB 19: Tuan Muda Sudradjat
20
BAB 20: Pertemuan ke-dua
21
BAB 21: Flashback Malam itu.
22
BAB 22: Sahabat baru
23
BAB 23:Arka atau Ryan?
24
BAB 24: Pertunangan Ryan & Raya
25
BAB 25: Kontrak pernikahan
26
BAB 26: Semakin Rumit
27
BAB 27: Rumah sakit
28
BAB 28: Menjadi sahabat
29
BAB 29: Pengakuan
30
BAB 30: Kekecewaan Liu
31
BAB 31: Di jemput Ryan
32
BAB 32: Hukuman
33
BAB 33: Pembahasan Ringan
34
BAB 34: Kebahagiaan kecil
35
BAB 35: Di jemput Liu
36
BAB 36: Serumah
37
BAB 37: Fitting Gaun Pengantin
38
BAB 38: Olivia Aylint
39
BAB 39: Kebohongan Ryan
40
BAB 40: Drama Ryan
41
BAB 41: The wedding \1 (Keluarga)
42
BAB 42: The wedding \2 (Sah)
43
BAB 43: Kontrak pernikahan
44
BAB 44: Keluarga harmonis
45
BAB 45: Sebuah mimpi
46
BAB 46: Arka Dan Raya
47
BAB 47: Sehina itukah aku di matamu?
48
BAB 48: Lupakan saja
49
BAB 49: Kunjungan mertua
50
BAB 50: Tiket pesawat.
51
BAB 51: Makan Malam Bersama.
52
BAB 52: Aku tidak mencuri
53
BAB 53: Kenyataan
54
BAB 54: Sebatas iba
55
BAB 55: Pekerjaan bunuh diri
56
BAB 56: Kemarahan Ryan
57
BAB 57: Kembali ke jakarta
58
Bab 58: Cinta yang terlambat
59
BAB 60: Dunia dan orang berkuasa
60
BAB 61: Ryan dan citra
61
BAB 61: Mimpi itu
62
BAB 62: Sebuah janji
63
BAB 63: Di permalukan
64
BAB 64: Sebuah setatus

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!