Hasil Sidang

Alan membenarkan letak kaca mata ketika melihat wanita yang hanya beberapa kali dilihatnya, kini sedang menggedong seorang bayi. Rambut gelap dengan netra coklat terang, pipi bulat serta hidung mancung, bayi itu terlalu mirip dengan wajah Ravendra saat kecil, kecuali bibir tipis merah muda yang sepertinya mirip Gaitsa.

Pria itu masih menatap takjub saat bayi laki-laki di gendongan Gaitsa menatapnya dengan netra jernih dan senyum menggemaskan. “Apa dia anakmu dan Ravendra?” tanyanya.

Gaitsa menggeleng, “Bukan. Aku mengandung dan melahirkannya sendiri, ke depannya juga hanya aku yang akan membesarkannya.”

“Ravendra memiliki hak terhadap bayinya juga!”

“Tidak! Dia bilang tidak akan menuntut apa pun hasil dari hubungan satu malam. Aku bahkan memiliki surat penyerahan hak asuh sepenuhnya yang ditandatangani langsung oleh Ravendra dan rekaman suara saat dia mengatakan itu.”

Gaitsa tidak bisa menahan senyum liciknya. Alan, pria itu adalah teman dekat Ravendra yang juga selalu memandang rendah Gaitsa. Hanya karena ia hidup dari belas kasih orang lain, bukan berarti ia pantas diperlakukan seperti sampah.

Ravendra memang tidak pernah secara terang-terangan mengatakan hal buruk, tapi cara pria itu memandangnya dengan rendah seolah Gaitsa adalah hama, sudah cukup membuktikan betapa laki-laki itu tidak berhak terhadap anak yang dilahirkannya. Gaitsa sudah membuktikan nilai dan membalas budi dengan melakukan banyak hal untuk Dewara Grup, di saat pewaris sah berada di luar negeri entah berbuat apa.

Gaitsa sempat berpikir putra tunggal Dewara Grup itu mengurus anak perusahaan di luar negeri setelah menyelesaikan pendidikan. Tapi, melihat bagaimana Presdir sebelumnya meminta Gaitsa untuk menyelesaikan berbagai masalah di seluruh Dewara Grup membuatnya ragu.

Ia tidak benar-benar tahu dimana dan sedang apa putra tunggal keluarga itu. Juga tidak pernah melihatnya selain ketika pria itu pulang. Itu pun hanya beberapa hari sebelum Ravendra kembali ke luar negeri.

“Jadi, siapa namanya?”

“Ragata Biyu Thafana. Panggilannya Biyu,”jawab Gaitsa seraya mengangkat tangan bayinya, melambaikannya pada Alan yang terhenyak. Mana mungkin ia mengatakan jika Biyu tetap menggunakan nama Dewara secara terang-terangan.

Gaitsa yang Alan tahu adalah seseorang yang selalu memasang wajah datar dan jarang bicara. Alan belum pernah melihat Gaitsa bersikap sangat lembut terhadap seseorang. Wanita itu selalu elegan dan anggun, dengan kecerdasan di atas rata-rata dan wajah sedatar papan tulis. Senyum yang ditampilkannya pun selalu penuh kesopanan dan menunjukkan nilai sebagai wanita berpendidikan.

"Kamu tidak meletakkan nama ayahnya?"

Gaitsa mengernyit, "Maksudmu nama keluarga Dewara? Untuk apa? Dia anakku!" tegas Gaitsa tanpa bisa dibantah.

Pria berkaca mata itu diam-diam mengutuk klien sekaligus temannya yang membuat seorang anak tidak memiliki ayah dan terkesan tidak diterima di keluarga besar Dewara. Tapi sebenarnya ... apakah Ravendra mengetahui keberadaan bayi mungil itu?

"Aku tidak bersikap keterlaluan pada Ravendra atau Dewara. Kamu pikir dia tidak tahu tentang Biyu? Aku tidak pernah menyembunyikan kehamilanku dan bayi ini."

Gaitsa melangkah pergi, membawa putra kecilnya setelah mengatakan kebenaran yang tidak bisa disebut kebenaran. Ia memang tidak pernah menyembunyikan kehamilannya dan Biyu dari publik, tapi juga tidak mengatakan pada Ravendra tentang anak mereka.

Kalau pria itu punya sedikit saja kepedulian terhadap istrinya, ia akan mencari tahu keberadaan Gaitsa dan pasti menemukan fakta tentang kehamilannya. Nyatanya pria itu tidak melakukan apapun. Atau mungkin ia tahu tapi tidak peduli.

Bagi Ravendra, Biyu mungkin hanya seorang bayi. Tapi bagi Gaitsa, anaknya adalah alasannya bernapas. Ia tidak mau membuat anaknya terjebak di hubungan tidak sehat orang tuanya, jadi lebih baik bagi Biyu untuk tidak mengenal Ravendra sama sekali.

Gaitsa juga tidak bisa membiarkan Biyu tinggal bersama Ravendra dan istri barunya karena pasti akan ada perbedaan kasih sayang antara anak dari wanita yang pria itu cintai dan Biyu.

Putranya akan tetap tumbuh sehat dan bahagia tanpa kekurangan apa pun, dengan limpahan kasih sayang yang membuat Biyu tidak iri terhadap teman-teman yang memiliki keluarga utuh.

***

Gaitsa menang setelah hakim memberikan keputusan berdasarkan keinginan kedua belah pihak. Tidak ada perdebatan berarti selama sidang terakhir berlangsung.

Alan tidak bisa melakukan apa-apa tentang Biyu karena bukti kuat yang dimiliki Gaitsa. Ia juga bisa menjadi saksi dari sikap tidak bertanggung jawab Ravendra terhadap istrinya. Semua yang dikatakan Gaitsa adalah fakta. Tapi yang sulit ia terima adalah keputusan tentang hak asuh Biyu yang seluruhnya dibebankan pada Gaitsa.

Padahal Alan sudah berusaha agar biaya hidup anak itu tetap ditanggung ayahnya, tapi semuanya ditolak dengan alasan semua bukti yang dimiliki Gaitsa memberi kepastian bahwa Ravendra tidak bisa dipercaya sebagai seorang ayah. Apa sebenarnya yang diberikan wanita itu pada hakim?

Pengadilan bahkan menolak memberitahukan bukti yang dimiliki pihak penggugat dengan alasan keamanan Gaitsa dan bayinya. Alan hanya bisa menghela napas saat satu per satu orang meninggalkan ruangan.

"Selamat karena sudah tidak terikat dengan orang brengsek, Ghe!" seru seorang wanita bersurai pendek yang sejak sidang pertama selalu datang dan melototi Alan. Beberapa orang juga mendekati Gaitsa yang sedang tersenyum.

"Sejak awal mereka memang tidak punya ikatan apa pun. Biyu hanya memiliki Gaitsa sejak dalam kandungan. Ayahnya hanya sibuk memeluk perempuan lain, mana sempat melihat keadaan istri dan anaknya."

Kalimat yang dikatakan dengan lembut dan penuh senyum namun berisi sindiran pedas itu membuat Alan mengernyit. Sibuk memeluk perempuan lain? Ia tahu Ravendra tidak menyukai Gaitsa dan menikahi wanita itu hanya demi memenuhi syarat untuk mendapatkan hak penuh terhadap Dewara Grup. Alan juga tahu Ravendra tidak pernah pulang lagi setelah menghabiskan malam bersama Gaitsa yang setahunya juga dilakukan secara terpaksa demi memenuhi syarat untuk mendapatkan warisan.

Beberapa foto dan saksi yang disiapkan Ravendra untuk diberikan pada pengacara sang ayah, sudah cukup untuk membuatnya mendapatkan seluruh haknya. Tapi setelahnya pria itu lebih memilih pulang ke apartementnya sendiri daripada istana tempat istrinya berada. Alan mengetahui dengan pasti bagaimana Ravendra membenci Gaitsa yang memanfaatkan belas kasih ayahnya untuk menguasi Dewara Grup.

Tapi ... memeluk wanita lain? Ravendra tidak pernah memiliki kekasih. Gaitsa adalah satu-satunya yang pernah ia sentuh. Ravendra bukan orang yang bisa menyentuh siapa pun dengan mudah. Pria itu mungkin meniduri Gaitsa sambil memejamkan mata, membayangkan hal lain, makanan misalnya. Alan juga sempat berpikir bahwa Ravendra menggunakan obat untuk tidak muntah ketika harus melakukan kontak fisik. Jadi, bagaimana bisa ada wanita lain? Siapa?

"Aku harus bicara dengan Tuan Alan sebentar. Kalian pergilah dan tunggu aku di tempat parkir," ucap Gaitsa seraya memberikan Biyu, melambai pada teman-teman sekantornya yang menyempatkan diri untuk datang.

Bibir tipis itu merekah ketika Alan mendekatinya dengan wajah tidak menyenangkan. "Apa maksudnya memeluk wanita lain? Kamu memfitnah Ravendra berselingkuh?" tanyanya dengan suara rendah.

"Itu kan kiasan, Tuan. Sindiran yang diberikan untuk laki-laki yang tidak pernah mencari keberadaan istri dan anaknya." Gaitsa menjawab tenang, menyembunyikan seringai di ujung bibir.

"Aku hanya ingin mengucap selamat tinggal. Kuharap mantan suamiku menepati janjinya untuk tidak pernah mengganggu dan biarkan Biyu hidup bahagia bersamaku," katanya seraya bersedekap.

"Apa Ravendra sama sekali tidak boleh menemui anak kandungnya sendiri?"

"Kamu yakin dia anak kandung Ravendra? Hanya karena kami menghabiskan satu malam bersama, bukan berarti Biyu adalah anaknya. Aku bukan orang kolot yang menjaga kesucian dan tidak melakukan seks sebelum menikah."

Alan terdiam mendengarkan kata-kata yang merasuki pikirannya. Benar. Wanita di hadapannya bukanlah Ravendra. Alan tidak mengenalnya sama sekali. Bisa jadi anak itu bukan darah daging Ravendra--hah! Pria itu tertawa mencemooh. Bagaimana ia bisa langsung mengiyakan perkataan wanita itu?

Gaitsa yang tahu kalau kalimat beracunnya gagal memengaruhi pengacara di hadapannya berdeham. "Intinya, mari jangan saling bertemu lagi. Berpura-puralah tidak saling mengenal jika tidak sengaja berpapasan," ucapnya seraya melangkah pergi, tidak memberi kesempatan pria itu mendebatnya lebih lama.

Lagipula tidak ada yang mengetahui tempat tinggal dan tempat Gaitsa bekerja. Juga tidak ada kontak yang bisa dipakai untuk menghubungi Gaitsa. Wanita itu tersenyum puas dengan semua hasil yang ia dapatkan.

Terpopuler

Comments

Bzaa

Bzaa

ravendra menggunakan obat biar gak muntah, ketika deket sama perempuan? nah itu yg peluk2an di kantor, piye?

2025-02-19

0

lihat semua
Episodes
1 Sebuah Status
2 Mulai Sekarang, Kita Hidup Berdua
3 Tidak Berubah Pikiran
4 Hasil Sidang
5 Bertahan Demi Biyu
6 Pak Presdir
7 Sentuhan Kecil
8 Aku Ibunya!
9 Mimpi Masa Lalu
10 Bayi yang Ditolak
11 Fakta Aneh yang Terungkap
12 Hal-hal yang Disembunyikan
13 Ingatan Asing
14 Dua Fakta Berbeda
15 Pastikan Tidak Terjadi Skandal!
16 Kembali Diperbudak Pekerjaan
17 Sebuah Nama
18 Skandal yang Terungkap
19 Istri Rahasia Presdir
20 Proposal Dadakan
21 Konferensi Pers
22 Panggilan Video
23 Main
24 Kejutan!
25 Lukisan
26 Wanita Itu
27 Pegawai Baru
28 Gaitsa
29 Direktur Baru
30 Tentang Laporan
31 Sebuah Kisah
32 Bisikan di Antara Kebisingan
33 Pekerjaan Baru
34 Malaikat Pembuat Teh
35 Gara-gara Kopi
36 Kabar
37 Hal Tak Terlupakan
38 Kejadian di Depan Pintu
39 Mencari Ravendra
40 Hanya Ada Satu
41 Zhian
42 Duka Seorang Ibu
43 Ayah Kandung Zhian
44 Bersama Yasa
45 Seorang Ibu
46 Penderitaan Seorang Ibu
47 Bayangan di Balik Bayangan
48 Semakin Rumit
49 Sakit
50 Mimpi
51 Kediaman Zaidan
52 Cemburu
53 Nyonya Erena
54 Rumah
55 Trauma
56 Pesta Penyambutan
57 Firasat
58 Peringatan
59 Sapaan Hangat
60 Tentang Dia
61 Di Balik Layar
62 Tentang Rindu
63 Pulang
64 Seorang Ayah
65 Tuan Putri
66 Keluarga Ardian
67 Reuni
68 Cerita
69 Keluarga Lengkap
70 Mimpi Buruk
71 Pagi di Kediaman Zaidan
72 Menelpon Gaitsa
73 Kembali Pada Rutinitas
74 Bicara
75 Menjenguk Erika
76 Foto
77 Wanita Iblis
78 Obrolan Tengah Malam
79 Keputusan Erika
80 Pertemuan
81 Dari Hati ke Hati
82 Teman
83 Nona Eirin
84 Kecewa
85 Hukuman
86 Perasaan Tidak Nyaman
87 Melepas Rindu
88 Amplop Tanpa Nama
89 Alasan
90 Bertamu
91 Kekhawatiran Tak Berguna
92 Bab Kehidupan
93 Keegoisan dan Cemburu
94 Sebuah Panggilan
95 Kekasih Seseorang
96 Bukan Sinetron
97 Hadiah
98 Boneka Kelinci
99 Mimpi Tak Penting
100 Diskusi
101 Masalah yang Berputar
102 Rencana yang Gagal
103 Double Date
104 Kenyataan Pahit
105 Situasi Rumit
106 Jalan-jalan Sore
107 Bagian Takdir
108 Taman Bermain
109 Surat Kaleng
110 Find Me
111 Ingatan yang Hilang
112 Skandal Kedua
113 Gangguan
114 Pesan dari Erika
115 Potongan Ingatan
116 Hilang
117 Gadis Kesayangan
118 Berlari
119 Bukan Matahari
120 Jawaban Anda Benar
121 Ingatan Masa Kecil
122 Sebuah Janji
123 Alasan Agar Berdua
124 Tamu Tengah Malam
125 Dei
Episodes

Updated 125 Episodes

1
Sebuah Status
2
Mulai Sekarang, Kita Hidup Berdua
3
Tidak Berubah Pikiran
4
Hasil Sidang
5
Bertahan Demi Biyu
6
Pak Presdir
7
Sentuhan Kecil
8
Aku Ibunya!
9
Mimpi Masa Lalu
10
Bayi yang Ditolak
11
Fakta Aneh yang Terungkap
12
Hal-hal yang Disembunyikan
13
Ingatan Asing
14
Dua Fakta Berbeda
15
Pastikan Tidak Terjadi Skandal!
16
Kembali Diperbudak Pekerjaan
17
Sebuah Nama
18
Skandal yang Terungkap
19
Istri Rahasia Presdir
20
Proposal Dadakan
21
Konferensi Pers
22
Panggilan Video
23
Main
24
Kejutan!
25
Lukisan
26
Wanita Itu
27
Pegawai Baru
28
Gaitsa
29
Direktur Baru
30
Tentang Laporan
31
Sebuah Kisah
32
Bisikan di Antara Kebisingan
33
Pekerjaan Baru
34
Malaikat Pembuat Teh
35
Gara-gara Kopi
36
Kabar
37
Hal Tak Terlupakan
38
Kejadian di Depan Pintu
39
Mencari Ravendra
40
Hanya Ada Satu
41
Zhian
42
Duka Seorang Ibu
43
Ayah Kandung Zhian
44
Bersama Yasa
45
Seorang Ibu
46
Penderitaan Seorang Ibu
47
Bayangan di Balik Bayangan
48
Semakin Rumit
49
Sakit
50
Mimpi
51
Kediaman Zaidan
52
Cemburu
53
Nyonya Erena
54
Rumah
55
Trauma
56
Pesta Penyambutan
57
Firasat
58
Peringatan
59
Sapaan Hangat
60
Tentang Dia
61
Di Balik Layar
62
Tentang Rindu
63
Pulang
64
Seorang Ayah
65
Tuan Putri
66
Keluarga Ardian
67
Reuni
68
Cerita
69
Keluarga Lengkap
70
Mimpi Buruk
71
Pagi di Kediaman Zaidan
72
Menelpon Gaitsa
73
Kembali Pada Rutinitas
74
Bicara
75
Menjenguk Erika
76
Foto
77
Wanita Iblis
78
Obrolan Tengah Malam
79
Keputusan Erika
80
Pertemuan
81
Dari Hati ke Hati
82
Teman
83
Nona Eirin
84
Kecewa
85
Hukuman
86
Perasaan Tidak Nyaman
87
Melepas Rindu
88
Amplop Tanpa Nama
89
Alasan
90
Bertamu
91
Kekhawatiran Tak Berguna
92
Bab Kehidupan
93
Keegoisan dan Cemburu
94
Sebuah Panggilan
95
Kekasih Seseorang
96
Bukan Sinetron
97
Hadiah
98
Boneka Kelinci
99
Mimpi Tak Penting
100
Diskusi
101
Masalah yang Berputar
102
Rencana yang Gagal
103
Double Date
104
Kenyataan Pahit
105
Situasi Rumit
106
Jalan-jalan Sore
107
Bagian Takdir
108
Taman Bermain
109
Surat Kaleng
110
Find Me
111
Ingatan yang Hilang
112
Skandal Kedua
113
Gangguan
114
Pesan dari Erika
115
Potongan Ingatan
116
Hilang
117
Gadis Kesayangan
118
Berlari
119
Bukan Matahari
120
Jawaban Anda Benar
121
Ingatan Masa Kecil
122
Sebuah Janji
123
Alasan Agar Berdua
124
Tamu Tengah Malam
125
Dei

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!