Part 2. UKS

...Zaman memang semakin modern, namun jangan lunturkan etika sopan santun dengan tidak melupakan kata tolong, maaf, dan terima kasih...

...-Most Wanted vs Nerd Girl-...

***

Ratu terus berlari hingga kini hanya tersisa lima putaran lagi. Ratu kembali terhenti, ia benar-benar merasa letih. Kepalanya mulai terasa berat. Raja terus berteriak. Namun, suara Raja hanya terdengar samar. Pandangannya mulai membuyar, tubuhnya mulai terhuyung, pandangannya pun menggelap—Ratu jatuh pingsan.

"Dia pingsan!" teriak salah seorang siswi.

Raja berlari ke arah Ratu lalu membopongnya ke UKS. Membaringkan tubuh Ratu ke atas kasur UKS. Sekilas Raja melirik ke arah Ratu yang berwajah pucat. "Panggil PMR," perintah Raja.

Liam dan Nathalie yang berada di sana lalu bergerak memanggil anak-anak PMR. Raja sempat melirik ke wajah polos milik Ratu yang tampak pucat. Ia lalu berbalik hendak kembali ke lapangan.

Langkah lebar Raja terhenti. "Jangan ada bilang gua yang bawa!"

Nathalie mengangguk paham. Ia sangat hafal tentang Raja. Namun, itu kali pertama Raja mau menolong seorang gadis yang tak ia kenal. Bahkan Raja sangat anti dengan seorang gadis. Tidak, bukannya homo. Hanya saja pemuda berwajah tegas itu terlalu pemilih karena suatu hal yang terjadi di masa lalu.

Disentuh saja ia pasti akan menatapnya sinis. Parahnya ia akan menepisnya kasar atau mengatainya dengan perkataannya yang begitu pedas. Bisa dikatakan ucapannya sepedas sambal matah.

Sebelumnya Raja selalu menyuruh senior lain untuk membawa para junior yang sakit, namun hari ini? Justru ia sendiri yang membopong dengan tangan kekarnya.

"Lo beruntung," lirih Nathalie menatap Ratu yang juga belum sadar.

"Kak, tubuhnya mulai panas, kayaknya dia demam," kata Annisa, salah satu anak PMR di SMA Gold Garuda ini.

Nathalie memegang jidat dan pipi kanan Ratu dan benar saja. Suhu tubuh Ratu meninggi, wajahnya semakin terlihat pucat. "Obat penurun panas ada gak?"

"Ada, Kak. Sebentar gue ambilin dulu, ya?" Gadis bernama Annisa itu lantas meraih kotak obat dan mencari obat penurun panas di sana.

"Ini." Anisa pun menyodorkan obat tadi kepada Nathalie.

Nathalie menepuk-nepuk pipi Ratu dengan tangannya berusaha membangunkannya. "Dek, bangun. Minum obat dulu."

Mata Ratu mulai terbuka perlahan. Ia memegangi kepalanya yang terasa berat. "Maaf, Kak. Ratu gak suka minum obat dan juga Ratu belum sarapan."

"Lo kenapa gak sarapan, sih? Udah tahu ada MOS nekat amat lo," omel Nathalie.

Ratu hanya terdiam menatap lantai. Kedua jari telunjuknya saling bertemu. Semua yang berada di dalam UKS terkekeh geli menatap Ratu yang tampak sangat kekanak-kanakan.

"Woi, Liam! Ambilin dia makan, kek, malah diam aja di situ. Pantesan gak punya pacar, peka aja enggak!" cerocos Nathalie menyemprot Liam dengan segala omelannya.

Kak Nathalie cerewet banget, ya, tapi cantik banget. Ratu suka, batin Ratu.

"Iya, bawel lo. Pantas gak bisa dapatin si R. Kasihan ditolak," ejek Liam lalu keluar dari UKS dengan langkah lebarnya.

"Kak?" panggil Ratu lirih nyaris tak terdengar.

Nathalie menoleh dan mendekat ke arah Ratu yang tengah menatapnya sendu. "Iya?"

"Maafin Ratu, ya? Ratu udah terlambat dan malah repotin Kakak. Ratu tadi udah usaha tepat waktu tapi, tetap aja terlambat. Maafin Ratu, ya?" Mendengar itu Nathalie terkekeh geli. Benar-benar gadis yang polos.

"Lo kayak anak kecil aja, sih. Gue gak masalahin itu kok. Raja emang kayak gitu orangnya, dia terlalu disiplin," lontar Nathalie. "Jadi, sabar aja pokoknya sama dia."

"Gitu, ya? Tapi Ratu suka cowok kayak Kak Raja," celetuknya. "Tertib banget orangnya gak brandalan gitu."

Nathalie terkekeh. "Nama lo siapa? Oh, Ratu, ya?" Nathalie membaca name tag yang melekat di seragam Ratu.

"Iya," sahut Ratu pelan.

"Ratu ... Raja, cocok loh," goda Nathalie berhasil membuat wajah pucat Ratu memerah karena malu. "Sabi, nih, jadi pasangan ter-sweet di sekolah."

"Eh?" Terkejut Ratu mendengarnya, ia berkedip beberapa kali.

"Lie, nih, kebetulan ada bubur Pak Boi yang paling sedap. Tenang aja gue yang ganteng ini yang bayar." Liam kembali membawa semangkuk bubur buatan Pak Boi yang terkenal karena rasanya yang sangat enak. "Buruan ambil keburu gue makan sendiri ini bubur. Sedap banget jadi lapar lagi gue."

"Lama!" sambar Nathalie meraih bubur dari tangan Liam.

Ratu menyimak perdebatan keduanya. Tanpa sadar ia berucap, "ih, Kakak berdua cocok."

Nathalie menoleh ke arah Ratu menyodorkan semangkuk bubur ayam itu. "Amit-amit gue sama Liam. Lo hati-hati, dia itu sok ganteng. Dia itu playboy cap macan!"

"Tapi Kak Liam emang ganteng tahu, Kak." Ratu menatap Liam yang kini tengah membetulkan jambulnya.

Dengan penuh percaya diri Liam memainkan rambutnya. "Akhirnya ada yang sadar betapa gantengnya gue."

"Kalau Kak Liam putih, tinggi, berduit, dan jaga image dikit," sambung Ratu membuat tawa Nathalie pecah.

"Ratu salahkah?" tanya Ratu dengan wajah polosnya.

"Enggak salah, Ratu. Lo benar kok. Benar banget malahan dan gue setuju pakai banget," balas Nathalie dengan tawanya yang tak juga pudar. "Akhirnya ada juga adik kelas yang jujur tentang lo, Liam. Haduh ... perut gue sampai kram rasanya."

Ratu mengacuhkan Nathalie yang tertawa terbahak-bahak, ia lebih memutuskan untuk kembali menyantap bubur hingga tak tersisa sedikit pun. Nathalie memberikan obat penurun panas pada Ratu karena anak-anak PMR sudah keluar ruangan sejak beberapa menit yang lalu.

"Makasih, Kak. Maafin Ratu yang udah repotin Kakak." Ratu kembali menyatukan jari telunjuknya membuat Nathalie ingin tertawa.

"Jangan kayak gitu, kayak anak TK aja lo," kekeh Nathalie. "Tidur aja. Nanti gue bangunin lagi."

Ratu menggeleng tegas. "Nanti Kak Raja marah. Ratu ikut ke lapangan aja, ya? Ratu juga udah gak pa-pa kok."

"Baguslah kalau lo tahu," ketus seseorang dari arah pintu.

Serentak Ratu dan Nathalie menoleh bersamaan. Ratu lalu menunduk usai bertemu senior bermata abu-abu itu.

"Ja, dia masih panas," kilah Nathalie memegang dahi Ratu. "Dia pingsan lagi nanti."

"Enggak akan kok, Kak. Ratu udah baik-baik aja," sahut Ratu lirih tanpa memandang Raja sedikit pun.

"Bagus. Buruan ke lapangan gak usah lelet!" tegas Raja dan membuat Ratu tersentak.

...🍬...

Kini Ratu berdiri di belakang Raja. Raja kembali memberikan penjelasan. Lebih tepatnya menjelaskan tentang kedisiplinan. Ratu terus menunduk merasa malu dan menahan rasa pusing yang menerjang kepalanya.

Ratu kuat pasti kuat! batinnya.

Sesekali Raja melirik ke arah Ratu yang terus menunduk. "Heh, lihat ke depan, gua di sini bukan di sepatu lo!"

Ratu sontak mendongak. Pasang matanya langsung bertemu dengan mata elang sang seniornya. "Dan berhenti remas rok lo, kusut!" sambung Raja.

Banyak siswa tertawa karena ulah Ratu. Mata Ratu beralih menatap roknya yang sudah kusut karena terus ia remas sedari tadi. Ia kembali menatap lurus ke depan sesuai perintah Raja.

Lima belas menit sudah Raja terus bicara membuat para junior mulai mengeluh. Raja yang sadar lalu menutupnya. Bukan karena ia kasihan mereka terkena panas melainkan malas jika ucapannya tak lagi didengarkan.

"Istirahat tiga puluh menit. Selamat siang!" Raja memutar badannya usai membubarkan barisan.

"Heh, siapa suruh lo istirahat? Ikut gua!" perintah Raja dan Ratu yang hendak beristirahat mengurungkan niatnya dan lebih memilih menuruti kemauan sang Ketua OSIS.

Ratu terus mengikuti ke mana Raja pergi. Ia hanya menunduk. Ia sedikit mencoba mendongakkan wajahnya menatap sang senior. "Mau ke mana, Kak?"

Tak ada jawaban dari Raja, bahkan ada tanda-tanda mulutnya akan terbuka saja tidak. Ratu mencibirkan bibirnya seraya terus mengomel dalam hatinya.

Bruk!

Tanpa sengaja Ratu justru menabrak dada bidang milik Raja yang tiba-tiba saja berbalik badan. Raja hanya menatap gadis berkucir kuda itu dengan wajah datarnya yang khas. Gadis itu tampak begitu sebal. "Kak? Gak mau bilang maaf gitu sama Ratu?"

"Gak guna," sahut Raja ketus.

"Emang benar apa kata orang. Percaya ataupun tidak di zaman kekinian saat ini begitu sulit untuk mengatakan tiga kata, yaitu tolong, maaf, dan terima kasih. Seakan saja tiga kata ajaib tersebut hilang ditelan perkembangan zaman," cercosnya.

"Buat apa minta maaf, ujungnya masih mengulang hal yang sama," sahut Raja dengan nada tegasnya. "Lebih baik gak usah minta maaf."

"Tapi, Kak—" Belum usai Ratu mengutarakan pendapatnya lebih dulu Raja memotongnya.

"Cepat bersihin taman ini sampai bersih, gua tunggu!" Raja lalu berbalik dan berjalan ke arah bangku.

Ia duduk dan terus mengawasi Ratu dari sana. Hazel elangnya tak pernah lepas dari gadis berkucir kuda itu. Ratu terus memunguti sampah-sampah yang ada di antara pot yang tersusun cantik.

Tanpa sengaja jarinya tertusuk duri tajam, namun ia sudah terbiasa menahan rasa sakit yang jauh lebih perih dari yang ia rasakan saat ini.

Ratu melirik ke arah Raja berada, namun ia tak menjumpainya. "Eh, Kak Raja ke mana? Ah, masa bodolah. Nanti juga pasti muncul lagi."

Ratu kembali memasukkan sampah ke dalam kantung plastik. Tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik tangannya. Lelaki itu mengobati luka yang ada di tangannya lalu membalutnya dengan plaster khusus luka. "Ceroboh."

"Makasih." Ratu lalu mendongak menatap lelaki yang berada di hadapannya. Senyumnya mengembang sempurna menatap siapa lelaki itu.

"Jangan baper," tegas Raja.

Terpopuler

Comments

Anyah aatma

Anyah aatma

Temennya pingsan di katain Bruntung. Hm

2025-01-14

1

🍾⃝ͩкυᷞzͧєᷠуᷧ уιℓ∂ιzι🥑⃟𐋂⃟ʦ林

🍾⃝ͩкυᷞzͧєᷠуᷧ уιℓ∂ιzι🥑⃟𐋂⃟ʦ林

Wkwkwk sok cuek padahal perhatian.

2025-01-04

1

Anyah aatma

Anyah aatma

Nah loh.... sampe anak org pingsan. kalo di usut, pasti Raja di nyatakan bersalah telah melakukan tindakan kekerasan/penindasan.

2025-01-14

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Part 1. Hukuman
3 Part 2. UKS
4 Part 3. Merokok?
5 Part 4. Hukuman Pt 2
6 Part 5. Dylan dan Raja
7 Part 6. Benci Tangismu
8 Part 7. Satu Regu!?
9 Part 8. Tersesat
10 Part 9. Keluar Hutan
11 Part 10. Ruang UKS
12 Part 11. Keras Kepala
13 Part 12. Diperebutkan Tiga Lelaki
14 Part 13. Acara Puncak
15 Part 14. Acara Puncak II
16 Part 15. Menyebalkan
17 Part 16. Semakin Dibenci
18 Part 17. Tertidur
19 Part 18. Kebencian Papa
20 Part 19. Pacar?
21 Part 20. Pembullyan Tiga Gadis
22 Part 21. Iri Bilang Bos
23 Part 22. Papa dan Raja
24 Part 23. Tertidur di Bus
25 Part 24. Penyesalan Papa
26 Part 25. Kali Terakhir Bersamanya
27 Part 26. Rumah Baru
28 Part 27. Merelakan Tanpa Memiliki
29 Part 28. Dihina Kembali
30 Part 29. Pulang Sekolah
31 Part 30. Kamu Demam
32 Part 31. Terpaksa Membolos
33 Part 32. Berjumpa Papa Stefan
34 Part 33. Bercandakah?
35 Part 34. Kecoa
36 Part 35. Harapan Raja
37 Part 36. Kisah Kelam Masa Lalu
38 Part 37. Pernikahan?
39 Part 38. Usir atau Lempar?
40 Part 39. Persaingan
41 Part 40. Gaun Pernikahan
42 Part 41. Nasib Serupa
43 Part 42. Mama Tiri
44 Part 43. Siapakah Dia?
45 Part 44. Bersatunya Dua Hati?
46 Part 45. Tembakan
47 Part 46. Hari yang Buruk
48 Part 47. Kejamnya Takdir
49 Part 48. Tak Mengingatku?
50 Part 49. Mimpi Buruk
51 Part 50. Sarapan dengan Drama
52 Part 51. School Again
53 Part 52. Pesan Misterius
54 Part 53. Pernikahan di Pulau Tahiti
55 Part 54. Promise
56 Part 55. Sebuah Permohonan
57 Part 56. Niara Tahu
58 Part 57. Mereka Kembali
59 Part 58. Ditinggal Sayang Resto
60 Part 59. Hati yang Terluka
61 Part 60. Kacaunya Jiwa
62 Part 61. Akhir Perjuangan
63 Part 62. Menatap Dunia Kembali
64 Part 63. Hukuman Setimpal
65 Part 64. Kembar atau Dia Kembali?
66 Part 65. Bersatu Kembali
67 Part 66. Papa Stefan
68 Part 67. Perayaan Ulang Tahun
69 Part 68. Terkejut oleh Kenyataan
70 Part 69. Anak-Anak Manis
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Prolog
2
Part 1. Hukuman
3
Part 2. UKS
4
Part 3. Merokok?
5
Part 4. Hukuman Pt 2
6
Part 5. Dylan dan Raja
7
Part 6. Benci Tangismu
8
Part 7. Satu Regu!?
9
Part 8. Tersesat
10
Part 9. Keluar Hutan
11
Part 10. Ruang UKS
12
Part 11. Keras Kepala
13
Part 12. Diperebutkan Tiga Lelaki
14
Part 13. Acara Puncak
15
Part 14. Acara Puncak II
16
Part 15. Menyebalkan
17
Part 16. Semakin Dibenci
18
Part 17. Tertidur
19
Part 18. Kebencian Papa
20
Part 19. Pacar?
21
Part 20. Pembullyan Tiga Gadis
22
Part 21. Iri Bilang Bos
23
Part 22. Papa dan Raja
24
Part 23. Tertidur di Bus
25
Part 24. Penyesalan Papa
26
Part 25. Kali Terakhir Bersamanya
27
Part 26. Rumah Baru
28
Part 27. Merelakan Tanpa Memiliki
29
Part 28. Dihina Kembali
30
Part 29. Pulang Sekolah
31
Part 30. Kamu Demam
32
Part 31. Terpaksa Membolos
33
Part 32. Berjumpa Papa Stefan
34
Part 33. Bercandakah?
35
Part 34. Kecoa
36
Part 35. Harapan Raja
37
Part 36. Kisah Kelam Masa Lalu
38
Part 37. Pernikahan?
39
Part 38. Usir atau Lempar?
40
Part 39. Persaingan
41
Part 40. Gaun Pernikahan
42
Part 41. Nasib Serupa
43
Part 42. Mama Tiri
44
Part 43. Siapakah Dia?
45
Part 44. Bersatunya Dua Hati?
46
Part 45. Tembakan
47
Part 46. Hari yang Buruk
48
Part 47. Kejamnya Takdir
49
Part 48. Tak Mengingatku?
50
Part 49. Mimpi Buruk
51
Part 50. Sarapan dengan Drama
52
Part 51. School Again
53
Part 52. Pesan Misterius
54
Part 53. Pernikahan di Pulau Tahiti
55
Part 54. Promise
56
Part 55. Sebuah Permohonan
57
Part 56. Niara Tahu
58
Part 57. Mereka Kembali
59
Part 58. Ditinggal Sayang Resto
60
Part 59. Hati yang Terluka
61
Part 60. Kacaunya Jiwa
62
Part 61. Akhir Perjuangan
63
Part 62. Menatap Dunia Kembali
64
Part 63. Hukuman Setimpal
65
Part 64. Kembar atau Dia Kembali?
66
Part 65. Bersatu Kembali
67
Part 66. Papa Stefan
68
Part 67. Perayaan Ulang Tahun
69
Part 68. Terkejut oleh Kenyataan
70
Part 69. Anak-Anak Manis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!