02. Bersabarlah

Ranu menatap gadis yang ia cintai sejak belia itu menggowes sepedanya dengan cepat. Sungguh, dalam hati kecilnya pun ia tak rela mengakhiri hubungannya dengan Ajeng.

Hanya saja...dia juga tak kuasa menolak keinginan ayahnya dan ayah Novita yang menginginkan mereka segera menikah.

Padahal ayah Ranu sendiri juga sadar jika selama ini sang putra menjalin kasih dengan Ajeng. Perasaan tak enaknya karena atas bantuan Novita dan orang tuanya lah secara tidak langsung Ranu bisa memiliki posisi seperti sekarang ini.

Novita tiga tahun lebih tua dari Ranu, namun meski begitu sepertinya usia bukanlah kendala bagi mereka.

Yang pasti, ayah Novita juga berharap sang putri segera menikah. Apalgi keduanya sama-sama menjadi seorang pegawai. Sebuah kebanggaan bagi dua keluarga tersebut bukan?

"Nu!", Bu Suryati alias ibunya Ranu mendekati anaknya yang masih berdiri menatap Ajeng yang menjauh.

"Aku jahat sekali ya Bu!", ujar Ranu tanpa menoleh ke ibunya. Bu Suryati mengusap pelan bahu anaknya.

"Cepat atau lambat, Ajeng akan mengetahuinya Nu. Kalau semakin lama di tunda, Ajeng akan semakin sakit hati."

Helaan nafas keluar dari bibir pemuda itu. Ia memilih meninggalkan ibunya dan masuk ke dalam rumah untuk mengambil tasnya.

Di sisi lain, Ajeng buru-buru meletakkan sepedanya. Gadis itu masuk ke rumah dan tujuannya adalah kamar mandi.

Ajeng menangis terduduk di bawah kran yang ada di dalam ruang sempit itu.

Gadis itu melipat kedua kakinya sambil memeluknya begitu erat. Hati siapa yang tak sakit jika harus mengalami hal seperti Ajeng?

Bertahun-tahun menjalin asmara tak menjamin akhirnya sampai di pelaminan!

"Kamu jahat mas Ranu! Kamu jahat hiks....hiks...hiks....!", gadis itu menunduk dalam masih dengan memeluk kakinya.

Amri pulang dari pasar. Ia memang tak menemani istrinya berjualan. Pekerjaannya memang lebih sering di luar.

Dilihatnya sepeda Ajeng yang terjungkal di dekat pintu dapur. Amri membenahi sepeda Ajeng lebih dulu baru ia masuk ke dalam rumah.

Rumahnya yang tak terlalu besar itu membuat Amri bisa mendengar jika ada yang berada di kamar mandi.

Amri pikir, anak gadisnya sedang mandi. Ia pun menuju ke dapur. Melihat lauk yang istrinya siapkan untuk Ajeng masih utuh tak tersentuh.

"Kok yo belum sarapan tuh bocah!", monolog Amri.

Lamat-lamat Amri mendengar tangisan dari kamar mandi. Suara air yang sepertinya sudah tumpah itu terdengar bergemericik.

"Ajeng mandi apa tidur? Kaya suara nangis?", monolog Amri.

Ia pun penasaran.

Tok...tok....

"Ajeng, di dalam tah?", tanya Amri. Tangisan Ajeng berhenti. Gadis itu sudah basah kuyup dengan pakaian yang masih melekat di tubuhnya.

Di hapusnya air mata itu dengan cepat. Sayangnya, matanya sudah terlanjur sembab.

"Ajeng???!", panggil Amri sekali lagi. Tangan lelaki itu hampir mendorong paksa pintu kamar mandi hingga akhirnya terbuka dari dalam.

"Astaghfirullah, Ajeng!", pekik Amri. Ajeng masih sesegukan.

Reflek, Amri menyambar handuk yang ada di jemuran kecil dekat kamar mandi.

Ia menutupnya ke bahu Ajeng.

"Ganti baju sekarang!", pinta Amri. Ajeng yang masih menangis pun tetap menuruti permintaan bapaknya.

Sepuluh menit berlalu, Ajeng sudah berpakaian rapi. Piyama berbahan kaos menjadi pilihannya saat ini. Toh, ia tidak akan kemana-mana lagi.

"Minum dulu!", Pak Amri menyodorkan segelas teh hangat dan pisang goreng yang tadi ia hangatkan.

Ajeng terus menuruti apa yang bapaknya katakan. Usai menyesap tehnya, Ajeng menggenggam gelas kaca yang masih cukup hangat di telapak tangannya.

"Kamu sudah bertemu Ranu?", tanya Amri tiba-tiba. Ajeng pun mendongakkan kepalanya menatap bapaknya.

"Iya pak!", jawab Ajeng dengan suara parau.

"Dia sudah ngomong langsung sama kamu kalau dia sudah melamar Bu guru dari desa sebelah?", tanya Amri lagi.

Ajeng mengerjapkan matanya pelan. Air matanya kembali meleleh.

"Bapak sudah tahu sebelumnya?", tanya Ajeng dengan suara bergetar.

"Iya! Bapak tahu, itu pun mendengar dari orang lain! Bukan dari Ranu!", jawab lelaki matang tersebut.

Air mata Ajeng kembali meleleh. Gadis itu yakin, bukan hanya dirinya yang kecewa orang tuanya pun sama.

"Bapak tidak mau bicara hal ini sama kamu, bukan karena bapak ngga sayang sama kamu. Tapi bapak justru ingin Ranu yang mengatakannya secara langsung ke kamu."

Ajeng menggigit bibirnya karena masih saja ia terisak pelan.

"Bersabarlah Jeng! Ranu memang bukan jodoh kamu'', kata Amri mengusap puncak kepala sang putri dengan pelan.

Ajeng hanya bisa menganggukkan kepalanya.

"Insyaallah Ajeng ikhlas, Pak!", ujar Ajeng dengan suaranya yang serak.

"Allah pasti sudah menyiapkan rencana terbaik untuk mu di masa depan nanti! Untuk hari ini, menangis sepuas kamu! Sampai kamu lega selega-leganya! Tapi hari besok, kamu sudah tidak ada waktu untuk menangisi Ranu lagi!", kata Amri tegas.

Ajeng semakin kencang menangis sambil memeluk perut bapaknya.

Amri mengusap puncak kepala Ajeng dengan lembut. Hati ayah mana yang tega melihat anak gadisnya menangis seperti ini?

Ternyata sebanyak apa pun harta yang bapak kumpulkan tetap tidak bisa sepadan dengan neraka, Nak! Maafkan bapak yang tak bisa memberikan semua yang terbaik untuk kamu!

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

"Dua kilo ngga kurang nih Bu Haji?", tanya Jaenah ramah pada pelanggannya.

"Insyaallah cukup Bu Jen!", sahut perempuan paru baya itu.

"Jaenah Bu Haji, kalo Bu Jen nanti di kira personil black pink hehehe."

Bu Haji pun tertawa mendengar celetukan Jaenah yang ramah. Pantas kiosnya selalu ramai meski ia jaga sendirian. Tak sedikit yang iri pada kios Jaenah yang selalu ramai tiap harinya.

Setelah membayar belanjaannya, Bu Haji pun pergi. Bu Jaenah sedang menghitung uang dagangannya.

"Bu Jen!", panggil seseorang. Jaenah yang sedang menunduk pun mendongakkan kepalanya.

"Bu Yati?!", sapa Jaenah. Wajah Bu Suryati tampak serius ,itu yang Jaenah lihat.

" Mau belanja apa?", tanya Jaenah lagi. Bu Suryati menggeleng pelan.

"Ajeng sudah tahu, tadi pagi dia ke rumah."

Jaenah menghela nafas panjang. Akhirnya hal ini terjadi juga.

"Alhamdulillah kalau Ajeng sudah tahu, Bu."

Bu Suryati menganggukkan kepalanya. Pensiunan guru itu terlihat sekali tak enak hati pada Jaenah.

"Sudah Bu Yati, jangan terlalu di pikirkan. Insya Allah Ajeng ngga apa-apa. Lagi pula, mereka kan hanya pacaran. Belum sampai ke tahap lamaran apalagi menikah. Ngga apa-apa!", kata Jaenah.

Obrolan dua orang ibu itu pun selesai setelah Bu Suryati pergi. Jaenah duduk lemas setelah berpura-pura tegar di depan ibunya Ranu.

Mulut memang bisa berkata demikian, tapi hati??? Sebagai seorang ibu yang melahirkan Ajeng, tentu ia pun turut bersedih mengetahui apa yang terjadi dengan putrinya.

Jaenah teringat akan ucapan Ajeng yang berbicara tentang masa depannya dengan Ranu.

Tapi nyatanya...mereka tidak berjodoh!

Sabar ya, Nduk! Insya Allah kamu akan mendapatkan jodoh yang jauh lebih baik dari Ranu! Begitu lah doa seorang ibu yang berharap kelak anaknya dapat menemukan kebahagiaannya suatu saat nanti!

💐💐💐💐💐💐💐

terimakasih 🙏🙏🙏

jodohnya Ajeng belom nongol ya 😅😅😅🙏

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

tuh bener jeng apa yg di katakn bpk jamu...buat apa menangisi laki² yg ga tulus mencintai kamu,cintay di kalahkn sm harta jg jabatan,dan jg selama ini kamu di bohongin sm ranu yg denfan sadar menerika lamarany sinta dan ga mikirin oerasaan kamu..lanjuut mak up lg

2025-02-07

1

muthia

muthia

sabar ya jeng, semoga akan dapat jodoh yg lebih baik setelah jagain jodoh orang 🤭🙏

2025-02-07

1

hidagede1

hidagede1

kekuatan doa seorang ibu, kedepan nya kamu pasti bahagia jeng 😊

2025-02-07

1

lihat semua
Episodes
1 01. Mengakhiri Hubungan
2 02. Bersabarlah
3 03. Restu Bhumi
4 04. Sederhana
5 05. Pertemuan pertama
6 06
7 07. Salah
8 08. Perkenalan
9 09. Khalis Hilang
10 10. Pelukan Hangat
11 11. Tuduhan
12 12. Tak di sangka
13 13. Tentang Hati
14 14. Tak Sengaja
15 15. Semakin Dekat
16 16.
17 17
18 18. Ikhlas Yang Sesungguhnya
19 19. Nyaman
20 20. Berubah
21 21. Senyuman itu...
22 22. Emosi
23 23. Keputusan Bhumi
24 24. Pindah
25 25. Malu
26 26. Jatuh cinta?
27 27. Rasa Apa Ini?
28 28. Ternyata Aku Rapuh
29 29. Seperti keluarga kecil
30 30. Pernyataan dan Kenyataan
31 31. Di terima
32 32. Kedatangan Resti
33 33. Jalan-jalan
34 34. Diskusi
35 35. Gara-gara Uang
36 Bab 36
37 37. Fakta
38 38. Di Luar Dugaan
39 39. Sulit
40 40. Toxic
41 41. Bukti Keseriusan
42 42. Pertemuan dua pria
43 43. Calon
44 44. Di terima
45 45. Tamparan
46 46. Abai
47 47. Ranu Tertekan
48 48. Bukan Perbandingan
49 49. Resti Marah
50 50. Bersyukur Memiliki mu
51 51. Niat Baik
52 52. Meminta Restu
53 53. Berharap yang terbaik
54 54. Ujian
55 55. Ide Resti
56 56. Sebentar lagi
57 57. Percaya lah
58 58. Toxic
59 59. Tiba di Kampung Halaman
60 60. H- 1
61 61. cemas
62 62. Sah!!
63 63. Rasa Itu....
64 64. Gagal
65 65. Masih tertunda
66 66. Semua tentang uang!
67 67. Tak seperti yang di harapkan
68 68. Pindah
69 69. Ternyata belum selesai
70 70. Hamil
71 71. Selingkuh
72 72. Impian Ajeng
73 73. Belum Berubah
74 74. Trauma itu benar adanya
75 75. Kecewa dan harapan
76 76. Terkuak
Episodes

Updated 76 Episodes

1
01. Mengakhiri Hubungan
2
02. Bersabarlah
3
03. Restu Bhumi
4
04. Sederhana
5
05. Pertemuan pertama
6
06
7
07. Salah
8
08. Perkenalan
9
09. Khalis Hilang
10
10. Pelukan Hangat
11
11. Tuduhan
12
12. Tak di sangka
13
13. Tentang Hati
14
14. Tak Sengaja
15
15. Semakin Dekat
16
16.
17
17
18
18. Ikhlas Yang Sesungguhnya
19
19. Nyaman
20
20. Berubah
21
21. Senyuman itu...
22
22. Emosi
23
23. Keputusan Bhumi
24
24. Pindah
25
25. Malu
26
26. Jatuh cinta?
27
27. Rasa Apa Ini?
28
28. Ternyata Aku Rapuh
29
29. Seperti keluarga kecil
30
30. Pernyataan dan Kenyataan
31
31. Di terima
32
32. Kedatangan Resti
33
33. Jalan-jalan
34
34. Diskusi
35
35. Gara-gara Uang
36
Bab 36
37
37. Fakta
38
38. Di Luar Dugaan
39
39. Sulit
40
40. Toxic
41
41. Bukti Keseriusan
42
42. Pertemuan dua pria
43
43. Calon
44
44. Di terima
45
45. Tamparan
46
46. Abai
47
47. Ranu Tertekan
48
48. Bukan Perbandingan
49
49. Resti Marah
50
50. Bersyukur Memiliki mu
51
51. Niat Baik
52
52. Meminta Restu
53
53. Berharap yang terbaik
54
54. Ujian
55
55. Ide Resti
56
56. Sebentar lagi
57
57. Percaya lah
58
58. Toxic
59
59. Tiba di Kampung Halaman
60
60. H- 1
61
61. cemas
62
62. Sah!!
63
63. Rasa Itu....
64
64. Gagal
65
65. Masih tertunda
66
66. Semua tentang uang!
67
67. Tak seperti yang di harapkan
68
68. Pindah
69
69. Ternyata belum selesai
70
70. Hamil
71
71. Selingkuh
72
72. Impian Ajeng
73
73. Belum Berubah
74
74. Trauma itu benar adanya
75
75. Kecewa dan harapan
76
76. Terkuak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!