Bab 3

7 Januari 2002

"Sudah siap, sayang?" tanya Davin yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Sudah, Pa," jawab Aziza. Gadis yang mengenakan pakaian merah putih khas murid SD itu segera turun dari kursi meja makan dan segera berjalan menuju Davin yang sudah berdiri di depan pintu.

Davin mengunci pintu rumahnya setelah Aziza keluar dari rumah. Mereka masuk ke dalam mobil dan Davin segera menjalankan mobilnya.

"Nanti seperti biasa ya, sayang pulang sekolah dijemput bang Wawan dan tunggu di rumah sama mbak Weni," ucap Davin sambil menyetir. Kepalanya sesekali menghadap Aziza yang duduk di sebalahnya.

Aziza hanya mengangguk tanda mengerti. Davin menghembus nafasnya pelan. Hubungannya dengan sang putri memang kurang berjalan dengan baik. Davin selalu disibukkan dengan pekerjaannya di kantor. Terkadang ia harus meninggalkan sendiri sang putri di rumah karena harus lembur di kantor, sedang ART yang membantu dirumahnya akan pulang ketika pukul 6 petang.

Memang inilah susahnya menjadi orangtua tunggal. Davin sudah mengurus Aziza sendirian sejak Aziza berumur 14 bulan. Ketidaksiapan ibunya Aziza dulu karena menikah muda membuatnya tega meninggalkan Davin dan Aziza.

Davin hidup sendirian di kota ini. Ibunya sudah meninggal, sedang sang ayah tinggal bersama kakak Davin di kota asal mereka. Kalau harus keluar kota, terpaksa Davin harus menitipkan Aziza ke rumah sang sahabat.

Davin sama sekali belum terfikirkan untuk menikah lagi. Padahal usianya masih muda, 31 tahun, pekerjaan yang mapan dan rupa yang rupawan membuatnya gampang untuk menggaet wanita muda di luaran sana. Namun entah apa yang membuat Davin masih setia menduda hingga usia Aziza kini yang sudah 9 tahun.

Tak butuh waktu lama mobil yang dikendarai oleh Davin sudah tiba di sekolah Aziza.

"Ziza turun dulu, ya Pa," pamit Aziza setelah mencium tangan Davin. Davin mencium kening Aziza sebentar dan baru Aziza keluar dari mobil, berjalan menuju gedung sekolahnya.

Davin kemudian melanjutkan perjalanannya kembali menuju kantornya. Setelah menempuh waktu 45 menit Davin tiba digedung yang sudah menjadi tempatnya mencari nafkah selama 10 tahun ini. Davin menjabat sebagai Manajer Operasional disana.

Davin berjalan dengan gagah, masuk ke dalam lift dan menekan tombol 5, lantai tempat dirinya bekerja. Setelah sampai pada lantai dituju, pintu terbuka. Davin berjalan dan berbelok ke arah kiri dimana divisinya berada. Di dalam ruangan itu, Davin memiliki ruangan tersendiri lagi.

Ketika Davin masuk, baru ada sang asisten manajer dan 2 orang karyawan lainnya yang sudah tiba.

"Rin, sudah siap kah proposal yang mau dikasih ke Pak Dipta?" tanya Davin pada asistennya.

"Sudah, Pak," jawabnya.

"Kalau yang untuk Pak Dirga?" tanya Davin lagi.

"Kalau yang untuk Pak Dirga belum selesai, Pak karena masih ada data yang kurang dari Angga. Insya Allah jam 10 ini sudah siap, Pak."

"Oke." Davin kemudian melanjutkan langkah menuju ruangannya, sedang Arini ikut menyusul di belakang Davin.

Davin langsung duduk di meja kerjanya. Ia segera menerima berkas yang diberikan oleh Arini. Pintu ruangan Davin terbuka, karena memang Arini selalu membuka pintu ruangan Davin dengan lebar. Bukankah tidak baik pria dan wanita bukan mahram berduaan diruangan tertutup?

Setelah Davin selesai memeriksa dan menanda tangani berkas yang dibawa Arini, Arini segera keluar dan menutup kembali pintu ruang kerja Davin.

"Ini emang tidak ada hubungan spesial, Kak?" tanya Indah, salah seorang karyawan penghuni divisi operasional.

"Yang bilang ada spesial siapa?" tanya Arini balik.

"Yah kirain. Padahal kak Arini sama Pak Davin cocok lho. Sama-sama single dan bisa saling melengkapi," ujar Indah.

"Kamu juga single. Kenapa nggak kamu saja yang dengan Pak Davin?" tanya Arini lagi.

"Aku nggak doyan usia jauh, kak. Kalau Kakak dan Pak Davin kan seumuran."

"Lanjut kerja. Itu langsung kerjain yang aku kasih tadi. Nanti siang sudah harus aku laporin ke Pak Davin."

"Kak Arin nggak asik ah," keluh Indah. Gadis itu langsung mengalihkan perhatiannya pada komputer yang ada di depannya.

Arini hanya tersenyum menanggapi keluhan Indah. Entah bagaimana awal mulanya, anggota ruangan itu menjodohkan Arini dengan Davin. Di ruangan itu hanya berisikan 4 orang. Ada Arini, Indah, Angga, dan Hendri.

Arini tidak pernah memikirkan perjodohan itu. Ia hanya ingin bekerja dengan tenang, mengumpulkan rupiah sebanyak mungkin untuk keluarganya. Arini sudah tidak ingin memikirkan tentang jodohnya lagi.

Malam itu Davin pulang sedikit terlambat dari jadwal pulang kantoran umumnya. Pukul 7 malam ia baru sampai di rumahnya. Rumahnya sudah terkunci dari dalam, karena memang ART yang berkerja hanya sampai pukul 6 sore. Davin sudah mengajarkan Aziza untuk selalu mengunci pintu ketika ART nya sudah pulang.

Davin membuka pintu dengan kunci miliknya. Tampak ruang tamu dan tengah sepi. Davin berpikir mungkin Aziza sedang berada di dalam kamar tidurnya. Benar saja, sang putri terlihat duduk diatas ranjang sambil melihat sebuah album foto.

"Lagi liatin apaan, sayang?" tanya Davin lembut.

"Lagi lihat album foto punya papa. Tante Angel cantik ya, Pa," ungkap Aziza.

"Masih cantikan putri papa."

Gadis berusia 9 tahun itu hanya tersenyum mendengar perkataan Davin.

"Kalau papa nanti bertemu dengan Tante Angel, apa Papa mau menikah dengan Tante Angel?"

Davin cukup terkejut dengan pertanyaan putrinya. Kenapa tiba-tiba sekali Aziza memintanya untuk menikahi mantan kekasihnya dulu.

"Sayang, itu sudah lama sekali. Sudah 10 tahun lebih papa tidak bertemu lagi dengan Tante Angel. Bisa jadi Tantenya sekarang sudah menikah," jelas Davin.

Aziza hanya diam mendengar jawaban Davin. Ia hanya iri dengan teman-teman sekolahnya, yang setiap hari diantar jemput oleh ibunya. Sedang dirinya diantar oleh sang papa, dan pulangnya dijemput oleh suami mbak Weni.

"Kamu kenapa? Ada yang mau diceritakan sama papa?" tanya Davin pelan.

Aziza menggelengkan kepalanya. "Aku mau tidur dulu ya, Pa," kata Aziza.

"Sudah mau tidur?" tanya Davin. Pria itu melihat kearah dinding yang ada jamnya, dan waktu baru menunjukkan pukul 7 lewat 10 malam.

"Tumben cepat tidurnya?" tanya Davin lagi.

"Aku capek, Pa. Tadi ada pelajaran olahraga di sekolah," jawab Aziza.

Aziza langsung berbaring memunggungi Davin. Davin membantu Aziza menarik selimutnya setelah sebelumnya Davin memindahkan album foto tadi ke meja nakas disamping ranjang Aziza.

Davin mencium kening Aziza sejenak. "Selamat tidur, sayang."

Davin mematikan lampu utama dan menggantinya dengan lampu tidur. Setelah itu baru Davin keluar dari jamar Aziza dan pindah ke kamarnya. Disana Davin kembali termenung, memikirkan keadaan dirinya. Sungguh Davin tidak ingin hidupnya seperti ini, menjadi orangtua tunggal untuk anak gadisnya.

Sang istri pergi menceraikan Davin tanpa membawa putri mereka turut serta. Menurutnya karena Davin dan putrinya lah ia menjadi kehilangan masa mudanya. Saat itu usia Davin baru 21 tahun, baru selesai menyelesaikan S1 nya, sedang Tamara, sang mantan istri berusia 20 tahun.

Sebelumnya Davin mempunyai kekasih yang bernama Angel. Mereka sudah lama menjalin hubungan, semenjak semester 4. Davin yang ketika lulus sudah diterima kerja, menyampaikan niatnya untuk segera menikah dengan Angel. Namun Angel menolak karena merasa belum siap, dan ia ingin berkarir terlebih dulu.

Bukannya bertahan dengan Davin, Angel malah memutuskan hubungan mereka. Davin yang setelah putus kenal dengan Tamara, yakni teman dari kekasih temannya. 5 bulan menjalani hubungan akhirnya mereka menikah. Tak lama Tamara hamil dan melahirkan seorang putri yang sangat cantik.

Tamara yang sebenarnya belum siap secara emosi dan mental untuk menjadi istri dan ibu, memutuskan untuk pergi dari rumah kecil mereka. Davin yang awalnya sudah membujuk Tamara, namun Tamara tetap pada pilihan akhirnya. Davin tidak dapat memaksa dan akhirnya membiarkan Tamara dengan pilihannya itu. Herannya Tamara tidak pernah menghubunginya lagi sejak itu. Ia benar-benar hilang seperti di telan bumi. Tak pernah jua menanyakan kabar putri kecilnya.

"Apa aku harus menikah lagi? Angel apa kabar ya?" tanya Davin pada dirinya sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!