BAB 2 BERKUNJUNG KERUMAH

Bel pulang sudah berbunyi sejak lima menit tadi tapi Barka dan teman-temannya masih duduk di gazebo dekat kelas 9A. Mereka menunggu Naya dan Arini karena belum keluar dari kelas mereka. Hari ini mereka berenam akan kerumah Barka.

Tak berselang lama Naya dan Arini sudah terlihat di depan kelasnya, mereka menghampiri para anak laki-laki yang duduk di gazebo itu.

"Yuk langsung berangkat. " Naya berseru kearah teman-teman cowoknya.

"Kamu bawa sepeda Ka? " tanya Alex kearah Barka.

Barka menggelengkan kepala. Karena tadi pagi ia berangkat bersama ayahnya dan rencananya pulang akan jalan kaki saja karena jaraknya lumayan dekat dari rumah.

"Kalo gitu kamu boncengan sama Davit aja, kamu bawa sepeda kan? "Tanya Alex ke Davit.

"Beres, yang penting ada ininya. "Davit memperagakan sedang menyuapi mulutnya.

"Makan terus yang kamu pikirkan. "Edo mendorong pelan kepala Davit. Yang lainpun tertawa melihat tingkah Davit.

Perjalanan menuju rumah Barka hanya membutuhkan sekitar 5 menit jika ditempuh dengan sepeda motor . Saat Barka memberi aba-aba untuk berhenti di pelataran rumahnya semuanya terkejut saat mengetahui rumah yang Barka tinggali.

Semua turun dari sepeda motor dan melepas helm mereka. Disini yang paling benar-benar terkejut adalah Arini.

"Kamu beneran akan tinggal disini seterusnya Ka? "Edo yang pertama kali bersuara.

"Memangnya kenapa. "Barka heran dengan reaksi teman-temannya.

"Ayo masuk. "Barka berjalan mendahului teman-temannya untuk masuk kerumah.

Yang lainnya saling pandang dan mengikuti Barka masuk kerumah.

"Assalamualaikum ma. "Barka sedang melihat Ibunya sedang sibuk di dapur.

"Waalaikumsalam, loh ada teman-teman juga. " Ibunya menghampiri Barka ke ruang tamu dan mempersilahkan teman-temannya duduk.

"Ibu tinggal masak dulu ya. "Bu Darmi ijin melanjutkan kegiatannya di dapur.

"Iya Bu . "Jawab mereka bersamaan.

"Barka lo beneran engga tau tentang rumah yang lo tinggali. "Alex berbicara dengan nada pelan takut terdengar oleh Ibunya Barka karena ruang tamu dan dapurnya hanya bersebrangan saja.

"Memangnya kenapa, kok kalian kelihatan pada serius gitu. "Barka justru heran dengan tingkah teman-temannya.

Mereka semua saling pandang seolah meminta salah satu untuk menjelaskan.

"Rumah ini banyak yang bilang ada penunggunya. Entah itu benar atau tidak. "Akhirnya Edo yang memulai mengawali pembicaraan.

"Itu memang benar, pantas saja aku tidak asing dengan bocah laki-laki yang mengikutimu. Ternyata dia yang selalu aku lihat saat melewati rumah ini. "Arini berbicara dan sesekali menoleh ke arah dapur, takut-takut Ibunya Akbar mendengar.

"Kamu kan indigo Rin, apa kamu bisa tanya kenapa dia mengikutiku. "Barka sedikit merasa takut.

"Benar itu Rin, coba kamu tanya. "Kini giliran Naya yang juga penasaran dengan hantu anak itu.

Arini menatap lekat ke arah Barka, bukan lebih tepatnya ke belakangnya. Lalu ia memejamkan mata sebentar dan membukanya kembali.

"Tidak bisa, ia tidak mau berbicara. "Jawabnya.

Aku mengusap tengkuk ku karena mendadak merasa dingin.

"Apa kalian tahu dulu pemilik rumah ini siapa. " Barka menatap mereka satu-satu.

Mereka semua menggelengkan kepala, kupikir mereka tahu karena mereka juga asli orang sini.

"Kurasa akan sangat sulit untuk mengetahui siapa anak itu dan apa tujuannya mengikutimu. " ucap Alex.

"Ibu habis buat kue, coba kalian cicipi dengan teh ini. Kalian habis pulang sekolah pasti pada capek. "Tiba-tiba Bu Darmi datang dengan nampan teh dan camilan.

Mereka kaget karena takut Bu Darmi mendengar pembicaraan mereka sehingga sedikit tersinggung dengan pembicaraan mereka. Bu Darmi meletakkan nampannya di atas meja. Setelah itu Bu Darmi pergi ke dapur lagi.

"Wah beneran dapet makanan kita. "Davit terlihat girang lalu mencomot potongan brownies coklat.

"Davit nggak sopan. "Ucap Naya yang duduk di sebelahnya.

Davit hanya nyengir dengan mulut yang terisi brownies. Barka tersenyum melihat teman-temannya karena baru pertama kali kenal tapi mereka sudah sangat akrab dengannya. Apa lagi melihat mereka sangat antusias dengan masalah Barka ini.

Setelah menghabiskan segelas teh mereka memutuskan pulang karena takut dicariin orang tua mereka. Mereka juga tidak bisa mencari tahu tentang anak laki-laki yang mengikuti Barkan karena tidak bisa diajak berkomunikasi. Edo memberikan saran supaya rumah itu diadakan pengajian saja biar terhindar dari aura negatif.

Sore hari Barka sedang bersantai di ruang tamu sambil membaca buku, sayup-sayup ia mendengar suara hembusan nafas. Barka mencoba fokus dengan suara itu tetapi sudah tidak terdengar lagi, ia hanya berfikir jika itu angin atau nafasnya sendiri.

Tak berselang lama saat ia asik membaca dari ekor matanya ia bisa melihat sesuatu yang bergerak di samping kirinya tapi saat di lihat tidak ada apapun yang berpindah atau bergerak. Jatung Barka berdetak cepat karena merasa ada yang tidak beres saat itu.

Saat sedang menguasai ketegangannya karena Ibunya juga sedang pergi keluar yang katanya ingin menyapa tetangga dekat, tiba-tiba ia kaget mendengar suara klakson mobil di luar. Barka buru-buru keluar untuk melihat.

Sesampainya di luar ia melihat ayahnya yang keluar dari mobil. Ayahnya berjalan ke bagasi belakang mobil tak lama ia memanggil Barka.

"Barka bantu ayah sini. "Ayahnya memanggil Barka untuk menghampirinya. Barka yang sedang duduk di teras turun kebawah untuk menghampiri ayahnya.

Barka melihat ayahnya sedang mencoba mengeluarkan meja lipat dan ada sebuah rak kecil.

"Ini meja dan rak buat buku-bukumu, ayo bantu ayah angkat kedalam. " Setelah menyalaminya Barka mengangkat meja lipatnya dan ayahnya mengangkat rak bukunya.

"Ibu kemana? " Tanya ayahnya sesampainya di dalam rumah.

"Ibu ke rumah samping itu yah, katanya mau silaturahmi. "

Setelah itu ayah membersihkan badan di kamar mandi dan Barka merangkai meja lipat di kamar.

Saat sedang makan malam Barka teringat dengan saran yang dikatakan oleh teman-temannya untuk mengadakan pengajian.

"Yah, apa tidak sebaiknya kita adakan pengajian, ini kan rumah sudah lama tidak di tinggali. " Barka mulai bicara.

"Rencananya Ayah juga mau mengadakan pengajian tapi masih belum tahu kapan." Jawab ayahnya.

"Ibu juga mau silaturahmi dulu ke ibu-ibu sekitar, biar nanti enak minta tolongnya untuk bantuin nyiapkan acara pengajiannya. " Bu Darmi ikut menimpali.

Barka hanya mengangguk karena yang terpenting sudah ada rencana hanya kapan pelaksanaannya yang belum pasti. Ia berharap semoga dengan adanya pengajian sudah tidak ada hal-hal janggal yang terjadi.

Selesai makan mereka semua santai di ruang tamu dan mengobrol ringan sedangkan Barka lebih memilih kekamar untuk belajar.

Barka menatap lemari kayunya yang perlahan terbuka sendiri, jantung Barka berdetak lebih cepat dari biasanya. Saat pintu lemarinya sudah terbuka lebar Barka bisa melihat di dinding lemari tergantung sebuah lukisan. Barka mencoba mendekatinya untuk melihat dengan jelas.

Jarak lima langkah dari posisi Barka tiba-tiba lukisan itu jatuh sendiri yang membuat Barka terkejut hingga terjungkal kebelakang.

Terpopuler

Comments

Kieran

Kieran

Ceritanya menghibur sekali.

2025-02-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!