BTARI DAN NADEA

Barra tersenyum lebar begitu mendapati sosok cantik yang kini berjalan dengan anggun menghampirinya. Bahkan Barra langsung menyambut kedatangan Nadea dengan pelukan hangat. Kerinduan akan gadisnya sangat menyiksa dan pelukan itu sebagai pengobat kerinduannya terhadap gadisnya itu.

 Barra menghirup wangi rambut panjang Nadea. Gadisnya selalu cantik dalam keadaan apapun. Semua yang ada pada gadis itu seakan candu untuk Barra. Hal itu semakin menambah kerinduan tatkala mereka yang sekarang sulit untuk bertemu. Ini bahkan sudah hampir dua bulan mereka tidak bertemu sejak liburan berdua yang tertangkap di media tersebut. Beruntungnya foto tersebut tidak memperlihatkan wajah Nadea,sehingga Barra masih bisa menyangkal hubungan mereka di media.

 "Aku kangen banget sama kamu." Ungkap Nadea yang masih berada dalam dekapan Barra.

 Lelaki itu tertawa pelan. Tangannya membelai lembut rambut panjang itu.

 "Aku bahkan lebih kangen dari yang kamu kira." Ucapnya lembut.

 "Iya aku tahu." Lirih Nadea.

 Saat ini mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah kafe kecil. Tempat ini adalah tempat mereka pertama kali pacaran. Tempat ini juga dirasa aman dari paparazi.

 "Makanan dan minumanmu sudah ku pesankan. Mau makan sekarang?" Tanya Barra kemudian merenggangkan pelukannya.

 Nadea mengangguk. "Boleh." Jawab Nadea.

 Keduanya lalu menikmati makanan mereka. Setelah itu, mereka memilih untuk bersantai di rooftop kafe. Menikmati waktu berdua setelah sekian lama tidak berjumpa. Melepas rindu atas jarak yang diciptakan tanpa rencana.

 Kini sembari menatap bintang yang bertebaran di kelamnya langit, Nadea menyandarkan dirinya dalam dekapan Barra. Ia menyukai hal ini. Merasa dirinya adalah milik Barra, begitupula sebaliknya. Memeluk Nadea dan menghirup aroma tubuh Nadea yang menjadi candu untuknya.

 Kalau bukan karena keadaan mereka yang sulit, sekarang mereka pasti bisa bertemu sebebas mungkin. Tidak perlu khawatir dengan omongan orang dan paparazi.

 "Kamu akan selalu mencintaiku, kan?" Tanya Nadea.

 Barra mengeratkan dekapannya. "Iya. Jangan meragukan perasaanku, ya." Sahut Barra tenang.

 "Bagaimana dengan perempuan itu? Kamu akan mengenalkannya padaku, kan?" Tanpa menjawab Barra mengangguk. Seulas senyum muncul di bibir Nadea. "Bagaimana jika nanti kalian justru jatuh cinta, Bar? Tidak ada yang tidak mungkin, Bar." Nada khawatir itu terdengar lirih.

 Barra merasakan keresahan dalam diri Nadea. Namun ia paham akan hal itu. Padahal ia pun yakin bahwa itu hanya ketakutan Nadea saja. Bagaimana bisa ia menggantikan Nadea dengan Btari? Nadea adalah perempuan idamannya, sementara Btari adalah saingannya yang kini hampir menjadi partner kerjanya.

 Lagipula Barra lebih menyukai tipikal perempuan seperti Nadea. Perempuannya yang anggun, cantik, berkelas dan bersikap lemah lembut. Hanya karena ia model orang tuanya enggan merestui mereka. Sementara Btari? Ya, gadis itu memang cantik. Tubuhnya mungil dan wajahnya juga kecil. Ia memiliki bola mata bulat yang hitam pekat dan pipi yang chubby. Hal itu membuat Btari lebih mirip gadis SMA dibandingkan perempuan berusia 27 tahun. Namun mengingat wajah datar dan perkataan Btari yang ketus semakin membuat Barra terlalu ngeri membayangkan untuk jatuh cinta pada Btari.

 "Btari nggak seperti kamu, Sayang. Lagipula kamu nggak usah khawatir. Selama kamu juga bisa jaga kepercayaan aku, maka aku juga akan menjaga kepercayaan kamu."

 Nadea tersenyum lega. Namun anehnya ia tetap merasakan janggal di lubuk hatinya.

 "Terima kasih untuk cinta luar biasamu untukku, Bar."

 "Sama-sama, Sayang. Aku akan selalu mencintai kamu."

***

 Pagi ini Btari sudah berada di sebuah cafe. Tempat ternyaman untuknya dalam melihat hasil fotonya seminggu ini. Senyum tipis terukir di bibirnya ketika melihat hasilnya. Dirinya puas. Walaupun harus berjuang masuk keluar hutan, baik saat hujan maupun cuaca panas.

 Saat ini ia sedang mengerjakan proyek kerja sama dengan sebuah perusahaan penerbitan majalah satwa. Sudah hampir lima tahun ia memilih untuk menjadi fotografer alam freelance. Bekerja dengan sistem yang lebih fleksibel dan menjalin kerja sama dengan berbagai klien. Yang paling utama adalah waktu Btari yang tidak terikat dengan perusahaan.

 "Kamu sudah lama?" Suara yang beberapa hari ini seringkali Btari dengar membuat gadis itu mengalihkan pandangannya dari kamera DSLR.

 "Lumayan." Jawab Btari singkat. Gadis itu lalu memasukkan kameranya ke tas kamera yang berada di kursi sampingnya.

 Hari ini adalah hari Barra akan memperkenalkan dirinya dengan Nadea. Awalnya Btari enggan untuk bertemu Nadea. Lagipula fotonya banyak di internet. Ia bisa melihat dan mencari informasi mengenai model papan atas itu disitu. Namun Barra memaksanya. Menurut Barra ini dilakukan untuk menghilangkan rasa cemburu Nadea terhadap Btari.

 "Maaf. Tadi aku masih ada pekerjaan sedikit." Kata Barra tulus.

 Percaya atau tidak, Barra yang sekarang terlihat sedikit berbeda dengan ia saat SMA. Ia sudah terlihat lebih manusiawi.

 "Oke." Jawab Btari singkat.

 Hening. Barra terlihat sibuk dengan ponselnya, sementara Btari sibuk dengan pikirannya sendiri. Berbagai prasangka muncul. Bukan berarti ia tidak mempercayai Barra, lelaki itu bahkan sudah memberikan dana sesuai yang Btari inginkan untuk keperluan operasional panti. Namun Btari sebenarnya masih ragu karena sebentar lagi ia akan menikah.

 Walaupun pernikahan ini tidak seperti pernikahan impiannya, namun tetap saja ia akan menikah resmi dan sah di mata negara dan hukum. Pergolakan batin terus saja hadir. Ia merasa bersalah kepada Ibu panti dan mendiang kedua orang tuanya.

 "Kamu udah lama jadi fotografer?" Tanya Barra.

 Btari mengangguk. "Jalan lima tahun."

 "Dulu ku kira kamu akan jadi dosen atau kerja di kedutaan besar. Dulu kamu sangat suka mendebatku."

 "Manusia bisa berubah. Seperti kamu yang sekarang justru memilih menjadi arsitek, saya pun memilih menjadi pemburu foto." Ujar Btari dingin.

 "Kenapa harus fotografer alam? Maksudku, dengan penampilanmu saat ini akan banyak orang yang terkejut dengan pekerjaanmu."

 "Alam itu lebih jujur dari manusia. Lagipula saya banyak menemukan hal yang baru ketika melakukan pekerjaan saya. Sesuatu yang tidak akan kamu mengerti dengan gaya hidup dan pola pikirmu yang glamor itu." Sarkas Btari.

 Barra tersenyum tipis. Setelah pertemuan pertama mereka beberapa waktu yang lalu, Barra mulai memahami bahwa Btari adalah perempuan yang berbeda dengan kebanyakan perempuan di sekitarnya. Kalimat sarkas, warna pakaiannya yang cenderung netral dan gelap dan pekerjaannya yang jauh dari kata feminim itu membuat Barra yakin kalau menjalin kerja sama dengan Btari adalah keputusan terbaik untuknya, terutama untuk hubungannya dan Nadea.

 "Bukankah itu terlalu beresiko, ya? Maksudku dengan penghasilan yang tidak menentu, kamu bahkan harus menjangkau tempat yang terkadang sulit untuk dijangkau."

 "Resiko itu bagian dari hidup, Bar. Pekerjaan apapun pasti ada resikonya." Jawab Btari.

 Barra baru saja akan bertanya lagi, namun lebih dulu dipotong oleh Btari.

 "Kamu nggak perlu tahu tentang hidup saya. Hubungan kita hanya sebatas rekan kerja."

 "Aaah, iya-iya. Maaf. Niatku hanya untuk mencairkan suasana di antara kita saja. Mengingat kita akan tinggal bersama nantinya."

 Btari diam. Dia sadar akan hal itu. Namun ia tidak mau terlalu akrab dengan Barra.

 "Hai, semuanya!" Suara lembut itu membuat Btari menoleh.

 Di depannya berdiri seorang perempuan cantik dengan penampilan yang sangat anggun. Wajahnya sangat familiar. Senyumnya menampakkan kepercayaan dirinya. Awalnya Btari bingung, namun melihat Barra yang langsung berdiri dan memeluk perempuan itu Btari langsung paham siapa dia.

 Nadea Vanessa. Model papan atas yang terkenal dengan beragam iklannya dan sekarang menjadi istri seorang pengusaha ternama. Beritanya hampir setiap hari hadir. Ya, karena ikut dalam urusan dua orang di depannya ini, Btari jadi sibuk mencari tahu tentang Nadea.

 Siapa sangka, dibalik wajah cantik nan lembut itu ternyata ia justru menjalin hubungan gelap dengan seorang arsitek terkenal.

 "Hai, kamu Btari, kan?" Nadea menyapanya ramah. Tangannya terulur ke hadapan Btari.

 Btari tersenyum tipis. "Hai. Saya Btari." Jawab Btari menyambut tangan Nadea.

 "Kalian nggak pesan makanan?" Tanya Nadea.

 Btari dan Barra saling tatap. Btari sebenarnya sudah memesan minum, namun ia jarang sarapan. Sementara Barra memang menunggu Nadea.

 "Pesankan sekalian untukku ya." Kata Barra lembut.

 Btari melihat keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan. Cinta terkadang memang buta. Berusaha mengelak bahwa cinta yang terjalin terkadang sangat menyakiti banyak pihak.

 "Jadi sesuai dengan yang aku bicarakan ke kamu kemarin, bahwa Btari akan menjadi istriku untuk sementara. Kita akan menikah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ini tidak akan lama. Sampai dengan kondisinya membaik. Setidaknya sampai dengan nama baikku mulai membaik dan proyek besar itu ku dapat."

 "Itu terlalu lama, Bar. Perlu waktu satu tahun." Keluh Nadea. Tangannya mengusap lengan Barra.

 Barra berusaha menenangkan Nadea. "Nggak lama, Sayang. Lagipula ini akan lebih aman untuk kita berdua. Setidaknya pernikahan ini akan meredam gossip di antara kita sementara waktu."

 Nadea menghela napasnya. "Baik. Awas aja kalau kamu macam-macam." Ancam Nadea dengan sikap manjanya.

 Melihat interaksi kedua orang itu, Btari jadi paham mengapa Barra bisa sebodoh ini. Mempertahankan hubungan di saat orang tua tidak memberi restu saja itu terbilang sulit, apalagi kini ia menjalin hubungan dengan istri orang. Bodohnya Barra jadi berlipat ganda di mata Btari. Kalau bukan karena ia membutuhkan Barra untuk kelangsungan panti, mungkin ia akan segera pergi daripada bertahan dengan perasaan muak melihat dua orang di depannya.

 Nadea memang cantik. Sangat cantik malah. Namun dengan wajah Barra yang juga tampan, pekerjaan yang juga menjanjikan dan latar belakang keluarga terpandang, seharusnya Barra bisa dapat perempuan yang lebih baik dan lebih bermoral. Terlebih, tidak ada perempuan bermoral yang mau menjalin hubungan di saat ia sudah mempunyai suami. Apapun alasan mereka menikah.

 "Saya rasa kita harus membicarakan banyak hal. Saya rasa kita bisa bersikap profesional untuk beberapa waktu ke depan." Ujar Btari dengan nada dingin.

 Ia bahkan melihat jelas betapa wajah lembut itu menatapnya tidak suka. Namun Btari tidak ambil pusing. Ia tidak akan ikut campur urusan kedua sejoli ini selama ketenangannya tidak diganggu.

 "Ah iya. Maaf, Btari. Ini adalah surat perjanjian kita. Masing-masing kita punya salinannya. Poin-poinnya apa saja tertera jelas disana. Kalau kamu ada pertanyaan atau revisi silahkan."

 Btari mengambil kertas yang diberikan Barra. Ia membaca poin per poin. Dibacanya dengan seksama. Ia tidak mau jika harus terjebak terlalu dalam di antara drama yang dibuat Barra.

 "Saya setuju dengan semua poinnya. Namun saya ingin mengajukan permintaan, Bar. Semoga kamu dan Nadea bisa menerima."

 "Apa itu?" Tanya Nadea penasaran.

 "Saya ingin tetap bekerja seperti biasa. Melakukan beragam kegiatan seperti biasa. Saya harap kamu bisa mengkondisikan ini dengan mamamu, Bar." Pinta Btari.

 Barra ragu, namun akhirnya mengangguk juga. Biarlah nanti ia pikirankan bagaimana berbicara dengan ibunya.

 "Saya nggak keberatan dengan hubungan kalian. Namun saya minta kalian untuk bertemu di luar tempat tinggal saya dan Barra nanti. Pernikahan ini memang sejenis nikah kontrak. Namun bagi saya, menghormati pernikahan ini adalah kewajiban untuk saya. Saya tidak peduli dengan hubungan kalian. Namun menjaga nama baik saya, orang tua saya dan keluarga calon mertua saya itu adalah kewajiban saya."

 Nadea dan Barra sama tertegun mendengar permintaan Btari. Ini di luar dugaan mereka. Perkataan Btari seolah menampar mereka berdua.

 "Baik. Aku setuju." Kata Barra tegas.

 "Nggak. Aku nggak mau, ya, Bar."

 "Itu permintaan mutlak saya. Saya akan ke toilet sebentar. Silahkan diskusikan." Btari lalu pergi meninggalkan kedua orang itu.

 Sesampainya di kamar mandi, gadis itu menatap dirinya di cermin toilet. Ia tahu ketika ia mengiyakan tawaran Barra, itu artinya hidupnya tidak akan setenang ini lagi. Sekitar sepuluh menit Btari diam disana, sengaja memberikan ruang untuk Barra dan kekasihnya itu. Akhirnya Btari kembali ke tempatnya.

 Namun yang dilihat Btari hanya Barra sendiri. Wajah lelaki itu jauh dari kata baik-baik saja.

 "Pacarmu mana?" Tanya Btari sambil melihat sekeliling.

 "Pulang. Dia marah. Dia keberatan dengan permintaan dari kamu."

 Btari sudah menduga ini. Walaupun Btari kesal dengan Barra, namun melihat kondisinya sekarang Btari cukup simpati.

 "Pertimbangkan lagi, ya. Saya melakukan itu hanya untuk menjaga nama baik keluargamu saja."

 Barra melihat ada ketulusan di wajah Btari. Wajah yang biasanya datar itu seketika terlihat berbeda.

 "Thanks, Bi." Ucap Barra pelan.

 "Okey." Btari mengulaskan senyum kecil di wajahnya.

 "BARRA! Ini siapa lagi?"

Terpopuler

Comments

Popo Hanipo

Popo Hanipo

ketimbang wanita manja aku lebih suka karakter wanita yang tegas wkkk kecuali kalo sudah punya suami manjanya cuma depan suami tp juga lihat dulu modelan suaminya wkkk

2025-04-10

0

Aishi OwO

Aishi OwO

Bikin happy setiap kali baca. Gak bisa berhenti bacanya.

2025-01-01

1

lihat semua
Episodes
1 SAINGAN
2 DEAL
3 BTARI DAN NADEA
4 SIDANG KELUARGA
5 Konsep Pernikahan
6 SAH
7 DERING PANGGILAN MASUK
8 MALAM PERTAMA?
9 RASA NYAMAN
10 PEDULI
11 HANYA REKAN KERJA
12 LOGIKA DAN PERASAAN
13 TEMAN BARU BTARI
14 RINDU?
15 BENCANA
16 BARRA, SUAMINYA BTARI.
17 DEEP TALK?
18 CEMBURU
19 BARRA GALAU
20 KECEWA
21 AYO MULAI DARI AWAL
22 Jangan Terlalu Baik
23 SEPEDULI ITUKAH?
24 KELUARGA
25 CANGGUNG LAGI
26 BARRA, BTARI DAN DEBAT
27 PERTEMUAN
28 PERASAAN ANEH
29 BARRA DITOLAK, BIAN BERTINDAK
30 KEDATANGAN BIAN
31 SISI LAIN BTARI
32 MASA LALU?
33 MALAM MENCEKAM
34 SIAPA ADAM
35 DIA ISTRIKU
36 KITA PUNYA BATASAN
37 TERBONGKAR DAN MUSIBAH
38 TAK BERDAYA
39 SIUMAN
40 MULAI ADA RASAKAH?
41 BUKAN SOAL RASA
42 KABAR MENGEJUTKAN
43 ORANG SURUHAN
44 MASA LALU DAN MASA DEPAN
45 TENDER BERMASALAH
46 BTARI DAN PERASAANNYA
47 BERTENGKAR
48 SETIAP KEMUNGKINAN ITU ADA
49 BARRA SUKA BTARI CEMBURU
50 MULAI PDKT
51 TITIK TEMU
52 TERPAKSA JADIAN
53 NOSTALGIA YANG TAK PERLU
54 SIAP BERANGKAT
55 SATU SELESAI, SATU LAGI MUNCUL
56 ADAM YANG ANEH
57 MENCOBA BICARA
58 MELEPAS RINDU
59 BTARI SALAH TINGKAH
60 PASUTRI BARU
61 TIDUR SEKAMAR-SERANJANG
62 KEJUTAN DARI BTARI
63 SEMAKIN DEKAT
64 SKANDAL
65 MENJELASKAN SEMUANYA
66 PELAKU UTAMANYA
67 SYARAT ARDYA
68 SAKINAH DALAM RUMAH TANGGA
69 MELEPASKAN
70 RASA TERABAIKAN
71 AMARAH DALAM DIAM
72 USAHA MENDAPATKAN MAAF
73 GAGAL LAGI
74 BULAN MADU
75 DOUBLE DATE
76 MALAM YANG INDAH
77 PENGAKUAN
78 PEKERJAAN BARU
79 PERTEMUAN TAK TERDUGA
80 PESAN DARI ADAM
81 KEHENINGAN YANG MENEGANGKAN
82 EGO
83 SESAK
84 BERTEMU NADEA
85 SALING MENGERTI
86 AROMA PARFUM
87 NODA
88 SAKIT DAN BERDARAH
89 BIARKAN AKU SENDIRI DULU, BAR
90 BTARI HAMIL
91 KEKECEWAAN ORANG DEKAT
92 PROSES TM 1
93 BTARI MODE POSESIF
94 TERJATUH
95 PERTARUHAN NYAWA
96 SELAMAT
97 BERUSAHA MENJADI YANG TERBAIK
98 LETAK BAHAGIA
99 MEMAAFKAN
100 BUAH KELAPANGAN HATI
Episodes

Updated 100 Episodes

1
SAINGAN
2
DEAL
3
BTARI DAN NADEA
4
SIDANG KELUARGA
5
Konsep Pernikahan
6
SAH
7
DERING PANGGILAN MASUK
8
MALAM PERTAMA?
9
RASA NYAMAN
10
PEDULI
11
HANYA REKAN KERJA
12
LOGIKA DAN PERASAAN
13
TEMAN BARU BTARI
14
RINDU?
15
BENCANA
16
BARRA, SUAMINYA BTARI.
17
DEEP TALK?
18
CEMBURU
19
BARRA GALAU
20
KECEWA
21
AYO MULAI DARI AWAL
22
Jangan Terlalu Baik
23
SEPEDULI ITUKAH?
24
KELUARGA
25
CANGGUNG LAGI
26
BARRA, BTARI DAN DEBAT
27
PERTEMUAN
28
PERASAAN ANEH
29
BARRA DITOLAK, BIAN BERTINDAK
30
KEDATANGAN BIAN
31
SISI LAIN BTARI
32
MASA LALU?
33
MALAM MENCEKAM
34
SIAPA ADAM
35
DIA ISTRIKU
36
KITA PUNYA BATASAN
37
TERBONGKAR DAN MUSIBAH
38
TAK BERDAYA
39
SIUMAN
40
MULAI ADA RASAKAH?
41
BUKAN SOAL RASA
42
KABAR MENGEJUTKAN
43
ORANG SURUHAN
44
MASA LALU DAN MASA DEPAN
45
TENDER BERMASALAH
46
BTARI DAN PERASAANNYA
47
BERTENGKAR
48
SETIAP KEMUNGKINAN ITU ADA
49
BARRA SUKA BTARI CEMBURU
50
MULAI PDKT
51
TITIK TEMU
52
TERPAKSA JADIAN
53
NOSTALGIA YANG TAK PERLU
54
SIAP BERANGKAT
55
SATU SELESAI, SATU LAGI MUNCUL
56
ADAM YANG ANEH
57
MENCOBA BICARA
58
MELEPAS RINDU
59
BTARI SALAH TINGKAH
60
PASUTRI BARU
61
TIDUR SEKAMAR-SERANJANG
62
KEJUTAN DARI BTARI
63
SEMAKIN DEKAT
64
SKANDAL
65
MENJELASKAN SEMUANYA
66
PELAKU UTAMANYA
67
SYARAT ARDYA
68
SAKINAH DALAM RUMAH TANGGA
69
MELEPASKAN
70
RASA TERABAIKAN
71
AMARAH DALAM DIAM
72
USAHA MENDAPATKAN MAAF
73
GAGAL LAGI
74
BULAN MADU
75
DOUBLE DATE
76
MALAM YANG INDAH
77
PENGAKUAN
78
PEKERJAAN BARU
79
PERTEMUAN TAK TERDUGA
80
PESAN DARI ADAM
81
KEHENINGAN YANG MENEGANGKAN
82
EGO
83
SESAK
84
BERTEMU NADEA
85
SALING MENGERTI
86
AROMA PARFUM
87
NODA
88
SAKIT DAN BERDARAH
89
BIARKAN AKU SENDIRI DULU, BAR
90
BTARI HAMIL
91
KEKECEWAAN ORANG DEKAT
92
PROSES TM 1
93
BTARI MODE POSESIF
94
TERJATUH
95
PERTARUHAN NYAWA
96
SELAMAT
97
BERUSAHA MENJADI YANG TERBAIK
98
LETAK BAHAGIA
99
MEMAAFKAN
100
BUAH KELAPANGAN HATI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!