Part 4

Dengan sangat terpaksa Meisya beranjak bangun dari tempat tidur untuk menunju ke meja rias. Selama menikah dengan Edo, ia tidak memiliki banyak keberanian untuk melawan keluarga Edo. Secara dari kecil Meisya hanya hidup sederhana. Bahkan hidup nya pun susah, jangankan untuk sekolah, untuk makan sehari-hari saja keluarga Meisya sangat kesulitan. Ayahnya kini sudah pergi dari dia usia 15 tahun karena menikah dengan orang lain dan tidak bertanggung jawab terhadap keluarganya. Sedangkan sang ibu hanya pekerja sebagai buruh cuci baju di rumah yang mungkin penghasilannya hanya cukup untuk makan ber empat, yaitu Meisya, ibunya, adik perempuan, dan kakeknya saja.

Meisya sempat menempuh pendidikan hingga SMP, namun di pertengahan kelas dua dia harus merelakan sekolah nya tersebut karena kendala ekonomi. Selama putus sekolah Meisya memutuskan untuk membantu keluarganya mencari nafkah. Meisya adalah anak yang cantik dan cerdas, bahkan dari sekolah dasar pun ia selalu mendapat juara kelas.

Selama 3 tahun Meisya membantu kakeknya berkebun, dan juga membantu pekerjaan sang ibu. Apapun Meisya lakukan demi keluarganya bisa bertahan hidup dari kerasnya dunia. Apapun Meisya lakukan demi keluarganya dan adik nya yang waktu itu masih berusia 10 tahun. Meisya tidak mau nasib adiknya seperti dirinya yang harus putus sekolah dan ikut merasakan kerasnya mencari uang di desa. Meisya ingin sang adik yang bernama Ainun bisa hidup lebih baik darinya, bisa sekolah hingga perguruan tinggi dan kelak mendapatkan pekerjaan yang baik dan enak.

Setelah usia Meisya menginjak 17 tahun, Meisya pun memutuskan untuk mengubah hidupnya untuk bekerja di kota, tepatnya di Jakarta, kota yang selalu ramai dan banyak penduduknya. Meisya berkeinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di kota dan mendapatkan penghasilan yang lebih dari pada dia hidup di desa. Apa lagi saat itu Ainun akan masuk SMP, Meisya harus mendapat uang yang cukup banyak, di tambah kakeknya sudah sakit-sakitan untuk berobat.

Dengan modal nekat Meisya pun datang ke kota Jakarta dan bekerja di sebuah rumah makan sebagai pelayan. Walaupun gajinya tidak sangat besar, namun bisa mencukupi keluarganya di kampung. Dari pagi hingga malam Meisya menghabiskan waktunya hanya bekerja dan bekerja. Terkadang Meisya merasa iri melihat anak muda yang setiap malam minggu bisa bermain dan makan di luar, serta melihat anak-anak mengenakan seragam sekolah. Beda dengan dirinya yang setiap hari sibuk bekerja dan hanya mengenakan seragam pelayan rumah makan.

Hingga pada suatu hari ada kejadian yang membuat hidup Meisya berubah. Mungkin bukan hidup Meisya melainkan hidup ibu, adik, serta kakeknya yang ada di desa. Meisya di jodohkan dengan orang ter kaya dan orang penting yang ada di desa tempat Meisya tingga yaitu tuan Baskoro alias kakek dari Edo. Tuan Baskoro adalah pemilik perkebunan dan tanah di desa Meisya bahkan tuan Baskoro di juluki sebagai tuan tanah. Tidak hanya itu, tuan Baskoro juga pemilik beberapa peternakan di desa tersebut. Banyak orang desa yang bergantung kepada tuan Baskoro. Tidak terkecuali kakek Meisya yang bernama pak Usman. Pak Usman dan tuan Baskoro adalah teman semasa kecil mereka sangat dekat namun hanya beda nasib saja.

Tuan Baskoro memiliki istri yang bernama nyonya Ling-ling keturunan dari cina, namun sudah meninggal cukup lama setelah melahirkan putranya yang bernama Hendra Baskoro yaitu ayah dari Edo sendiri. Setelah tuan Hendra beranjak dewasa dan menikah tuan Baskoro memutuskan untuk meninggalkan desa terpencil tersebut dan ikut dengan anak semata wayangnya yaitu tuan Hendra dan istrinya nyonya Amalia di Jakarta. Dan meninggalkan semua kekayaannya di desa kepada teman dekatnya yaitu pak Usman. Tuan Baskoro memerintahkan pak Usman untuk mengelola semua perkebunan dan peternakan di desa.

Walaupun tuan Baskoro adalah orang yang sangat terpandang, namun dia tidak pernah sombong dan melupakan orang-orang di bawahnya. Apa lagi teman dekatnya. Namun yang tidak di ketahui oleh Meisya selama ini, ternyata kedekatan tuan Baskoro dan pak Usman membawa kepada perjodohan Meisya dan Edo. Kakek Meisya dan kakek Edo memutuskan untuk menjodohkan mereka berdua agar bisa mendapatkan keturunan dan bisa meneruskan semua warisan tuan Baskoro. Hubungan yang terjalin baik antara pak Usman dan tuan Baskoro akhirnya mereka resmi menjodohkan cucu mereka hingga ke pelaminan.

Selain mereka berdua dekat sebagai teman, tuan Baskoro mempunyai alasan lain menjodohkan Edo dengan Meisya. Secara cucunya tersebut sangat susah di atur dan suka sekali bermain wanita. Tuan Baskoro tidak mau cucunya menikah dengan wanita yang asal-asalan apa lagi yang mempunyai sifat jelek dan boros. Beberapa kali tuan Baskoro melihat Meisya yang tampak baik tidak neko-neko. Selain cantik Meisya juga pekerja keras. Itu lah yang membuat tuan Baskoro memutuskan menjodohkan Edo dengan Meisya.

Awalnya Edo sempat menolak perjodohan tersebut, begitu pun dengan Meisya. Karena Meisya bukanlah tipe Edo, sangat jauh. Bukan dari kalangan orang kaya bahkan tidak secantik wanita-wanita yang jadi mainannya. Namun Edo tidak punya pilihan lain, selain mendapat tekanan dari ibunya, menikah dengan Meisya adalah syarat agar bisa mendapatkan semua warisan kakeknya. Dengan terpaksa Edo pun menikahi Meisya.

Meisya pun awalnya juga menolak menikah dengan Edo bukannya Edo tidak tampan. Sebenarnya siapa sih yang tidak mau menikah dengan Edo Baskoro laki-laki tampan dan kaya raya. Namun entah kenapa Meisya tidak tertarik dengan ketampanan Edo apa lagi kekayaannya. Namun demi mengubah hidup keluarganya Meisya pun menerima lamaran dari Edo. Setelah satu tahun menikah dengan Edo kini hidup keluarga Meisya benar-benar berubah 99 derajat. Dulu yang tinggal di rumah kecil dan kumuh kini keluarganya tinggal di rumah yang cukup besar dan nyaman. Mempunyai beberapa perkebunan. Ibunya tidak lagi menjadi buruh cuci baju dan sang adik masih tetap bersekolah hingga SMA. Pak Usman pun masih menjadi orang kepercayaan dari tuan Baskoro untuk mengelola perkebunan dan peternakannya.

Hidup keluarga Meisya benar-benar sangat terjamin dan bahagia. Namun beda halnya dengan Meisya, justru kini hidup Meisya lebih buruk dari hidupnya dulu yang mungkin sangat menyedihkan dan mengenaskan. Justru Meisya lebih merasa bahagia hidup secara sederhana dari pada menjadi istri dari seorang Edo. Kepedihan yang mendapat suami suka jajan di luar dan keras serta mendapat ibu mertua yang super duper galak, sadis, dan tajam saat berbicara. Meisya merasa bak hidup di dalam penjara tidak bahagia.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!