04

°

°

°

Anaya sungguh tidak mempercayai apa yang dihadapinya saat ini. Kini dirinya telah resmi menjadi istri seorang Akmal Pratama, guru magangnya dulu saat masa putih abu-abu. Juga seorang founder perusahaan start up ternama. Anaya merasa dunianya jungkir balik dalam waktu beberapa jam. Membayangnya saja dia sudah merasa syok, atau apalah itu namanya.

"Mempelai wanita silakan mendekat." Suara Pak Penghulu menyadarkan Anaya.

Anaya tersenyum canggung seraya meremas jemari tangannya yang tiba-tiba berkeringat.

Anaya duduk di samping Akmal dengan dada bergemuruh. Malu, canggung, juga gugup, ah entah apalagi untuk men-diskripsi-kan perasaannya saat ini.

Kedua mempelai kemudian menandatangani buku nikah, dilanjutkan dengan penyematan cincin di jari manis masing-masing. Anaya mencium takzim punggung tangan suaminya, setelah itu Akmal memegang pucuk kepala Anaya, dan membacakan doa lalu ditiupkannya di atas ubun-ubun istrinya. Selanjutnya dengan gugup Akmal mengecup kening sang istri.

 Pak Penghulu kemudian memberikan petuah pernikahan untuk kedua mempelai, lalu melantunkan doa-doa agar pernikahan mereka senantiasa mendapatkan keberkahan.

Acara ijab kabul selesai lalu dilanjutkan sungkem kepada kedua orang tua masing-masing. Suasana keharuan tiba-tiba menyeruak begitu saja, tatkala Anaya sungkem pada ibunya. Gadis yang sekarang telah berubah statusnya menjadi seorang istri itu, menangis tergugu di pelukan sang ibu. Menghadirkan tatapan sendu bercampur bahagia dari mereka yang hadir menyaksikan moment tersebut.

Akmal untuk pertama kalinya mengusap lembut punggung seorang wanita selain ibunda dan adiknya. Tangan itu terasa bergetar menyentuh wanita yang telah dinikahinya beberapa saat lalu. Membiarkan sejenak sang istri larut dalam kehangatan pelukan ibunya.

Acara sungkem selesai, Akmal dan Anaya menerima ucapan selamat dari tamu yang hadir serta para kerabat dari keluarga masing-masing.

"Surprise...." pekik Adzana dan Ersa yang datang di hari pernikahan sahabatnya padahal keduanya sedang ada kunjungan kerja di luar kota.

"Hahhh...! Kalian...? Kenapa bisa ada di sini? Bukankah...?" Anaya tidak melanjutkan kata-katanya karena terlalu terkejut.

"Kita menyempatkan waktu untuk menghadiri pernikahanmu. Selamat menempuh hidup baru ya...Sayangku! Semoga sakinah mawadah warahmah." Adzana dan Ersa bergantian memberi ucapan selamat dan saling berpelukan.

"Selamat ya, Nay. Semoga pernikahan kalian langgeng terus sampai kakek nenek," ucap Ersa tulus.

"Aamiin..." seru mereka bertiga.

"Nay, bagaimana perasaanmu setelah tahu, bahwa pengantin pria adalah Kak Akmal?" tanya Ersa kemudian.

Anaya menggeleng. "Aku tidak tahu harus ngomong apa, semua terjadi begitu tiba-tiba. Aku merasa bahkan merasa bahwa ini terasa mimpi. Tapi entahlah, semoga semua berjalan dengan semestinya. Lillahi ta'ala saja," ucap Anaya.

"Tapi aku curiga darimana, Kak Akmal tahu nomor ponselku?" sambungnya seraya menatap Adzana sahabatnya.

Adzana yang mendapatkan tatapan dari Anaya langsung gelagapan, tetapi dia tidak mau mengaku.

"Semua yang terjadi tidak secara kebetulan, semua sudah diatur oleh Tuhan, jadi manusia hanya perantara." Adzana mengatakan argumennya.

"Apapun itu aku mengucapkan terimakasih, mungkin jodohku memang harus melalui perantara campur kalian," ucap Anaya tulus

"Mungkin..." sahut Adzana cuek.

"Dan kamu tahu, Nay? Mas kawinmu senilai satu M...! Gila...!" pekik Ersa.

"Itu baru mobilnya, belum tanahnya," Adzana menimpali.

Akmal memang memberikan mas kawin pada Anaya berupa mobil Land Rover Discovery, yang harganya ditaksir di atas satu miliar. Juga kebun seluas sepuluh hektar beserta sertifikatnya.

"Masa sih?" ucap Anaya.

"Duuuhh, punya temen kok lemot bin dodol begini sih! Kalau diuangkan nominalnya bisa satu miliar lebih itu mobil doang, Anaya sayaaanng?" geram Ersa.

"Oh, iya ya. Eh, tapi...bukannya kalau mobil itu dijual nilainya makin berkurang?" sahut Anaya.

"Memangnya mau kamu jual mas kawinmu? Apa Kak Akmal sudah kekurangan uang, sampai kamu mau jual itu mobil? Dengar ya, Nay! Kak Akmal itu uangnya buanyak, sahamnya saja ada di beberapa perusahaan besar. Jadi kamu itu tidak perlu khawatir, setelah ini pasti kamu tidak diperbolehkan bekerja," tutur Adzana

Anaya menggeleng. "Entah kebaikan apa yang sudah kulakukan, sehingga aku bisa seberuntung ini."

"Kamu tidak sadar? Kamu dari kuliah sudah bekerja, mencukupi kebutuhan ibu dan adik-adikmu, sampai kamu tidak memikirkan dirimu sendiri. Nah itu jawaban dari semua ketulusan dan keikhlasanmu selama ini, Nay!" terang Ersa.

"Entahlah, aku sendiri tidak pernah berharap seperti itu."

"Sudah...sudah...sudah...! Ini hari pernikahan kamu, dan kamu harus bahagia, oke!" Adzana menengahi.

°

Acara resepsi berlangsung meriah, banyak tamu undangan yang datang dari berbagai kalangan. Tetangga, teman, kerabat, kolega bisnis, hingga pejabat pemerintahan hadir di sana. Semua membaur menjadi satu dan memberikan ucapan selamat kepada mempelai pengantin.

Selama acara berlangsung keduanya sering kepergok curi-curi pandang dan tersenyum malu-malu. Bahkan yang tak sengaja melihatnya pun ikut tersenyum melihat kelucuan mereka. Tak terkecuali Pak Deni dan Bunda Marini yang diam-diam memperhatikan tingkah anak dan menantunya.

"Ayah, lihat mereka! Sepertinya sangat cocok, semoga pernikahan mereka til jannah ya, Yah."

"Aamiin, Bun. Semoga doa dan harapan kita terkabul."

Jam enam sore acara resepsi selesai. Sengaja tidak sampai malam hari mengingat masalah yang baru saja dihadapi. Jadi malam ini mereka ingin beristirahat dengan tenang. Begitulah kira-kira, orang kaya mah bebas.

Pasangan pengantin berjalan berdampingan menuju kamarnya. Sesekali keduanya melemparkan senyuman masih dengan malu-malu meong. Hingga mereka sampai di kamar, keduanya tampak canggung juga kikuk. Anaya meski sedikit absurd dan bar-bar tapi dia tahu menempatkan diri. Di hadapan Akmal suaminya dia berubah menjadi seekor kucing yang manis.

"Maaf, Mas. Aku apa Mas Akmal yang mandi duluan?" tanya Anaya.

"Kamu saja, aku mau ke bawah dulu." jawab Akmal yang hatinya menghangat hanya karena panggilan dari Anaya yang sudah berubah tanpa dia minta.

Anaya langsung masuk ke kamar mandi. Setelah melepas semua pakaiannya ia langsung membawa langkahnya ke bawah shower dan menyalakannya. Ia menikmati sensasi air hangat yang mengguyur tubuhnya, hingga beberapa menit kemudian ia menyudahi aktivitasnya.

Anaya keluar kamar mandi, hanya mengenakan handuk yang membelit tubuhnya sebatas dada dan di atas lulut, membuat Akmal yang saat itu baru saja masuk ke dalam kamar kembali, harus menelan salivanya dengan susah payah. Bagaimanapun dia adalah pria normal.

"Shiiittt..."

Anaya yang sedang membuka lemari untuk mengambil baju, langsung berteriak saat menyadari ada orang lain di dalam kamar.

"Aaaaagghhhh...!" Tubuhnya secara reflek melesat masuk ke dalam lemari dan menarik pintunya dari dalam.

Akmal dibuat bengong untuk beberapa saat melihat kekonyolan istrinya. Ia menggelengkan kepala seraya mengulum senyumnya, lalu masuk ke dalam kamar mandi guna membersihkan diri.

Mengetahui suaminya telah masuk ke kamar mandi, Anaya buru-buru keluar dan langsung memakai bajunya. Setelah itu menyiapkan baju ganti untuk sang suami. Tak tahu lagi apa yang harus dilakukannya, Anaya memilih duduk di tepi tempat tidur dengan berselonjor kaki. Dia memainkan jemari tangannya untuk mengurangi rasa gugupnya.

Pintu kamar mandi terbuka, Anaya mengalihkan pandangannya, dan seketika ia menutup matanya dengan kedua telapak tangannya lalu perlahan memalingkan muka sambil meringis malu. Akmal hanya tersenyum tipis melihat tingkah istrinya.

"Mas Akmal, aku sudah siapkan baju gantinya ini," beritahu Anaya.

Akmal mendekat lalu memakai bajunya begitu saja di dekat Anaya istrinya. "Terimakasih."

Anaya semakin menundukkan kepala, mati-matian menahan gejolak di dadanya, antara malu dan gugup, menjadi satu mengaduk perasaannya sekarang.

Akmal menepuk pundak Anaya, membuat wanita itu tersentak kaget.

"Heemmm... mau makan di luar apa di kamar saja?"

"Terserah Mas Akmal saja, aku ikut. Tapi sebelum itu ada yang ingin aku tanyakan."

"Ada apa?"

"Eeemm... Apakah kita akan menandatangani surat kontrak nikah? Bukankah biasanya kalau menikah mendadak seperti kita ini, pasti ujung-ujungnya ada perjanjian kontrak nikah seperti di novel-novel, dan menguntungkan pihak pertama."

Akmal langsung menoyor kening Anaya saking gemasnya pada istri polosnya itu. "Dengar ya, Anaya Putri bin alm Bapak Joko Santoso, kamu itu akan terikat kontrak denganku seumur hidupmu, paham!"

°

°

°

°

°

Terpopuler

Comments

👑Queen of tears👑

👑Queen of tears👑

vote beserta anuu²an untuk karya baruu yang udah bikin aku bengekkk duluan 🤣🤣🤣🤣
fighting ibuu 💪

2025-01-08

1

👑Queen of tears👑

👑Queen of tears👑

astaga jujur bangettttt kamu ay 🤣🤣🤣
ada dong kata Akmal,, kontrak seumur hidup 🤣🤣🤭

2025-01-08

1

ora

ora

Ajarin, Zana. Pokoknya Naya hidupnya harus enak setelah nikah🤭

2025-01-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!